Berapa pun Nicolas Jackson berjuang membuktikan janji, sebanyak itu pula peluang emas ia lewatkan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Kegeraman pendukung Chelsea seketika tertuju kepada penyerang Nicolas Jackson pada laga semifinal menghadapi Manchester City di Stadion Wembley, yang berlangsung pada Minggu (21/4/2024) dini hari WIB. Pemain 22 tahun yang baru didatangkan awal musim ini dari Villarreal itu menyia-nyiakan sejumlah peluang emas untuk membuat Chelsea memimpin lebih dulu. Ketidakmampuan mencetak gol itu lantas disesali Chelsea yang harus tersingkir karena gol semata wayang gelandang City, Bernardo Silva.
Tidak butuh waktu lama, akun media sosial Jackson sudah dipenuhi ribuan komentar bernada kecaman dari pendukung Chelsea. Mereka rata-rata menyuarakan ketidakpuasan terhadap performa Jackson pada laga tersebut. Ditugaskan sebagai penyerang murni, Jackson gagal memberikan impresi positif. Dia tercatat melepaskan tiga tembakan tepat sasaran dan seluruhnya gagal menjadi gol.
Momen yang paling disayangkan pendukung Chelsea adalah saat Jackson berhasil melewati kiper City, Stefan Ortega, tetapi memilih berputar-putar terlebih dulu alih-alih menembak. Kecepatan pengambilan keputusan Jackson banyak disorot pada momen tersebut.
Ia juga menyia-nyiakan peluang emas pada babak kedua saat tinggal berhadapan dengan Ortega. Sepakan mendatarnya terlampau lemah dan arah bolanya relatif tidak menyulitkan Ortega.
”Kami kompetitif, tapi kurang klinis,” ucap Manajer Chelsea Mauricio Pochettino seusai laga, dikutip dari laman klub.
Suara kekecewaan fans Chelsea terhadap performa Jackson sungguh bisa dimengerti. Pada dirinyalah imaji fans terhadap sosok penyerang haus gol tercurahkan. Pada masa lalu, Chelsea pernah punya penyerang tajam sekelas Didier Drogba dan Nicolas Anelka. Beberapa tahun terakhir, Chelsea punya masalah besar dalam hal penyelesaian akhir.
Ketika didatangkan dari Villarreal, Jackson masuk dalam jajaran penyerang paling menjanjikan di Liga Spanyol. Jackson lantas didatangkan Chelsea untuk memecahkan masalah di lini depan. Kedatangannya pun seketika menyiratkan janji tidak terucap, bahwa masalah lini depan Chelsea akan usai musim ini.
Dengan kecepatan dan akselerasinya, Jackson kerap menyulitkan bek lawan saat mengejarnya. Chelsea memiliki deretan gelandang yang mampu memberikan bola-bola terobosan favorit Jackson. Maka dari itu, kemampuan menerobos masuk kotak penalti lawan dengan mengandalkan kecepatan masih tetap bisa ia perlihatkan di Chelsea, tetapi tidak diiringi dengan kualitas penyelesaian akhir yang baik.
Nicolas Jackson, jujur saja, ini tidak akan menjadi jawaban jangka panjang.
Dalam 37 laga di seluruh kompetisi musim ini, Jackson sudah mencetak 13 gol dan lima asis. Capaian itu sudah setara dengan 47 laga yang dia jalani bersama Villarreal musim lalu (13 gol dan lima asis). Hanya saja, Jackson dinilai terlalu boros sehingga jumlah golnya seharusnya bisa lebih dari yang saat ini ia koleksi.
Kritik terhadap inefisiensi Jackson pernah terlontar dari mantan penyerang timnas Inggris, Peter Crouch. Ia menyebut Jackson tidak cukup baik sebagai penyerang. ”Nicolas Jackson, jujur saja, ini tidak akan menjadi jawaban jangka panjang. Dia melakukan banyak pekerjaan hebat di luar kotak penalti, tetapi apakah dia akan memberi Anda 15-20 gol? Saya rasa tidak,” kata Crouch, dikutip dari TNT Sports.
Kejamnya Liga Inggris
Menjadi penyerang utama Chelsea, apalagi di Liga Inggris, memberikan tekanan tersendiri bagi pemain mana pun. Jangankan Jackson, penyerang yang jauh lebih berpengalaman pun pernah kesulitan berkembang di Chelsea. Di masa lalu, Fernando Torres yang sukses di Liverpool juga kesulitan mencetak gol saat berseragam ”Si Biru”.
Sebagai liga paling kompetitif di dunia, Liga Inggris jarang memberikan waktu yang banyak bagi seorang pemain untuk beradaptasi. Saking kompetitifnya, pemain yang baru datang hampir selalu segera dituntut cepat beradaptasi. Hal ini tentu tidak adil bagi Jackson yang baru berusia 22 tahun. Dengan usia semuda itu, dia sudah dibebankan ekspektasi dan target yang sedemikian tinggi.
Menilik raihan golnya sejauh ini, Jackson tidak bisa disebut gagal total. Dia sudah berjanji untuk bermain lebih efisien, tetapi hingga kini masalah utama Jackson adalah belum tercapainya konsistensi penampilan. Kritik berlebihan sangat mungkin menjadi sumber masalah itu.
”Tidak mudah menjadi striker Chelsea. Ketika saya pertama kali datang (kritik itu mengganggu saya). Liga Spanyol tidak seperti ini. Jadi, ketika saya pertama kali datang, ada sedikit (kritik),” kata Jackson.
Selain usianya yang muda, Jackson juga belum punya banyak pengalaman menjadi pemain reguler di Liga Inggris sebelumnya. Kenyataan itu saja sudah membuatnya cukup kesulitan bersaing dalam kondisi apa pun.
Apalagi, Chelsea tidak menyediakan pemain berpengalaman di sekelilingnya yang bisa menasihati, membujuk, menguatkan hati, dan memberi dukungan, maka ada masalah serius yang akan dia hadapi. Bukan tidak mungkin Jackson bakal layu sebelum sempat berkembang.
Semasih kecaman dan kritik bertubi-tubi datang kepadanya, sulit melihat Jackson akan mampu melunasi janjinya. (AP)