Kedekatan dengan Qatar hanyalah pintu masuk bagi Turki untuk kian masuk ke kawasan. Kehadiran Turki akan membuat situasi politik kian bergairah, kalau tidak disebut memanas,
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Menyusul peresmian hubungan diplomatik Bahrain dan Uni Emirat Arab dengan Israel, kini mereka meminta militer Turki keluar dari Qatar.
Pada Oktober 2015, untuk pertama kali militer Turki dikerahkan ke Qatar guna meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Di sisi lain, karena dinilai terlalu dekat dengan Iran dan kelompok radikal, terjadi pemutusan hubungan diplomatik beberapa negara di kawasan dengan Qatar. Dimotori Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, pemutusan hubungan diplomatik itu lalu diikuti Mesir, Libya, Yaman, dan Maladewa.
Arab Saudi dan kawan-kawan menutup perbatasan dengan Qatar, termasuk wilayah udara dan laut. Qatar pun seperti berada di bawah blokade pada Juni 2017. Padahal, Qatar mengimpor 40 persen bahan pangan dari negara tetangga itu. Pada perundingan antara Qatar dan Arab Saudi yang diinisiasi oleh Amerika Serikat (AS), kehadiran militer Turki di Qatar juga dipersoalkan, bukan semata kedekatan dengan Iran dan kelompok radikal.
Arab Saudi, yang bersaing dengan Iran berebut pengaruh di kawasan, meminta Qatar mengakhiri kerja sama militer dengan Turki dan mengeluarkan semua pasukan Turki dari Qatar. Sebaliknya, Turki mengirim lebih banyak pasukan ke Qatar dan meningkatkan keberpihakannya. Posisi Qatar penting bagi AS, yang memiliki pangkalan militer di Doha (Kompas.id, 12/10/2020).
Kenapa Qatar yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa itu membangun hubungan sangat erat dengan Turki? Qatar berulang kali menyelamatkan perekonomian Turki dari kehancuran, bahkan saat dilanda pandemi virus korona jenis baru, akhir-akhir ini. Sebelumnya, negara kaya gas itu melipatgandakan perjanjian pertukaran mata uang menjadi 15 miliar dollar AS. Artinya, 15 miliar dollar AS dari sekitar 38 miliar dollar AS cadangan swap di bank sentral Turki sekarang terdiri atas riyal yang dibeli dari Qatar.
Seorang wartawan Turki, Tufan Türenç, mencatat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan keluarganya pergi ke Qatar sebanyak 56 kali dalam 12 tahun terakhir. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani dan rombongannya mengunjungi Turki 45 kali. ”Ada apa dengan kasih sayang ini?” tanyanya.
Apakah kehadiran militer Turki di Qatar cukup penting untuk mengimbangi kehadiran pangkalan militer AS—mengingat AS dekat dengan Arab Saudi, yang memberikan lampu hijau peresmian hubungan diplomatik dengan Israel. Wajar jika Qatar menyatakan, justru negara-negara tetangganya itu yang ingin merasuk ke wilayah teritorinya.
Kedekatan dengan Qatar hanyalah pintu masuk bagi Turki ke kawasan. Dengan bantuan negara-negara besar, Iran dan Arab Saudi saling berebut pengaruh di Timur Tengah. Kehadiran Turki diduga akan membuat situasi politik di kawasan kian bergairah, kalau tidak disebut memanas, dibandingkan dengan selama ini yang cukup dinamis.