Penebusan Bernardo Silva dan Dejavu Chelsea
Manchester City jaga peluang raih gelar ganda domestik. Bernardo Silva jadi pahlawan di tengah performa ”hangover” City.
LONDON, MINGGU — Dari pecundang menjadi pahlawan hanya dalam waktu tiga hari dialami Bernardo Silva untuk Manchester City. Seusai gagal membantu City lolos ke semifinal Liga Champions, Silva mencetak gol tunggal untuk membawa ”The Citizens” menembus final Piala FA. Di sisi lain, Chelsea mengalami dejavu di Stadion Wembley hanya dalam dua bulan akibat terlalu banyak membuang peluang.
Silva adalah eksekutor kedua City dalam babak adu penalti melawan Real Madrid di semifinal Liga Champions, Kamis (18/4/2024) WIB lalu. Namun, pemain berpaspor Portugal itu tidak mampu menaklukkan kiper Real, Andriy Lunin, sehingga menjadi salah satu faktor kegagalan City melaju ke fase empat besar kompetisi antarklub Eropa itu.
Tiga hari berselang, Silva menebus kegagalan itu dengan gol tunggal ke gawang Chelsea untuk keunggulan City 1-0 pada gim semifinal Piala FA, Minggu (21/4/2024) dini hari WIB, di Stadion Wembley, London. Sepakan kaki kirinya di muka gawang ”Si Biru” pada menit ke-84 cukup untuk mengantarkan City pertama kali dalam 130 tahun klub jalani final Piala FA beruntun.
Baca juga: Mahkota Keputusasaan Manchester City
Seandainya tidak mencetak gol itu, kritik tentu akan tetap mengarah ke Silva. Ia gagal menampilkan percikan kegeniusan lewat visi bermain dan kaki kiri magisnya selama lebih dari 90 menit.
Silva hanya sekali mencatatkan dribel sukses yang setara dengan catatan bek Manuel Akanji. Ia pun gagal menjaga konsistensi hadirkan rerata dua operan kunci per laga di seluruh kompetisi musim ini. Sebab, hanya satu umpan kunci yang dihasilkan Silva di Wembley.
”Sangat senang setelah merasakan pekan yang sangat membuat frustrasi bagi kami, terutama untuk saya pribadi. Hal baik di Man City, Anda bermain setiap tiga hari. Jadi, Anda memiliki kesempatan untuk membenahi sesuatu setiap tiga hari dan sekarang kami memiliki satu kesempatan untuk memenangi trofi lain,” tutur Silva seusai laga kepada BBC.
Lewat gol tunggal itu, Silva pun menghadirkan senyuman dari wajah Manajer City Pep Guardiola. Setelah disingkirkan Real hingga peluit akhir duel kontra Chelsea, Guardiola terlihat tegang di sisi lapangan. Seusai laga berakhir, Guardiola berbincang lebih dari 25 detik dengan Silva di tengah lapangan, lalu memeluk ”sang pahlawan”.
Sangat senang setelah merasakan pekan yang sangat membuat frustrasi bagi kami, terutama untuk saya pribadi.
”Sepanjang tahun, kami telah melakukan di banyak kesempatan dan hari ini tim menunjukkan banyak karakter,” kata Silva.
Baca juga: Gelombang ”Badai” Manchester City di Etihad
Peluang berbuah gol City itu diawali kolaborasi duo Belgia, Jeremy Doku dan Kevin De Bruyne, di sisi kanan pertahanan Chelsea. Umpan silang De Bruyne sempat dihalau dengan kaki oleh kiper Chelsea, Dorde Petrovic.
Kemudian, bola justru mengarah ke posisi Silva yang berada di sisi kiri gawang Chelsea. Bola sepakan Silva sempat mengenai dada bek kiri Chelsea, Marc Cucurella, sebelum menggetarkan jala gawang.
Bukan performa terbaik
Meski menjaga kans meraih gelar ganda domestik di musim ini, yaitu Liga Inggris dan Piala FA, City tampil di bahwa performa terbaik mereka kontra Chelsea. The Citizens harus menunggu hingga menit ke-52 untuk mencatatkan tembakan mengarah ke gawang lewat sepakan Phil Foden.
Penguasaan bola dominan oleh City dengan 61 persen hanya menghasilkan tiga tembakan mengarah ke gawang sepanjang laga. Frank Lampard, legenda Chelsea, mengakui, City tidak dalam penampilan level tertinggi mereka.
”Saya tidak berpikir kami bisa menganalisis Manchester City hari ini, sebab itu bukan City yang sebenarnya. Mereka tidak memiliki percikan di kaki-kaki pemain, energi untuk menekan, ketajaman, dan insting membunuh. Kemenangan mereka tentang karakter tim,” puji Lampard kepada BBC.
Guardiola pun mengecam jadwal mepet timnya dari perempat final Liga Champions dengan semifinal Piala FA. Ia menyebut tiga semifinalis lain, yaitu Chelsea, Manchester United, dan Coventry City, tampil dengan kondisi lebih baik karena tidak berlaga di tengah pekan.
”Ini sangat tidak bisa diterima dan mustahil dijalani untuk kesehatan pemain. Kami bermain selama 120 menit dengan emosi melawan Real dan cara kami kalah. Itu amat sulit untuk pulih secara mental, saya pun tidak memahami bagaimana para pemain bisa bertahan,” tutur Guardiola, dilansir Manchester Evening News.
Ketika City masih terlihat hangover setelah kekalahan menyakitkan dari Real, Chelsea tetap tidak bisa mengalahkan mereka. Sudah sembilan pertemuan berturut-turut Si Biru gagal menaklukkan City.
Di Wembley, Chelsea seharusnya bisa mencetak gol lebih awal. Akan tetapi, peluang Nicolas Jackson dan Cole Palmer di babak pertama masih bisa ditepis kiper City, Stefan Ortega. Ketika babak kedua baru berjalan empat menit, Jackson mendapatkan peluang ganda yang kembali terbuang sia-sia.
Jackson, yang berasal dari Senegal, gagal menaklukkan Ortega dalam situasi satu lawan satu. Kemudian, ia mendapat peluang sundulan yang justru mengarahkan bola ke posisi Ortega. Secara total, Si Biru menghasilkan lima tembakan mengarah ke gawang. Lebih banyak dari City.
Buruknya efektivitas itu membangkitkan ingatan pada final Piala Liga Inggris, 25 Februari lalu. Chelsea tumbang 0-1 menghadapi ”tim kedua” Liverpool akibat menyia-nyiakan sembilan tembakan tepat sasaran selama 120 menit pertandingan.
Disinggung tentang sikap pemainnya yang mubazir peluang, Manajer Chelsea Mauricio Pochettino mengaku kecewa dengan permainan anak asuhannya. Ia menilai skuadnya pantas menang merujuk koleksi peluang yang dihasilkan.
”Kami kebobolan dari sebuah momen yang seharusnya tidak kemasukan. Kami juga tidak tampil klinis di depan gawang. Kami menciptakan banyak peluang bersih, tetapi tidak bisa mencetak gol,” kata Pochettino, dilansir Sky Sports.
Alan Shearer, legenda Newcastle United, menilai Chelsea patut menyesali performa mereka di Wembley. ”Chelsea hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Mereka menciptakan banyak peluang bagus. Itu bukan ketidakberuntungan, tetapi mereka kurang memiliki kualitas dan itu serupa dengan kekalahan serupa di Piala Liga,” ucap Shearer. (AFP)