Sentuhan Sisi Seni dan Kreatif Diri
Dua minggu ini beredar viral video dari sepasang suami-istri petani dari sebuah desa di Zhejiang, di belahan timur China, yang menari di halaman rumah dan di ladang, kapan pun mereka menginginkannya.

Kristi Poerwandari
Dua minggu ini beredar viral video dari sepasang suami-istri petani dari sebuah desa di Zhejiang, di belahan timur China, yang menari di halaman rumah dan di ladang, kapan pun mereka menginginkannya.
Sebelumnya, sang suami mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan menetapnya kecemasan dan depresi. Sang istri yang belajar shuffle dance kemudian mengajak suaminya ikut menari.
Sang suami awalnya menolak, tetapi ternyata berlatih menari tidak hanya dapat mengalihkan keterpakuannya dari depresi dan kecemasan, tetapi juga menghadirkan kegembiraan bagi seluruh keluarga. Akhirnya, kegiatan berlatih menari menjadi kegiatan harian. Mereka membuat koreografi sendiri dan berlatih seusai kerja bertani. Dua anak mereka pun ikut berlatih menari bersama.
Psikologi artistik
Benjamin (2008) menulis artikelnya mengenai bagaimana seni kreatif dapat membantu menghadirkan kesejahteraan psikologis bagi yang melakukannya. Ia mengamati betapa kehidupan sering diisi oleh aturan-aturan atau tuntutan tugas, terutama kewajiban mencari nafkah yang menyebabkan sisi-sisi kreatif-artistik dan afektif kurang mendapat perhatian atau terlupakan.
Ia mengusulkan perlu dikembangkannya ”teori psikologi artistik” untuk dapat menjelaskan bagaimana seni kreatif dapat membantu mengoptimalkan kesehatan mental. Benjamin memaksudkan ”seni kreatif” secara sangat luas, intinya yang menjadi bentuk (bersifat) motivasi diri untuk merawat dan mengolah sisi-sisi artistik dari diri.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa seni memang dapat menjadi intervensi yang cukup efektif bagi individu-individu yang mengalami masalah kesehatan mental yang lebih serius. Teori yang diusulkan Benjamin memberi penekanan pada tiga hal:
(1) Mereka yang dapat mengolah sisi artistik diri lebih mungkin merealisasikan potensi kemanusiaan tertinggi yang dapat dicapainya.
(2) Ada individu-individu tertentu yang mungkin dilabeli mengalami gangguan mental yang memiliki potensi kreatif artistik dalam dirinya.
(3) Lingkungan kehidupan atau pembelajaran yang sensitif menunjukkan pemahaman dan dukungan akan menjadi lingkungan yang kondusif bagi yang memiliki masalah kesehatan mental untuk mengaktualisasi potensinya.
Saya pribadi melihat bahwa pengolahan sisi artistik dan kreatif diri tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan mental yang serius. Karena sisi ini sedikit banyak adalah hal yang telah dibekalkan sang pemberi hidup, sisi kreatif diri adalah sisi alamiah yang akan baik untuk dirawat dan dikembangkan. Menjadi satu kesatuan dalam keseimbangan dengan kegiatan lain memenuhi tugas-tugas rutin menjalani hidup.
Seni sebagai bagian diri
Cukup mengherankan bahwa di tengah berbagai persoalan sangat serius dan sangat kompleks yang dibawa oleh pandemi Covid-19, dari sisi psikologi sebagian dari kita justru memperoleh pemahaman baru mengenai bagaimana membuat hidup lebih seimbang. Kebijakan kerja dan sekolah dari rumah yang untuk banyak orang dirasa sangat monoton, mengekang, sekaligus menegangkan membuka kesadaran mengenai sisi-sisi seni dan afeksi diri yang terlupakan dan harus diolah.
Bagaimanakah masyarakat dan individu menangani perasaan takut, cemas, tertekan, dan bosan selama pandemi? Banyak di antaranya melalui seni. Orang secara sendiri ataupun berkelompok menggambar, belajar membatik, menyanyi, menari, merekam itu, saling membagikan karya amatir ataupun profesionalnya melalui media sosial, dan merasa lebih gembira.

Seperti telah disampaikan Benjamin, sisi kreatif merupakan bagian dari sisi kemanusiaan kita. Sebenarnya, secara lebih teliti kita dapat menyimpulkan bahwa eksplorasi sisi kreatif ini menghadirkan penemuan baru mengenai diri (”Oh, ternyata saya menyukai ini, saya tidak pernah tahu sebelumnya” atau ”Saya seumur hidup merasa tidak percaya diri, ternyata saya dapat melakukannya dengan baik, ya”). Bersama dengan penemuan baru tentang diri, hadir pula temuan akan kompetensi diri yang baru, yang sekaligus adalah juga capaian baru.
Sisi seni dan kreatif dipahami secara sangat luas sehingga menguasai jenis-jenis masakan baru, bagaimana menata hidangan di atas meja, bagaimana memanfaatkan barang-barang bekas untuk menghias rumah, masuk ke dalamnya. Teman saya sangat tekun belajar sendiri mengedit audio dan video, dan terus saja menemukan kompetensi dan capaian baru hingga yang sangat rumit. Tantangannya kepada teman-temannya untuk merekam suara dan video yang kemudian akan diolahnya menjadi arena penemuan sisi diri baru untuk kami semua juga.
Bahkan, Benjamin yang profesor matematika mengatakan bahwa menekuni teori matematika menjadi bagian dari sisi kreatif juga. Barangkali dapat kita simpulkan, yang masuk ke dalamnya adalah berbagai hal yang menghadirkan kegembiraan, rasa keindahan hidup, dan perasaan akan adanya capaian, yang dapat berbeda-beda untuk satu orang dan lainnya.
Beberapa bulan terakhir ini kita hidup dengan rasa waswas, menjadi sangat tegang, kaku, dan berjarak. Sisi kreatif diri dapat dibuka dan disadari kembali keberadaannya untuk diolah dan dikembangkan. Tujuannya, untuk mengalihkan perhatian kita dari berbagai sisi negatif yang menyertai pandemi.
Dengan demikian, sisi kreatif diri dapat sekaligus menyeimbangkan berbagai keterbatasan dan ketegangan yang dibawa oleh pandemi beserta protokol ketat untuk mengatasinya. Semoga yang kehidupannya serba terbatas dalam perekonomian dan lingkungan tinggalnya juga tetap dapat menemukan cara-cara sederhana untuk dapat mencari keseimbangan dan kegembiraan di dalam keterbatasan yang ada. Dan, tentu saja, semoga pandemi dapat segera berakhir agar kita dapat menata hidup dengan lebih wajar dan baik.