Peningkatan penggunaan internet dipicu penerapan sistem pembelajaran jarak jauh, bekerja dari rumah, dan belanja daring. Maka, Indonesia harus terus meningkatkan infrastruktur telekomunikasi agar makin luas serta andal.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sebenarnya, tanpa krisis pandemi Covid-19, telekomunikasi sudah satu keniscayaan bagi Indonesia, negara kepulauan dengan rentang geografis luas.
Sudah ada ikhtiar pemerintah—sekarang dan sebelumnya—untuk membangun infrastrukturnya, tetapi krisis pandemi memperlihatkan, yang kita punya belum mencukupi.
Tahun 2019, kita berbesar hati karena akhirnya pemerintah bisa merampungkan proyek Cincin Palapa yang membuat wilayah Indonesia dari timur ke barat dipersatukan oleh cincin infrastruktur. Cincin ini membuat wilayah timur yang semula tertinggal dari barat akan memiliki level akses internet yang sama sehingga diasumsikan tak ada kesenjangan dalam telekomunikasi, khususnya dalam akses berkualitas 4G.
Pandemi Covid-10 rupanya membengkakkan kebutuhan akan infrastruktur telekomunikasi. Dengan ada kebijakan pembelajaran dalam jaringan (daring/online) untuk sejumlah strata pendidikan, mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga universitas, dan selain itu juga ada banyak rapat yang dilakukan secara daring, pastilah kebutuhan akan jaringan akses internet ikut membengkak.
Memang, infrastruktur bukan satu-satunya kebutuhan untuk menunjang pembelajaran daring karena selain infrastruktur, juga masih dibutuhkan gawai dan biaya pulsa. Namun, tanpa infrastruktur memadai, pembelajaran akan terganggu karena pipa bandwidth tidak mencukupi.
Berita Kompas, Kamis (3/9/2020), menggaungkan pesan agar infrastruktur telekomunikasi diperkuat. Kita tangkap pesan ini karena tanpa pandemi pun jumlah pengguna internet terus meningkat tajam. Memasuki tahun 2020, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang, yang berarti penetrasi internet dibandingkan jumlah penduduk sudah mencapai 64 persen dengan menghitung jumlah penduduk Indonesia 272,1 juta (Kompas.com, 20/2/2020).
Masuk akal jika jumlah ini melejit di tahun 2020 setelah pemberlakuan sistem pembelajaran daring dan maraknya webinar atau rapat/seminar daring, juga bekerja di rumah. Menurut Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemakaian internet yang semula berpusat di perkantoran kini bergeser ke permukiman, dan jumlahnya naik 30-40 persen. Penerapan pembatasan jarak fisik dan bekerja dari rumah menjelaskan pergeseran dan peningkatan penggunaan internet.
Kita mengamati, peningkatan penggunaan internet dipicu oleh penerapan sistem pembelajaran daring, juga untuk bekerja dan berdagang daring. Kekhawatiran terkena Covid-19 memaksa mereka memanfaatkan fasilitas belanja daring.
Hasil survei McKinsey, seperti dikutip CNBC pada 11 Juli lalu, menyebutkan, 34 persen orang Indonesia semakin sering belanja makanan secara daring dan 30 persen lainnya makin sering belanja kebutuhan rumah via daring. Setelah terbiasa, sebanyak 72 persen penduduk mengatakan akan membeli barang kebutuhan melalui daring meski Covid-19 sudah berlalu.
Dalam perspektif itu, kita ingin menggarisbawahi agar Indonesia terus meningkatkan tersedianya infrastruktur telekomunikasi. Tak saja makin luas, tetapi juga makin andal.