Sinyal pemulihan ekonomi mulai bermunculan. Itu adalah efek positif dari pelonggaran mobilitas di tengah pandemi Covid-19. Sinyal itu bisa hilang lagi hingga kewaspadaan harus terus dipegang otoritas di sejumlah negara.
Oleh
Simon Saragih
·4 menit baca
Sinyal-sinyal pemulihan ekonomi mulai bermunculan sejak Juli lalu. Itu merupakan efek positif dari pelonggaran mobilitas di tengah pandemi Covid-19 dengan kasus yang masih meningkat.
Sinyal tersebut tetap berpotensi meredup, tetapi dilihat juga sebagai potensi pemulihan yang lebih cepat dari sejumlah perkiraan sebelumnya. Pertemuan dewan direksi Bank Sentral Eropa (ECB) pada Juli lalu juga melihat dan mendiskusikan gejala awal pemulihan.
Situs Bloomberg edisi 20 Agustus menuliskan, ECB melihat pemulihan awal yang tajam. Gejala perekonomian yang terjun bebas seperti diperkirakan sebelumnya tidak separah kenyataannya. Hal itu menyebabkan diskusi di ECB memunculkan opini bahwa dana stimulus 1,35 triliun euro (1,6 triliun dollar AS) berpotensi untuk tidak perlu dipakai semuanya.
Gubernur Bank Sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas/BSP) Benjamin Diokno juga menyampaikan sinyal awal pemulihan, seperti diberitakan Reuters, 20 Agustus. ”Dewan moneter mengamati gejala awal pemulihan ekonomi,” kata Diokno. Hal itu membuat BSP tidak buru-buru menurunkan suku bunga yang ada di kisaran 1,75 hingga 2,75 persen.
Para analis dari Deutsche Bank (DB), seperti diberitakan kantor berita Reuters pada 6 Agustus, juga merevisi perkiraannya tentang perekonomian 2020. Dasar revisi, pemulihan dalam perekonomian yang sempat ambles terjadi lebih cepat dari yang diduga sebelumnya. DB menyebutkan, kontraksi perekonomian zona euro (pengguna mata uang euro) diperkirakan hanya 8,6 persen pada 2020 dari 12 persen yang diperkirakan sebelumnya.
”Di zona euro, kinerja kuartal kedua menunjukkan perekonomian tidak ambles lebih dalam. Data juga menunjukkan bahwa pemulihan setelah pengakhiran lockdown lebih cepat daripada dugaan sebelumnya,” demikian DB.
DB melanjutkan, kontraksi untuk perekonomian AS sekitar 5,2 persen pada 2020, bukan lagi 7,1 persen. Kontraksi pada perekonomian dunia 4,5 persen pada 2020, bukan 6 persen seperti diperkirakan sebelumnya.
Pola huruf V
Kantor berita Xinhua, edisi 9 Agustus, juga menuliskan berbagai indikator di China pada kuartal II-2020 menunjukkan pemulihan yang cepat, setelah ekonomi sempat ambles. Para ekonom yakin pemulihan berbentuk V telah dimulai. Artinya, ekonomi sudah mencapai titik dasar dan siap berbalik arah. ”Perekonomian China perlahan bangkit dari kejatuhan. Ada sinyal bahwa pekerjaan mulai pulih, jaringan industri dan jasa mulai bergerak,” kata Shao Yu, ekonom dari Orient Securities.
Indeks pembelian manager (purchasing managers’ index/PMI) di China sudah naik ke level 51,1 pada Juli dari 50,9 pada Juni. Indeks PMI di atas angka 50 menunjukkan ada pertumbuhan dan sebaliknya di bawah angka 50 menunjukkan kemerosotan.
Harian China Daily edisi 1 April menuliskan indeks PMI pada Maret 2020 menjadi 53, naik dari 28,9 pada Februari, seperti diumumkan Biro Statistik Nasional China. Indeks PMI China pada April 2020 adalah 50,8 dan pada Mei 50,6. Dengan demikian, telah terjadi ekspansi berturut-turut dalam lima bulan (Maret-Juli 2020). ”Pemulihan kuat itu merupakan hasil dari program pencegahan pandemi yang efektif dan kebijakan pro-pertumbuhan serta konsumsi domestik,” kata Sheng Hai, analis dari China Industrial Securities.
Steven Zhang, ekonom dari Morgan Stanley Huaxin Securities, menyatakan, ”China memiliki kelebihan dalam hal kelembagaan, yang memungkinkan tindakan cepat untuk menangani situasi darurat, seperti hantaman Covid-19.”
Efek pelonggaran
Tanda pemulihan muncul setelah terjadi relaksasi di sejumlah negara. ECB melihat efek kuat relaksasi ini. Hal serupa dikatakan Gubernur Bank Sentral Filipina. Peran ekonomi digital dan peluncuran stimulus juga disebut berperan.
Apakah pemulihan itu juga tergambar dari sisi permintaan energi? Badan Energi Internasional dan OPEC sudah mengindikasikan permintaan energi tidak akan kembali ke tingkat 2019 hingga 2022. Hal ini tetap sesuai dengan prediksi soal kontraksi ekonomi yang terjadi sepanjang 2020. Hanya saja penurunan permintaan tidak separah yang diduga.
Dr Sultan Ahmed al-Jaber, Menteri Perminyakan dan Teknologi Maju Uni Emirat Arab (UEA), yang juga pemimpin Grup Adnoc, mengatakan melihat permintaan akan minyak yang pulih. ”Ini terutama datang dari China. Meski demikian, kita harus tetap waspada,” kata Al-Jaber dalam wawancara dengan HIS Markit.
Menteri Perminyakan Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman juga menyuarakan keyakinan soal pemulihan permintaan hingga 97 persen dari pra-pandemi pada akhir 2020.
Semua itu memang belum bisa dikatakan bahwa pemulihan sudah merupakan kepastian. Masih amat kuat keraguan dalam menyimpulkan bahwa pemulihan sudah pasti. Akan tetapi, setidaknya beberapa lembaga telah melihat gejala pemulihan.
Ibaratnya beberapa pihak sudah seperti melihat cahaya menjelang fajar, demikian kurang lebih. Hanya saja perekonomian tidak seperti perputaran siang ke malam hari dan sebaliknya. Sinyal pemulihan yang terlihat bisa hilang lagi. Hal ini membuat rasa berpuas diri dihindari. Semua pihak tetap menyatakan kewaspadaan menjadi pegangan inti.
Philip Lane, seorang ekonom pada pertemuan ECB, mengatakan, luas dan skala pemulihan masih belum menyeluruh dan parsial. Hanya saja memang gejala pemulihan awal sering seperti itu, belum menyeluruh dan masih parsial.
Oleh sebab itulah, kewaspadaan dan pemantauan ketat merupakan sikap yang disarankan agar tetap dipegang otoritas di sejumlah negara.