Pengembangan Industri di Tengah Merebaknya Korona
Di tengah ketakutan psikologis terhadap penyebaran Covid-19, kita masih melihat kesempatan untuk mereposisi industri agar terus tumbuh dan berkembang tanpa tergantung pada impor dan ekspor produk industri dari China.
Perkembangan wabah Covid-19 membuat kewaspadaan dan kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran virus korona meningkat. Di samping itu, kekhawatiran terhadap menurunnya produk industri dalam negeri juga sudah mengganggu. Masyarakat tahu bahwa impor bahan baku industri Indonesia dari China masih sangat dominan.
Dari impor bahan esens makanan, minuman, bahan baku obat-obatan, baja, sampai komponen elektronik. Muncul praduga, industri Indonesia akan terpuruk karena impor dan ekspor industri pengolahan sangat tergantung pada China.
Kekhawatiran akan menurunnya produksi industri dalam negeri sebagian terjawab dengan dikeluarkannya Purchasing Management Index (PMI). IHS Markit Indonesia Manufacturing Index meningkat pada bulan Maret menjadi 51,9 dari indeks pada Februari 49,3.
Sementara Caixin Headline Manufacturing PMI China yang dikompilasi oleh IHS Markit turun tajam dari 51,1 pada Januari 2020 menjadi 40,3 pada Februari 2020. Data ini menunjukkan kerusakan yang terdalam dari kesehatan sektor industri China sejak survei dilakukan 16 tahun lalu.
Data ini menunjukkan kerusakan yang terdalam dari kesehatan sektor industri China sejak survei dilakukan 16 tahun lalu.
Indeks PMI Indonesia pada Maret tertinggi sejak Juni 2019. Ini merupakan orde tertinggi sejak 5,5 tahun yang lalu. Kenaikan ini lebih banyak karena Menteri Perindustrian sangat intensif meningkatkan utilisasi kapasitas terpasang industri dalam negeri. Caranya dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan ekspor dengan bahan baku dalam negeri dan kemudahan impor dengan mengutamakan produksi dalam negeri.
Arahan Presiden untuk menyesuaikan harga gas dari 8 dollar AS-9 dollar AS per MMBTU menjadi 6 dollar AS per MMBTU membawa sentimen positif untuk pertumbuhan industri pengolahan. Keputusan Menteri Perindustrian untuk menunda pemberlakuan ODOL (over dimension over loading) untuk angkutan enam produk industri sampai 2023 juga memberikan ruang bagi pelaku industri pengolahan yang kesulitan dengan biaya logistik yang mahal.
Impor bahan baku
Berdasarkan data BPS, memang terlihat impor bahan baku industri dari China cukup besar. China menempati urutan ke-1 sebagai negara tujuan ekspor dengan pangsa 16,7 persen dari total ekspor Indonesia dan asal impor dengan pangsa 26,3 persen dari total impor Indonesia.
Total impor industri pengolahan migas dari China pada Januari 2020 mencapai 3,896 miliar dollar AS, 33,36 persen dari total impor industri pengolahan nonmigas. Bahan baku dan penolong 74,09 persen dari total impor, barang modal 15,63 persen dari total impor.
Penyebaran virus korona di China, meskipun sudah dapat dikendalikan, masih memunculkan pasien baru. Pada 3 Maret saja ada penambahan 150 pasien Covid-19. Walaupun China akan bisa mengatasi korona, kita perlu mewaspadai kerentanan China dan mempertimbangkan reposisi impor bahan baku dari China ataupun mencari pasar ekspor alternatif.
Kebutuhan impor bahan baku dari China bisa disubstitusi bertahap melalui peningkatan produksi dalam negeri untuk produk baja, makanan dan minuman, farmasi, ataupun komponen elektronik.
Bahan baku makanan yang paling tinggi impornya adalah bawang putih. Impor bawang putih dari China mencapai 530 juta dollar AS. Sungguh ironi, Indonesia yang subur mengimpor bawang putih.
Bahan baku makanan yang paling tinggi impornya adalah bawang putih.
Sebenarnya bawang putih hasil tanaman di Indonesia mempunyai rasa yang lebih enak daripada bawang putih dari China, hanya bentuknya lebih kecil karena faktor cuaca. Dengan kampanye yang mendidik kepada konsumen, substitusi bawang putih ini bisa dilakukan dengan mulus.
Bahan baku farmasi juga bisa diproduksi di dalam negeri, apalagi Indonesia terkenal dengan sumber plasma nutfah terbesar di dunia yang bisa dipakai sebagai bahan baku obat-obatan. Pengelolaan jaminan kesehatan melalui BPJS memungkinkan pemerintah memberi kesempatan pada obat-obatan produksi dalam negeri untuk dipakai di sejumlah rumah sakit mitra BPJS.
Industri farmasi Indonesia pernah menunjukkan prestasi sangat baik dengan memproduksi amoksisilin sebagai bahan baku antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri. Produksi amoksisilin tidak dilanjutkan karena dihantam produk sejenis yang sangat murah dari China.
Industri elektronik Indonesia memang masih terlambat menyediakan komponen bagi industri komputer dan telepon genggam. Sejak hengkangnya National Semiconductor dan Fairchild tahun 1980-an, Indonesia tidak mempunyai lagi industri semikonduktor.
Impor komponen elektronik telepon genggam dari China tahun 2019 mencapai 1,8 miliar dollar AS. Impor laptop, termasuk notebook dan subnotebook, dari China pada 2019 mencapai 1 miliar dollar AS.
Sudah saatnya Indonesia memberikan insentif yang bisa menarik industri semikonduktor berinvestasi di Indonesia. Industri semikonduktor adalah mother of the Industry 4.0. Kementerian Perindustrian memprioritaskan program pengembangan industri semikonduktor.
Sudah saatnya Indonesia memberikan insentif yang bisa menarik industri semikonduktor berinvestasi di Indonesia.
Pengembangan pasar ekspor alternatif sudah mulai dijalankan oleh pelaku usaha, ekspor produk industri nonmigas ke China menunjukkan penurunan 211,9 juta dollar AS. Sementara ekspor ke Swiss meningkat 133,2 juta dollar AS, ke Singapura meningkat 116,4 juta dollar AS, ke Thailand, Filipina, dan Taiwan juga menunjukkan kenaikan cukup besar.
Pasar alternatif
Pasar alternatif lai, seperti negara-negara Afrika, Timur Tengah, Uni Eropa, Rusia, dan pecahan Uni Soviet, sangat potensial untuk digarap.
Bahkan, Jerman merupakan pasar yang besar untuk produk industri manufaktur. Impor Jerman dari seluruh dunia pada 2014-2018 meningkat 1,6 persen jumlah impor pada 2014 sebesar 1,2 triliun dollar AS dan tahun 2018 sebesar 1,293 triliun dollar AS. Impor Jerman dari ASEAN meningkat 3,58 persen, meningkat dari 3,12 persen pada tahun 2014 menjadi 3,6 persen pada tahun 2018.
Mesin dan elektronik mendominasi ekspor ASEAN ke Jerman (48 persen) diikuti oleh chemical/allied industries (13 persen). Ekspor Indonesia ke Jerman untuk mesin dan elektronik mencapai 300 juta dollar AS dengan nilai 600 juta dollar AS.
Malaysia sudah ekspor ke Jerman untuk produk manufaktur senilai 8,5 miliar dollar AS. Malaysia mampu memanfaatkan peluang pasar di Jerman karena Malaysia membentuk German-Malaysia Vocational Institute sejak 1991 dengan sistem TVET Jerman.
Peluang Indonesia meningkatkan ekspor ke Jerman masih terbuka dengan dukungan vocational training dual system yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perindustrian dan partisipasi Indonesia sebagai country partner di Hannover Messe. Ini adalah pameran hasil industri manufaktur terbesar dunia.
Di tengah ketakutan secara psikologis terhadap penyebaran Covid-19, kita masih melihat kesempatan untuk mereposisi industri agar terus tumbuh dan berkembang tanpa tergantung pada impor dan ekspor produk industri dari China. (Artikel dikirim 4 Maret 2020, penulis meninggal 24 Maret 2020)
(Amir Sambodo, Staf Khusus Menteri Perindustrian; Ketua Dewan Pembina Yayasan Indovasi)