Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir pada Selasa kemarin setelah hujan turun sejak Senin malam. Di Jakarta saja ada lebih dari 200 rukun warga yang tergenang.
Oleh
·2 menit baca
Banjir yang melanda Jakarta, Tangerang, dan Bekasi kemarin itu mengingatkan pada banjir besar serupa pada 1 Januari 2020 yang berlanjut hingga keesokan harinya. Hujan deras pada Senin (24/2/2020) malam menyebabkan genangan tinggi di sejumlah titik di ketiga wilayah itu dan menghentikan layanan sejumlah kereta komuter.
Korban banjir masih trauma akibat banjir awal tahun dan kini tempat tinggal mereka terkena banjir kembali. Mereka kembali harus mengungsi dan mengalami kerugian material.
Kita hargai langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memprioritaskan penanganan korban banjir di lebih dari 200 rukun warga (RW) yang terkena banjir. Di DKI Jakarta terdapat 2.738 RW. Anies memerintahkan pegawai Pemprov DKI Jakarta membatalkan rapat dan membantu korban banjir, mulai dari evakuasi hingga membuat dapur umum.
Dalam catatan Kompas, banjir kemarin adalah yang kedelapan kali sejak awal 2020. Kita tahu, secara geografis sebagian Jakarta berada di ketinggian yang sama atau lebih rendah dari permukaan air laut. Kondisi geografis ini menuntut penggunaan teknologi yang mampu menahan naiknya pasang laut serta cepat mengalirkan air sungai ke laut.
Perubahan tata guna lahan, rawa, atau situ di kawasan Jabodetabek menjadi kawasan perumahan, niaga, atau perkantoran mengurangi daerah resapan air ke tanah atau masuk ke sungai. Penggunaan air tanah berlebih menurunkan permukaan tanah Jakarta.
Situasi ini masih ditambah dengan kerusakan lingkungan di kawasan hulu sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta. Kerusakan di hulu menyebabkan aliran air sungai mengalir deras dan membawa erosi tanah yang mendangkalkan sungai.
Musim hujan masih berlangsung hingga akhir Maret. Semua pemangku kepentingan harus bekerja bersama menanggulangi berulangnya bencana banjir dan longsor. Apalagi, kita menghadapi ancaman perubahan iklim yang dapat menghadirkan fenomena curah hujan dan kekeringan ekstrem.
Masyarakat perlu berpartisipasi dengan tidak membuang sampah sembarangan, apalagi di saluran air di sekitar rumah sampai sungai. Kesadaran lingkungan dan hidup bersih-tertib perlu diajarkan pula di sekolah. Komunitas-komunitas warga dapat digerakkan untuk ikut serta.
Pemerintah daerah tidak boleh berhenti dari waktu ke waktu mengontrol sarana publik menyangkut pencegahan banjir, seperti saluran air dan gorong-gorong, pompa air, serta pintu-pintu air. Banjir kali ini sepenuhnya disebabkan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya dan tidak disertai rob.
Pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama segera mewujudkan rencana induk penanganan banjir dan memastikan semua mematuhi aturan. Hanya dengan partisipasi seluruh pemangku kepentingan, banjir berulang dalam jeda semakin pendek dapat dicegah.