Aura pertahanan Arsenal runtuh di hadapan Muenchen yang datang dengan kehati-hatian. Muenchen lebih dewasa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, RABU — Pertahanan Arsenal yang terkenal kokoh sepanjang tahun ini justru menjadi penyebab kegagalan menang atas tim tamu Bayern Muenchen. ”Si Meriam” mempersulit diri sendiri dengan dua blunder fatal di lini belakang. Manajer Mikel Arteta turut andil dalam dosa tersebut karena salah dalam pemilihan pemain.
Drama masih tersaji setelah peluit panjang laga perempat final pertama yang berujung imbang 2-2 di Stadion Emirates, Rabu (10/4/2024) dini hari WIB. Asisten wasit video (VAR) meninjau potensi penalti untuk Arsenal. Sayap Arsenal Bukayo Saka terjatuh usai bertabrakan dengan kiper Manuel Neuer pada detik-detik terakhir injury time.
VAR setuju dengan pendapat wasit Glenn Nyberg, tidak ada penalti. Laga pun berakhir. Saka yang tidak puas dengan keputusan itu mengejar Nyberg sambil terpincang-pincang. ”Itu terlihat seperti penalti untuk saya. Kontaknya jelas,” kata pemain pengganti Arsenal Leandro Trossard pada TNT Sports.
Keputusan wasit memang krusial dalam menentukan hasil akhir laga ini. Namun, jika dilihat lebih luas, Arsenal sebenarnya bisa saja menang dengan nyaman tanpa harus berpangku tangan pada penalti di pengujung laga. Tim tuan rumah memiliki kesempatan itu usai unggul cepat lewat gol Saka di menit ke-12.
Arsenal mendominasi permainan. Enam menit berselang, Bayern melepas umpan panjang. Bek Gabriel Magalhaes dan kiper David Raya salah koordinasi. Raya maju terlalu jauh dari kotak penalti. Magalhaes kaget dengan posisi sang kiper. Situasi itu berujung transisi dan gol penyeimbang yang dicetak mantan pemain Arsenal, Serge Gnabry.
Tim asuhan Arteta kehilangan momentum. Bayern justru lebih berbahaya dari serangan balik. Giliran sayap tim tamu Leroy Sane yang mengacaukan pertahanan Arsenal. Bek William Saliba terpaksa menjatuhkannya di kotak penalti. Penyerang Bayern Harry Kane mengeksekusi penalti dengan sempurna.
Arsenal kemasukan sepasang gol hanya dari dua tembakan Bayern sepanjang 45 menit. Kesalahan tersebut terbilang anomali. Pertahanan Arsenal yang dikomandoi Saliba dan Magalhaes sedang dalam tren performa terbaik. Si Meriam hanya kemasukan 4 gol dalam 11 pertandingan liga sejak pergantian tahun.
”Gol pertama mereka membuat ketidakpastian. Setelah itu muncul gol kedua yang datang dari proses tidak biasa. Ini adalah Liga Champions. Jika membuat kesalahan, Anda akan dihukum. Kami tidak melakukan banyak hal sederhana yang sesuai standar tim. Kami memberikan mereka ruang untuk berlari,” ujar Arteta.
Di sisi lain, Arteta turut andil dalam sejumlah blunder yang dilakukan pertahanan Arsenal. Dia membuat keputusan cukup unik dengan memasang bek Jakub Kiwior di sayap kiri. Kiwior yang berposisi asli bek tengah memiliki fisik tinggi dan kuat, tetapi kurang lincah. Dia sangat tidak cocok menghadapi Sane yang cepat dan lincah.
Hasilnya, Kiwior terlibat dalam kesalahan kolektif Arsenal di kedua gol Bayern. Bolanya direbut Sane di proses gol pertama. Itu bukan murni kesalahan Kiwior karena ada pengaruh umpan Magalhaes yang terlalu keras. Adapun dia dilewati begitu mudah oleh Sane dalam proses serangan yang berujung penalti Kane.
Kiwior dimainkan untuk memberikan stabilitas di lini pertahanan. Namun, dia gagal memberikan kenyaman di pertahanan sekaligus tidak menghadirkan nilai tambah di sisi serangan. Bek asal Polandia itu pun langsung ditarik keluar setelah turun minum, digantikan oleh Oleksandr Zinchenko yang lebih ofensif.
Pengalaman berbicara
Bayern datang dengan rencana sangat jelas. Pelatih Thomas Tuchel menginstruksikan bermain lebih pasif dengan blok medium. Arsenal dibiarkan menguasai bola lebih banyak, tetapi tidak bisa banyak berkreasi di sepertiga akhir lapangan. Pergerakan gelandang kreatif Arsenal, Martin Odegaard, dibatasi.
Saat bersamaan, tim tamu sudah menyiapkan Sane dan Gnabry untuk memanfaatkan transisi kilat. Kane, sebagai penyerang tengah, hanya dijadikan penarik perhatian lini belakang Arsenal. Si Meriam yang menggunakan garis pertahanan tinggi pun begitu kewalahan.
Gol pertama mereka membuat ketidakpastian. Setelah itu, muncul gol kedua yang datang dari proses tidak biasa.
Kane berkata, mereka tidak ingin menjalani laga kedua dengan kondisi tertinggal. ”Mereka adalah tim yang sangat baik. Karena itu, kami mengganti rencana untuk sedikit lebih bertahan hari ini. Kami harus bekerja keras dan terpaksa tampil lebih dalam karena mereka piawai bermain dengan bola,” ucapnya.
Sesaat, Muenchen tidak terlihat seperti tim yang sedang berada dalam krisis. Mereka begitu matang, sangat tenang menjalankan rencana. Adapun Kane dan rekan-rekan datang ke Stadion Emirates dengan kepercayaan diri rendah setelah kekalahan 2-3 di Liga Jerman dari tim medioker FC Heidenheim.
Kedewasaan Bayern semakin terpancar usai gol penyeimbang Trossard di menit ke-76. Di tengah Stadion Emirates yang bergemuruh, mereka bisa kembali mengendalikan situasi. Tim tamu yang hanya mencatat penguasan bola 41,6 persen sebelum gol berbalik mendominasi dengan 56,4 persen di sisa laga.
Menurut Tuchel, mereka seharusnya bisa mencuri kemenangan. Namun, Bayern kurang beruntung karena tembakan pemain pengganti Kingsley Coman di pengujung laga hanya membentur tiang gawang. ”Kami butuh kualitas dan gairah seperti ini lagi di kandang. Jika bisa, kami akan lolos,” kata Tuchel, yang pernah meraih juara Liga Champions bersama Chelsea itu.
Arteta menebus dosanya di paruh kedua dengan strategi tepat dalam pergantian pemain. Dia memasukkan Trossard dan Gabriel Jesus untuk menambah ekstra pemain di lini serang. Kedua pemain itu terlibat langsung dalam gol penyeimbang. Meskipun demikian, hasil imbang membuat pekerjaan Arsenal jauh lebih berat di laga kedua. (AP/REUTERS)