Indonesia Vs Guinea, Ambisi Kembar Akhiri Penantian Panjang Tampil di Olimpiade
Indonesia dan Guinea mengejar partisipasi kedua di Olimpiade. Indonesia menanti sejak 1956, sedangkan Guinea sejak 1968.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
Pertarungan play-off antarzona Kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang mempertemukan Indonesia melawan Guinea, Kamis (9/5/2024), di Pusat Latihan Nasional Clairefontaine, Perancis, bermakna akbar bagi kedua tim. Tiket tampil ke Paris 2024 akan mewujudkan mimpi sekaligus mengakhiri penantian panjang kedua negara berlaga di pesta olahraga terakbar.
Seperti diketahui, Indonesia telah merasakan kesempatan perdana berpartisipasi di Olimpiade Melbourne 1956. Tampil langsung di babak perempat final, Ramang dan kawan-kawan disingkirkan Uni Soviet akibat kalah 0-4 pada laga ulangan.
Dua dekade berselang, “Garuda” yang diasuh salah satu pelatih terbaik dari Belanda, Woel Coerver, nyaris lolos ke Montreal 1976. Tetapi, tekad untuk mengulangi tampil di Olimpiade pupus akibat kalah adu penalti 4-5 dari Korea Utara pada partai final Grup 2 Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976.
Kans Indonesia merebut salah satu jatah dari tiga tiket Olimpiade Paris 2024 kembali gagal. Pada dua kesempatan yang tersaji di Piala Asia U-23 2024 Qatar, “Garuda Muda” menelan kekalahan pada laga semifinal melawan Uzbekistan dan perebutan tempat ketiga dari Irak. Itu membuat Indonesia butuh jalani laga play-off untuk merebut satu jatah pamungkas untuk melengkapi 16 kontestan cabang sepak bola putra Paris 2024.
Di sisi lain, Guinea juga gagal merebut salah satu dari tiga tiket otomatis ke Olimpiade untuk wakil Afrika. Mereka kalah adu penalti 3-4 pada laga perebutan tempat ketiga Piala Afrika U-23 2023, Juli 2023.
Serupa Indonesia di Piala Asia U-23 2024, Guinea—yang berjuluk “Gajah Nasional”—juga berpredikat tim debutan pada Piala Afrika U-23 2023. Kedua tim juga berhasil menjadi semifinalis. Tetapi, capaian itu belum cukup untuk menembus langsung ke Olimpiade Paris 2024.
Situasi kami tidak mudah karena kami sangat kelelahan dan beberapa pemain mengalami cedera ringan, tetapi kami akan melakukan kerja keras untuk memanfaatkan satu kesempatan tersisa.
Guinea jalani kali pertama dan masih satu-satunya berlaga di Olimpiade Meksiko 1968. Pada babak Kualifikasi Meksiko 1968, Guinea melalui tiga tahap pertandingan. Di putaran pertama mereka menumbangkan Gabon dengan agregat 6-1, lalu bye alias langsung melaju ke final karena Uni Emirat Arab, lawan di putaran kedua, mengundurkan diri.
Partisipasi perdana di Olimpiade dipastikan berkat mengalahkan Aljazair dengan keunggulan agregat 5-4. Meski terkesan menjalani laga kandang-tandang, didasari alasan keamanan dua gim itu berlangsung di Stadion Mohammed V, Casablanca, Maroko, 26 dan 30 Juni 1968.
Pada Olimpiade 1968, Guinea gagal bersaing di Grup A. Mereka hanya meraup sekali kemenangan atas Kolombia, kemudian kalah dari Perancis dan Meksiko. Hasil itu membuat Guinea menduduki peringkat terakhir atau keempat.
Dengan penantian beberapa generasi untuk tampil kembali di Olimpiade tak diragukan lagi jika Indonesia dan Guinea sama-sama berambisi mengejar kemenangan di laga play-off. Tim U-23 Indonesia asuhan Pelatih Shin Tae-yong direncanakan langsung bertolak dari Doha, Qatar, ke Paris, Perancis, awal pekan depan.
Ivar Jenner, gelandang Indonesia, mengatakan masa persiapan untuk menghadapi Guinea tidak akan mudah akibat kendala fisik yang dialami mayoritas pemain utama. Meski begitu, Ivar menegaskan, skuad “Garuda Muda” akan mengerahkan segalanya untuk memanfaatkan kans terakhir tampil di Paris 2024.
“Kami sangat kecewa kalah di gim melawan Irak, tetapi kami masih memiliki satu kans melawan Guinea untuk menuju Olimpiade. Situasi kami tidak mudah karena kami sangat kelelahan dan beberapa pemain mengalami cedera ringan, tetapi kami akan melakukan kerja keras untuk memanfaatkan satu kesempatan tersisa,” ujar Ivar.
Pergantian pelatih
Jelang hadapi babak play-off antarzona Kualifikasi Olimpiade Paris 2024, Guinea U-23 mendapat pelatih baru. Pelatih Guinea senior Kaba Diawara ditunjuk sejak April 2024 lalu untuk mempersiapkan tim jalani pertandingan play-off Olimpiade 2024. Diawara akan dibantu oleh Morlaye Cisse, Pelatih Guinea U-23, di Piala Afrika U-23 2023 lalu.
Selain itu, sejak akhir Mei, Guinea juga sudah menjalani pemusatan latihan di Spanyol. Skuad Gajah Nasional sempat menjalani laga uji coba menghadapi Amerika Serikat, salah satu kontestan Paris 2024, di Girona, Spanyol. Pada gim itu, Guinea takluk dengan skor mutlak 0-3.
“Laga play-off itu memberikan perasaan terhormat sekaligus bangga bagi saya, sebab kali terakhir kami tampil di Olimpiade pada 1968. Satu-satunya cara kami lolos adalah menang, jadi kami akan memberikan penampilan sepenuhnya dengan harti kami. Bermain di Olimpiade adalah sumber kebanggaan,” kata Diawara kepada FIFA.
Meskipun selama kariernya membela Tim Nasional Guinea, Diawara lahir dan besar di Perancis. Tim-tim raksasa Perancis, seperti Bordeaux, Marseille, dan Paris Saint-Germain, memenuhi riwayat kariernya sebagai pemain. Dengan kondisi itu, Diawara sudah paham betul suasana Perancis yang akan menjadi arena laga play-off serta putaran final Olimpiade Paris.
“Jika bisa menembus Olimpiade Paris, maka itu memvalidasi hasil dari proses yang telah kami mulai sejak saya memegang timnas pada Oktober 2021. Sejak awal, saya membangun proyek dengan pemain-pemain muda untuk menciptakan fondasi masa depan Guinea,” ucap Diawara.
Di bawah kendali Diawara, Timnas Guinea menembus perempat final Piala Afrika 2023, Januari lalu. Diawara pun berambisi membawa Guinea guna mengikuti jejak tetangga mereka di Afrika Barat, seperti Pantai Gading dan Senegal, tampil di Piala Dunia.