Reuni biasanya menjadi salah satu agenda libur Lebaran di kampung halaman. Dalam kondisi masih pandemi, acara reuni harus tetap dijaga agar tak kehilangan makna.
Oleh
MB Dewi Pancawati
·4 menit baca
AFFAN ADENENSI RIZA FATHONI
Ponsel digunakan untuk bersilaturahim dengan keluarga di kampung halaman melalui aplikasi video konferensi oleh sebuah keluarga di perumahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Minggu (24/5/2020).
Dua kali Lebaran tak pulang kampung membuat ajang reuni kembali semarak. Momen mempererat tali silaturahmi yang dilakukan dalam kondisi masih pandemi ini harus tetap menjaga kedisiplinan protokol kesehatan, agar reuni yang dinanti tetap berarti.
Perayaan Lebaran 2022 terasa istimewa. Euforia masyarakat merayakannya sangat terasa setelah dua tahun terkunci akibat pandemi. Kelonggaran yang diberikan pemerintah untuk mudik disambut dengan antusias. Beramai-ramai jutaan orang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melepas rindu dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman di kampung halaman.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat, lalu lintas mudik Lebaran tahun ini mencapai rekor tertinggi di mana sebanyak 1,7 juta kendaraan meninggalkan Jabodetabek menuju Trans-Jawa, Bandung, Merak, dan Puncak.
Jumlah tersebut naik 9,5 persen dibandingkan dengan mudik Lebaran 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga memprediksi sebanyak 85 juta penduduk akan melakukan perjalanan mudik.
Jawa Tengah menjadi tujuan pemudik paling banyak. Dari hasil survei Kemenhub diperkirakan sebanyak 23,5 juta pemudik atau 28 persen dari total pemudik akan menuju kota-kota di bagian tengah Pulau Jawa. Tujuan terbanyak berikutnya adalah kota-kota di Jawa Timur sekitar 16,8 juta atau seperlima dari total pemudik. Sementara 17 persen lainnya atau sebanyak 14,7 juta akan menyebar ke kota-kota di Jawa Barat di luar Jabodetabek.
Bagi sebagian orang, tradisi mudik kali ini pun sudah direncanakan akan diisi dengan berbagai kegiatan. Salah satunya acara yang dinanti-nanti adalah reuni atau temu kangen yang biasanya dilakukan bersama keluarga besar dalam satu Trah (keturunan), komunitas, atau dengan teman-teman masa sekolah di kampung halaman.
Momen Idul Fitri dinilai sebagai waktu yang tepat untuk menyelenggarakan reuni.
Fenomena ini terekam dalam jajak pendapat Kompas 19-24 April, di mana lebih dari separuh responden (55 persen) mengaku mendapat undangan reuni. Bahkan, sekitar 11 persen di antaranya mendapat lebih dari satu undangan temu kangen. Kurang lebih seperlima responden yang mendapat undangan reuni antusias akan menghadiri acara tersebut.
Momen Idul Fitri dinilai sebagai waktu yang tepat untuk menyelenggarakan reuni karena sebagian besar orang yang merantau akan pulang ke kampung halaman sehingga memudahkan untuk berkumpul. Acara reuni pun bisa dilakukan sekaligus berhalalbihalal. Reuni juga menjadi momentum yang dirindukan karena biasanya menyajikan menu-menu khas daerah sehingga kerinduan menikmati kuliner kampung halaman terpenuhi di acara tersebut.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Suasana halalbihalal pelajar Indonesia di Glasgow, Skotlandia, pada Idul Fitri, Senin (2/5/2022). Pelajar Indonesia tampak bersorak ketika ketupat datang di Taman Kelvingrove, Glasgow. Anyaman daun janur pembungkus ketupat itu dibawa langsung dari Indonesia.
Tak ayal setiap menjelang Lebaran di sejumlah daerah banyak dijumpai spanduk informasi penyelenggaraan reuni. Bahkan, beberapa tempat seperti gedung pertemuan, hotel, restoran hingga pendopo kelurahan atau kecamatan laris manis dipesan untuk menggelar kegiatan tersebut. Gedung dan halaman sekolah tentu menjadi tempat favorit bagi reuni alumni.
Reuni bermakna
Reuni yang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti pertemuan kembali dengan bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya setelah berpisah cukup lama, semakin membudaya berkat kemajuan teknologi. Maraknya jejaring sosial membuat komunikasi dengan teman-teman lama yang sempat terputus kembali tersambung dan memudahkan koordinasi jika akan mengadakan acara kumpul-kumpul.
Meski kecanggihan teknologi bisa menjadi sarana bertemu dan berbincang-bincang secara virtual, seperti grup WhatsApp atau Zoom Meet, tetapi pertemuan secara langsung tetap dinanti-nanti.
Selain mempererat tali silaturahmi dan merekatkan kembali tali persahabatan, seperti pengakuan mayoritas responden (70 persen), hasil jajak pendapat juga memotret beragam manfaat dari ajang sebuah reuni alumni. Reuni tidak sekadar kumpul-kumpul tanpa tujuan, tetapi harus bisa membuahkan sesuatu yang bermakna.
Secara psikologis, sebagai ajang bernostalgia dengan mengingat kembali kebersamaan, kelucuan, bahkan kenakalan-kenakalan saat masih remaja, kumpul-kumpul saat reuni bisa menimbulkan kegembiraan dan rasa bahagia. Hal ini diakui sekitar 28 persen responden.
Pertemuan dengan teman-teman lama juga bisa mengisi kembali energi sehingga bisa mengurangi stres. Bahkan, sebagian kecil responden menyebut reuni bisa memperpanjang umur.
Reuni juga memberi kepuasan batin bila melalui kegiatan tersebut bisa membalas jasa bapak ibu guru. Bagi guru, acara reuni tentunya akan membuat guru merasa terhormat karena masih diingat oleh siswa-siswanya.
Dari sisi ekonomi, ajang reuni dapat dimanfaatkan untuk berbagi kesuksesan, kerja sama dalam proyek, memotivasi teman untuk bangkit, hingga membuka dan memperluas jaringan atau koneksi seperti pengakuan 10 persen responden. Bisa jadi rezeki datang setelah mengikuti reuni dari hubungan yang terjalin kembali dengan teman-teman lama.
Sering kali ikatan pertemanan yang kuat yang tumbuh dari ajang reuni juga menumbuhkan kepedulian sosial dengan melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, misalnya dengan menyelenggarakan pengobatan gratis, memberi santunan siswa yang berprestasi, berbagi makanan untuk pemulung, tukang becak, dan anak-anak di panti asuhan, dan masih banyak kegiatan positif lainnya yang bisa dilakukan melalui komunitas alumni.
Reuni juga memberi kepuasan batin bila melalui kegiatan tersebut bisa membalas jasa bapak ibu guru.
Selain bermanfaat bagi masyarakat sekitar, kegiatan yang dilakukan juga bisa memberdayakan usaha teman di kampung halaman. Yang terpenting dalam kondisi masih pandemi, kegiatan reuni yang diselenggarakan harus tetap menjaga kedisiplinan protokol kesehatan.
Terekam dalam jajak pendapat, tiga perempat responden akan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan karena masih khawatir terjadi penularan Covid-19. Jangan sampai reuni yang dinanti menjadi sumber penyebaran virus. (LITBANG KOMPAS)