Febriana/Amalia Kalah, Indonesia Tanpa Gelar di Thailand Terbuka 2024
Ganda putri Ana/Tiwi tak bisa memberikan perlawanan ketat di final. Gelar Thailand Terbuka 2024 melayang.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
BANGKOK, MINGGU — Indonesia pulang tanpa gelar juara dari Thailand Terbuka 2024. Satu-satunya wakil Indonesia pada partai final, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, gagal memenangi turnamen berlevel Super 500 untuk pertama kalinya. Kendati tak berhasil juara, ganda putri nomor dua Indonesia ini mencatatkan peningkatan saat bermain pada level menengah.
Servis Amalia Cahaya Pratiwi yang membuat kok jatuh di kotak depan area lawan mengakhiri laga final di Stadion Nimibutr, Bangkok, Minggu (19/5/2024). Servis tidak sempurna itu berbuah poin terakhir untuk pasangan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, sekaligus memastikan kemenangan ketiga mereka atas pasangan Indonesia, 21-14, 21-14.
Berbeda dengan penampilan kami kemarin yang lebih rapi, hari ini kami tidak bisa melawan tekanan itu. Kami benar-benar kesulitan untuk keluar dari zona tekanan itu.
Pertandingan itu berakhir hanya dalam waktu 43 menit. Febriana/Amalia tak mampu memberikan perlawanan ketat seperti pada dua pertemuan sebelumnya di perempat final Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2023 dan babak 16 besar Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia 2023.
Kendati pada dua ajang itu juga kalah, Febriana/Amalia selalu bisa memaksakan pertandingan berlangsung hingga tiga gim dengan durasi lebih dari satu jam.
Pada dua turnamen itu, Febriana/Amalia kalah pada gim pertama, lalu bisa membalas pada gim kedua. Ganda putri yang kerap disebut Ana/Tiwi oleh penggemar ini bahkan bisa unggul 16-9 pada gim ketiga saat pertandingan di Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia 2023. Namun, mereka kesulitan mencuri poin setelah mencapai angka 18. Sebaliknya, Kititharakul/Prajongjai mengejar dan akhirnya bisa memenangi laga.
Amalia mengatakan, kekalahan dari Kititharakul/Prajongjai tak lepas dari ketidakmampuannya dan Febriana keluar dari tekanan. Lawan pun memanfaatkan dengan baik permainan Febriana/Amalia yang terlalu berhati-hati.
Kesulitan Febriana/Amalia itu sangat terlihat terutama pada gim kedua. Mereka sebenarnya berhasil meraih empat poin beruntun untuk menyamakan skor menjadi 11-11. Namun, setelah itu, perolehan angka pasangan peringkat ke-18 dunia ini tertahan. Mereka baru bisa meraih poin lagi setelah lawan sudah mencapai poin ke-19.
Febriana/Amalia kehilangan gim kedua untuk memaksakan rubber game, antara lain, karena beberapa kali melakukan kesalahan. Akibatnya, Kititharakul/Prajongjai tak hanya mendapatkan poin dari ketajaman serangan sendiri, tetapi juga dari pengembalian kok yang melebar ataupun pukulan yang membentur net oleh Febriana/Amalia.
”Berbeda dengan penampilan kami kemarin yang lebih rapi, hari ini kami tidak bisa melawan tekanan itu. Kami benar-benar kesulitan untuk keluar dari zona tekanan itu,” tutur Amalia.
Pada babak semifinal, mereka mampu menang untuk pertama kalinya dalam pertemuan ketiga melawan unggulan kedua turnamen asal Jepang, Rin Iwanaga/Kie Nakanishi, 21-12, 21-10.
Kendati tak berhasil meraih gelar perdana dalam turnamen BWF berlevel Super 500, pencapaian Febriana/Amalia di Thailand Terbuka istimewa. Sebab, untuk pertama kalinya mereka bisa mencapai partai puncak dalam turnamen level tersebut. Pencapaian terbaik mereka sebelumnya adalah mencapai perempat final pada Singapura Terbuka 2022.
Setelah itu, Febriana/Amalia kerap tersingkir babak awal turnamen level 500. Pada 2023, Ana/Tiwi selalu kalah pada dua babak awal dalam enam kali keikutsertaan dalam turnamen level itu. Di sisi lain, mereka juga kesulitan bersaing pada level tinggi, yaitu Super 750 dan 1000.
Akibatnya, pelatih Eng Hian memutuskan untuk menurunkan level turnamen Febriana/Amalia hingga ke level 300. Saat masa kualifikasi Olimpiade, mereka ”diwajibkan” mendapat poin maksimal dari level menengah, yaitu Super 300 dan 500. Adapun ajang yang lebih tinggi dijadikan untuk mendapat poin tambahan. Namun, Febriana/Amalia hanya bisa mencatatkan hasil terbaik saat menjadi runner-up di Spanyol Masters 2024 yang berlevel Super 300, Maret lalu.
”Saya tetap bersyukur bisa sampai di titik ini. Hanya, kami tetap merasa tidak puas. Kami harus terus belajar lebih keras lagi,” tutur Febriana.
Pencapaian Febriana/Amalia di Thailand Terbuka juga patut diapresiasi karena mereka menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang melangkah ke final. Pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari terhenti pada babak semifinal. Adapun wakil Indonesia lainnya berguguran mulai babak pertama hingga perempat final.
Pada sektor tunggal putri, Ester Nurumi Tri Wardoyo dan Putri Kusuma Wardani gugur pada babak pertama. Adapun langkah Komang Ayu Cahya Dewi dan Gregoria Mariska Tunjung terhenti pada perempat final.
Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin pada sektor ganda putra tersingkir pada babak awal. Sementara itu, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana terhenti pada babak kedua.
Pada sektor ganda campuran, lima pasangan Indonesia bisa menembus minimal perempat final, kecuali Adnan Maulana/Nita Violina Marwah, yang gugur pada babak kedua. Namun, di antara Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, Jafar Hidayatullah/Aisyah Salsabila Putri Pranata, Dejan Ferdiansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Rinov/Pitha, hanya pasangan terakhir yang bisa melaju ke semifinal.