Tim Piala Thomas dan Uber Indonesia Lolos Bersama ke Semifinal
Perjalanan tim bulu tangkis Indonesia pada Piala Thomas dan Uber berlanjut. Tim putra dan putri lolos ke semifinal.
CHENGDU, JUMAT — Deretan angka berupa ranking dan statistik pertemuan tak begitu berpengaruh pada persaingan perempat final kejuaraan bulu tangkis Piala Thomas dan Uber. Itu pula yang terjadi saat tim putra dan putri Indonesia mendapatkan tiket semifinal.
Tim putri Indonesia lolos ke semifinal Piala Uber untuk pertama kalinya sejak 2010 setelah mengalahkan unggulan keempat, Thailand, 3-0, di Chengdu Hi Tech Zone Sports Centre Gymnasium, China, Jumat (3/5/2024). Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan akan berada di antara tiga unggulan teratas pada semifinal, Sabtu, ketika bertemu Korea Selatan (2). Adapun semifinal lainnya mempertemukan China (1) dan Jepang (2).
Pada sesi malam, tim putra memenangi perempat final atas Korea Selatan, 3-1, untuk berhadapan dengan Taiwan yang untuk pertama kalinya lolos ke semifinal. Chou Tien Chen dan kawan-kawan mengalahkan unggulan kedua, Denmark, juga dengan skor 3-1.
Baca juga: Kalahkan Thailand, Tim Piala Uber Indonesia Lolos ke Semifinal Setelah 14 Tahun
Kemenangan skuad putra ”Merah Putih” itu membalas kekalahan dari Korea Selatan yang terjadi pada dua pertemuan terakhir pada ajang beregu yang berbeda meski unggul 12-1 di Piala Thomas. Kekalahan itu terjadi pada perempat final beregu putra Asian Games Hangzhou 2022 dan penyisihan grup Kejuaraan Asia Beregu 2024 yang merupakan kualifikasi Piala Thomas dan Uber zona Asia.
Tim putra memenuhi target untuk memenangi dua tunggal dan satu ganda, yaitu dari Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan pasangan dadakan, Fajar Alfian/Daniel Marthin. Adapun poin yang hilang berasal dari Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana yang kalah dari Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae dengan skor 15-21, 12-21 pada partai kedua.
Seperti yang telah diwaspadai sejak awal, tim putra Korea Selatan adalah tim yang sering membuat kejutan dalam kejuaraan beregu meski tak punya pemain top, terutama pada nomor tunggal. Jeon Hyeok-jin dan Cho Geonyeop menunjukkan bahwa ranking mereka yang rendah serta pengalaman minim dalam kejuaraan besar bukan faktor yang harus dirisaukan saat melawan Anthony dan Jonatan.
Anthony dan Jonatan bahkan kehilangan gim pertama dan harus bermain selama lebih dari satu jam untuk menang. Anthony mengalahkan Jeon, 14-21, 21-16, 21-16, sementara Jonatan menang atas Cho Geonyeop, 17-21, 21-17, 21-10.
Dari sisi peringkat, pemain Korea memang tidak begitu bagus, tetapi di beregu, mereka suka mengejutkan. Itu yang saya dan tim sempat diskusikan. Jadi, kami memang sangat waspada melawan mereka.
Jeon, pemain berperingkat ke-47 dunia, memiliki hasil terbaik semifinal Jerman Terbuka Super 300 pada tahun ini. Adapun Cho (ranking ke-120) menjadi finalis dalam turnamen lebih rendah, yaitu Vietnam International Challenge. Ini berbeda dengan Anthony (7) yang mencapai final All England Super 1000 serta Jonatan yang menjadi juara Asia dan All England.
Baca juga: Membagi Fokus Piala Thomas-Uber dan Olimpiade
Namun, ketika mereka bersaing di lapangan yang sama, statistik tersebut tak terlalu berpengaruh. Anthony kesulitan mengatasi keuletan Jeon pada gim awal karena dia bisa bertahan dengan baik. Baru pada gim kedua, Anthony bisa bangkit meski sempat tertinggal hingga pertengahan gim.
”Dari sisi peringkat, pemain Korea memang tidak begitu bagus, tetapi di beregu, mereka suka mengejutkan. Itu yang saya dan tim sempat diskusikan. Jadi, kami memang sangat waspada melawan mereka,” tutur Anthony.
Sementara Jonatan bercerita bahwa kekalahan pada perempat final Asian Games mengganggu performanya. Saat itu, momen yang sama terjadi ketika Indonesia memenangi partai pertama dan kehilangan partai kedua. Setelah itu, Jonatan lalu Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin bermain dan kalah. Indonesia pun kalah 1-3.
Setelah dikontrol Cho pada gim pertama karena tidak fokus pada permainannya, Jonatan berusaha membangun kepercayaan diri dan semangat juangnya sejak gim kedua. Faktor nonteknis itu membuatnya bisa bermain lebih nyaman.
Kemenangan ketiga bagi Indonesia didapat Fajar/Daniel, formasi yang diturunkan sebagai bagian dari strategi menghadapi kekuatan ganda putra Korea Selatan. Fajar, pemain depan yang lebih berpengalaman, dan Daniel yang memiliki smes kuat membuat tim Indonesia lega. Mereka mengalahkan Kim Won-ho/Ki Dong-ju, 21-12, 21-13.
Baca juga: Berjuang Layaknya Final
Sebelum pertandingan, pelatih ganda putra Aryono Miranat menjelaskan alasan diturunkannya dua ganda putra tersebut. Kekuatan ganda putra Indonesia dan Korea Selatan sebenarnya berimbang, tetapi Fajar/Muhammad Rian Ardianto kalah dalam tiga pertemuan terakhir dengan Kang/Seo.
”Fikri/Bagas dinaikkan dengan harapan bisa bermain tanpa beban seperti melawan India. Selain itu, Fajar/Daniel diharapkan bisa mengambil kemenangan pada ganda kedua,” kata Aryono.
Kemenangan atas Korea Selatan membuat tim putra Indonesia membangun peluang tampil di final untuk keempat kali dalam lima edisi terakhir. Namun, mereka harus mengalahkan Taiwan lebih dulu pada semifinal.
Ini menjadi pertemuan kedua Indonesia dan Taiwan pada Piala Thomas setelah bersaing pada penyisihan grup di Aarhus, Denmark, pada 2020. Saat itu, Indonesia menang 3-2.
Pada perempat final, Chou Tien Chen dan kawan-kawan juga menunjukkan bahwa status unggulan dan ranking yang lebih rendah dari pemain-pemain Denmark tak menjadi masalah. Chou bahkan mengalahkan pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen, 21-19, 14-21, 21-19. Padahal, Chou tertinggal dengan catatan 3-18 dalam pertemuan lain dengan Axelsen dan sembilan kekalahannya dialami dalam 10 pertemuan terakhir.
Taiwan pun lolos ke semifinal untuk pertama kalinya sejak tampil pada putaran final Piala Thomas pada 2014. Prestasi terbaik sebelumnya adalah ketika mencapai perempat final pada 2016.
Penantian 14 tahun
Sementara semifinal yang akan dijalani tim putri Indonesia akan menjadi yang pertama sejak 2010. Waktu itu, tim putri Indonesia diperkuat Adriyanti Firdasari, Maria Febe Kusumastuti, dan Maria Kristin Yulianti pada sektor tunggal. Adapun ganda mengandalkan beberapa pemain, di antaranya Greysia Polii, Liliyana Natsir, dan Shendy Puspa Irawati. Greysia dan Shendy kini menjadi bagian dari mentor dan tim ad hoc PP PBSI untuk Olimpiade Paris 2024.
”Kemarin ada Kak Greysia (Polii) datang. Di tim juga ada Cik Shendy (Puspa Irawati). Mereka bilang sudah 14 tahun tim Uber tidak ke semifinal, tetapi kami tidak perlu terlalu memikirkan itu. Yang penting bermain maksimal, berjuang mati-matian di lapangan,” tutur Ester Nurumi Tri Wardoyo.
Ester, yang bermain sebagai tunggal kedua, menyumbangkan kemenangan ketiga bagi Indonesia dengan mengalahkan Supanida Katethong, 19-21, 21-19, 21-19, setelah berjuang selama 1 jam 23 menit. Pada dua partai sebelumnya, Gregoria mengalahkan Ratchanok Intanon, 22-20, 21-18, sementara Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti menang atas Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, 21-17, 21-14.
Begitu Ester memenangi poin terakhir, tim Indonesia di tribune bersorak. Apriyani, sebagai kapten tim putri, memeluk Gregoria. Kedua pemain senior di tim itu menangis. Saat Ester meninggalkan lapangan, Gregoria menghampiri ”adiknya” di pelatnas bulu tangkis itu untuk memeluknya.
Baca juga: Penampilan Lawan Jepang Jadi Modal Positif Tim Uber Indonesia Hadapi Thailand
Mereka memang pantas lega untuk momen kemenangan itu karena selama ini berada di bawah Thailand dalam persaingan di Piala Uber. Thailand menjadi salah satu tim kuat dalam kejuaraan Piala Uber sejak selalu lolos ke putaran final, mulai 2012. Mereka pun selalu memiliki hasil yang lebih baik dari Indonesia pada tiga kejuaraan terakhir dengan menembus final pada 2018 serta semifinal pada 2020 dan 2022.
Dalam tiga pertemuan dengan Indonesia sebelum di Chengdu, Thailand selalu menang 3-2 atas Indonesia, yaitu pada penyisihan grup 2016, lalu perempat final 2018 dan 2020.
Tunggal putri nomor satu Indonesia, Gregoria, juga selalu kalah dari tunggal pertama Thailand, Intanon, dalam delapan pertemuan di berbagai kejuaraan. Namun, ketika mereka bertemu pada perempat final Piala Uber kali ini, Gregoria tampil berbeda. Faktor yang paling berpengaruh pada performanya adalah kepercayaan diri yang terus tumbuh.
Salah satu momen di Chengdu yang membuatnya percaya diri saat melawan Intanon adalah kemenangan atas Akane Yamaguchi, pemain Jepang peringkat keempat dunia, pada penyisihan grup. Indonesia kalah 2-3, tetapi Gregoria dan Komang Ayu Cahya Dewi menang.
Meski demikian, Gregoria, yang semakin dewasa dengan pola pikirnya, menyatakan bahwa dia tidak ingin terpaku dengan kemenangan atas Yamaguchi. Apalagi, laga Indonesia melawan Jepang berlangsung ketika kedua tim itu telah dipastikan lolos ke perempat final.
”Apa pun bisa terjadi. Saat aku main bagus, tidak menjamin besoknya akan punya mental dan pikiran yang jernih. Jadi, aku mereset pikiran untuk tantangan baru. Apalagi, pada hari ini, mau enggak mau, aku harus menang. Jadi, aku mencoba tenang dan fokus pada diri sendiri,” tutur Gregoria yang telah bermain di Piala Uber pada 2016, 2018, dan 2020.
Kekuatan mental, daya juang atlet, dan kekompakan tim dibutuhkan kembali saat melawan Korea Selatan pada semifinal, Sabtu mulai pukul 08.30 WIB. Tim juara bertahan itu menjadi salah satu dari tiga kekuatan utama beregu putri, selain China dan Jepang yang akan bersaing pada semifinal lain. China bahkan tak pernah absen dari semifinal pada 40 tahun terakhir.
Dalam susunan pemain yang telah dirilis BWF pada Jumat malam, Indonesia akan menurunkan formasi yang sama seperti perempat final, yaitu Gregoria, Apriyani/Fadia, Ester, Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto, dan Komang Ayu Cahya Dewi.
Korea Selatan tak menurunkan tunggal putri nomor satu dunia, An Se-young, yang berada dalam kondisi tidak fit setelah menjalani perempat final. Posisinya digantikan Sim Yu-jin yang akan menjadi lawan Gregoria.
Tanpa An, skuad Merah Putih memiliki peluang seimbang dengan lawan untuk menang. Namun, Korea Selatan memiliki kekuatan lebih baik pada nomor ganda.
Statistik Pertemuan Tim Piala Uber Indonesia-Korea Selatan
Penyisihan grup Jakarta 1986, 3-2
Penyisihan grup Kuala Lumpur 1988, 1-4
Semifinal Kuala Lumpur 1992, 1-4
Semifinal Jakarta 1994, 4-1
Semifinal Hong Kong 1996, 4-1
Penyisihan grup Hong Kong 1998, 3-2
Perempat final Jakarta 2004, 1-3
Penyisihan grup New Delhi 2014, 1-4
Perempat final Kunshan 2016, 0-3
Statistik Pertemuan Piala Thomas Indonesia-Taiwan
Penyisihan Grup Aarhus 2020, 3-2