Pemahaman manfaat tinggal di rumah amat penting bagi keluarga Indonesia yang sedang menghadapi penularan Covid-19 di negeri kita.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Saya bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan. Istri saya bekerja sebagai guru SMU. Kami berdua mendapat keringanan melaksanakan tugas dari rumah. Anak saya dua, kelas II SMP dan kelas V SD. Keduanya juga belajar dari rumah. Kami jarang sekali dapat berkumpul di luar hari libur. Pada hari libur kami biasanya menghabiskan waktu ke mal atau tempat wisata.
Kami merasa canggung mengerjakan tugas masing-masing di rumah. Saya punya ruang kerja, jadi tak terganggu oleh anggota keluarga yang lain. Namun, istri saya sebentar-sebentar ke dapur dan anak-anak belajar dengan santai di bawah pengawasan ibunya. Luas rumah kami hanya 70 meter persegi, halamannya sempit. Taman di depan rumah juga ditutup, mungkin dikhawatirkan banyak orang berkumpul.
Sore dan malam hari kami dapat bercengkerama sekeluarga. Seru juga mendengarkan pengalaman anak-anak. Istri saya mencoba menjelaskan kenapa kita sebaiknya tinggal di rumah. Jika bekerja, belajar, dan beribadah di rumah seperti yang dianjurkan Presiden, kita dapat memutus rantai penularan Covid-19 yang dikenal sebagai virus korona.
Namun, ketika melihat banyak orang berdesakan di kendaraan umum, anak-anak mulai bertanya. Mereka, orang-orang tersebut, masih keluar rumah. Saya jelaskan mungkin mereka punya tugas yang tak dapat dikerjakan dari rumah, seperti perawat, dokter, penjaga toko, dan petugas satpam. Akan tetapi, dalam hati saya masih ragu apakah masyarakat memahami manfaat tinggal di rumah untuk mencegah penularan korona ini.
Sampai sekarang pemerintah masih menyediakan layanan publik, tetapi sudah banyak pakar kesehatan yang mengingatkan transportasi publik yang padat berpotensi menjadi tempat penularan virus korona. Kereta komuter yang selalu penuh, bus kota, pesawat terbang benarkah berpotensi menjadi tempat penularan? Bagaimana pula dengan rumah sakit dan layanan kesehatan yang banyak dikunjungi pasien dan keluarga, apakah tempat tersebut aman?
Bagaimana menerapkan pembatasan sosial (social distancing) pada layanan publik tersebut? Kami berharap masyarakat akan mematuhi ajakan pemerintah untuk tinggal di rumah kecuali yang bertugas melayani publik. Tempat berkumpul orang banyak harus diatur sehingga risiko penularan menjadi kecil. Namun, sebenarnya yang paling penting adalah menjaga keluarga kita agar jangan tertular dengan tinggal di rumah.
Kami hanya akan keluar untuk membeli kebutuhan pokok. Kami tidak menghadiri pernikahan, ibadah bersama, serta menjenguk orang sakit. Meski waktu ada, kami khawatir jika berkumpul dengan orang banyak, akan berisiko tertular virus korona. Mohon penjelasan Dokter, bagaimana menerapkan rekomendasi pemerintah dalam dua minggu ini dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih.
J di S
Saya berterima kasih Anda mengangkat persoalan kerja, belajar, dan beribadah di rumah. Pemahaman manfaat tinggal di rumah amat penting bagi keluarga Indonesia yang sedang menghadapi penularan Covid-19 di negeri kita. Tampaknya sejak 2 Maret 2020 angka yang positif meningkat tajam. Untuk dapat mencegah penularan, kita harus mengusahakan agar yang positif tidak bertemu dengan orang yang negatif.
Namun, tidaklah mudah untuk mengetahui apakah kita berkumpul dengan orang yang semuanya negatif atau ada yang positif. Infeksi Covid-19 dari data di China menunjukkan bahwa sekitar 80 persen hanya mengalami gejala ringan, bahkan cukup banyak tanpa gejala (asimtomatik), hanya sekitar 20 persen yang mengalami gejala berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Bahkan, sekitar 5 persen mengalami gangguan napas berat sehingga memerlukan ventilator.
Nah, jika kita berhasil memutus mata rantai penularan virus korona ini, masyarakat yang tertular tidak banyak yang memerlukan perawatan rumah sakit, apalagi yang memerlukan ventilator. Sebaliknya, jika kita terlambat meredam penularan penyakit Covid-19 ini, penularan akan berjalan cepat dan ribuan orang akan tertular.
Jika jumlahnya amat banyak, rumah sakit tak mampu merawat penderita yang memerlukan perawatan, tempat tidur penuh, ventilator kurang. Akibat perawatan yang tak memadai, akan banyak orang yang meninggal. Jika kita memahami kedua pilihan ini, kita akan menyadari betapa pentingnya tinggal bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Kita ingin melindungi keluarga kita dan kita juga ingin melindungi saudara-saudara kita warga Indonesia. Ada sekelompok orang yang tak mungkin bekerja dari rumah. Mereka harus memahami pentingnya mencuci tangan. Mereka juga harus tahu bahwa mereka harus pakai masker. Mereka juga memahami social distancing, yaitu menjaga jarak dari orang lain untuk menurunkan risiko tertular dan menularkan.
Rumah sakit telah membuat aturan untuk mengurangi pengunjung rumah sakit. Kunjungan orang sakit dihapuskan sementara ini. Hanya keluarga penderita sakit berat yang boleh menjaga orang sakit dengan surat keterangan rumah sakit. Masuk rumah sakit pengunjung harus menjalani screening suhu badan dan harus mencuci tangan.
Mari kita tunjukkan bahwa kita dapat bersatu, saling menolong, menghadapi wabah Covid-19 di negeri kita.
Ruang tunggu rumah sakit diusahakan tidak terlalu banyak penunggu agar pengunjung dapat melakukan pembatasan sosial. Tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19 atau yang dicurigai harus memakai alat pelindung diri secara khusus. Angkutan umum memang berpotensi menjadi tempat penularan, apalagi jika penumpangnya banyak dan berdekatan.
Masyarakat masih amat memerlukan angkutan umum karena itu angkutan umum harus tetap berjalan. Untuk mengurangi risiko penularan, perlu tersedia perangkat cuci tangan yang banyak. Perlu ada pengecekan suhu badan meski akan memperlambat layanan. Pengguna angkutan umum harus menyiapkan diri dengan masker jika diperlukan. Sebenarnya intinya adalah jangan bepergian, apalagi dengan angkutan umum, jika tak perlu benar.
Manfaatkan teknologi komunikasi yang ada. Sedapat mungkin jangan melakukan rapat meski jumlah pesertanya terbatas. Sudah cukup banyak kejadian orang tertular Covid-19 pada rapat yang dihadiri 10 orang saja. Bagaimana dengan kebutuhan pokok. Pemerintah akan menjamin kebutuhan bahan pokok mencukupi. Toko tetap boleh buka. Semua kebutuhan yang ada diharapkan dapat diperoleh seperti biasa.
Nah, bagi saudara-saudara kita buruh harian, pekerja lepas, pedagang mikro yang tak dapat penghasilan karena harus tinggal di rumah, pemerintah akan menyediakan bantuan bahan pokok. Jadi, masyarakat tetap tenang. Ikuti anjuran pemerintah, jangan termakan isu-isu yang meresahkan.
Alangkah baiknya mereka yang mempunyai kecukupan menunjukkan solidaritasnya dalam keadaan sulit ini. Kebijakan tinggal di rumah selama 14 hari akan menyebabkan banyak keluarga tak punya penghasilan. Dia mungkin keluarga kita, tetangga kita, mari kita bantu.
Kita juga amat berharap perusahaan besar dan orang kaya Indonesia menunjukkan kepedulian membantu warga kita yang kesulitan memperoleh pendapatan dalam masa tinggal di rumah ini. Para pendahulu kita telah mengorbankan nyawa mereka untuk kemerdekaan negeri yang kita cintai ini. Mari kita tunjukkan bahwa kita dapat bersatu, saling menolong, menghadapi wabah Covid-19 di negeri kita. Semoga Allah SWT melindungi kita semua.