Shin Tae-yong dan Target Tak Realistis PSSI
Demi lolos dari fase grup Piala Asia U-23, Indonesia perlu raih lima poin dari tiga laga. Lolos Olimpiade hal mustahil.
Awal persiapan tim U-23 Indonesia jelang Piala Asia U-23 2024 berjalan tidak baik. Skuad asuhan Shin Tae-yong tumbang 1-3 pada laga uji coba perdana melawan Arab Saudi di Stadion The Sevens, Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu (6/4/2024) dini hari WIB.
Jika merujuk pada hasil akhir, terdapat hal positif dari duel tersebut. Indonesia, yang berstatus debutan di ajang Piala Asia U-23, mampu memberikan perlawanan berarti dengan mencuri satu gol melawan Saudi. Tak hanya dikenal sebagai salah satu raksasa sepak bola Asia, ”Si Alap-alap Hijau”, julukan Saudi, datang ke Piala Asia U-23 2024 di Qatar dengan status juara bertahan.
Namun, performa Indonesia itu masih jauh dari layak untuk menghadirkan kejutan dengan menembus posisi tiga besar di Piala Asia U-23 2024. Prestasi itu adalah syarat apabila Indonesia ingin mengakhiri penantian selama 68 tahun untuk kembali berlaga di putaran final sepak bola Olimpiade.
Secara umum, permainan kami tidak terlalu buruk.
Seperti biasa, Shin tidak terlalu muluk mengejar hasil di laga uji coba jelang turnamen resmi. Duel kontra Saudi, kata Shin, dimaksudkan untuk memantau kondisi pemain setelah menjalani latihan fisik intens sejak pemusatan latihan di Dubai dimulai, Selasa (2/4/2024).
Baca juga: Ranking Indonesia Melonjak Delapan Peringkat di Daftar FIFA
”Pasti belum puas (dengan hasil akhir). Dengan hampir semua pemain dimainkan pada babak pertama dan kedua, laga ini untuk mengecek kondisi pemain. Secara umum, permainan kami tidak terlalu buruk,” ucap Shin dilansir laman PSSI.
PSSI menargetkan Shin bisa membawa skuad ”Garuda Muda” menembus posisi empat besar atau semifinal. Jika bisa menembus semifinal, lalu kalah di babak empat besar serta pada duel perebutan tempat ketiga, Indonesia masih berpeluang tampil di Paris dengan merebut satu tiket tersisa ke Paris 2024 melalui laga playoff melawan Guinea, duta Afrika.
Sebagai anak baru di turnamen Piala Asia U-23, Indonesia datang dengan skuad berkualitas ”papan tengah”. Merujuk pada data Transfermarkt, skuad sementara Indonesia memiliki akumulasi nilai pasar sebesar Rp 88,21 miliar. Angka itu membuat Indonesia—per 6 April 2024—berada di peringkat keenam dari 16 peserta dengan ukuran nilai pasar skuad.
Bek tengah asal Persija Jakarta, Rizky Ridho, adalah pemain paling bernilai tinggi di skuad U-23 Indonesia dengan harga pasar Rp 6,95 miliar. Ridho mengungguli Ivar Jenner dan Marselino Ferdinan yang memiliki nilai pasar Rp 5,21 miliar, lalu disusul Bagas Kaffa dan Ramadhan Sananta masing-masing bernilai Rp 4,78 miliar.
Baca juga: Batal Ditunda Sebulan, Liga 1 Kembali Bergulir 15 April 2024
Apabila menyesuaikan nilai pasar itu, Indonesia sepatutnya bisa menembus minimal babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Tetapi, hal itu tentu tidak bisa menjadi rujukan untuk memahami kekuatan sesungguhnya Indonesia di turnamen kelompok umur paling senior milik Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Sebagai satu-satunya debutan di Piala Asia U-23 2024, menginginkan tiket ke Olimpiade Paris adalah target yang terlampau muluk. Pasalnya, Indonesia perlu bersaing dengan lima eks juara turnamen itu, yakni Korea Selatan, Jepang, Uzbekistan, Irak, dan Saudi. Kemudian, ada pula empat tim lain, yang telah berpengalaman menembus babak semifinal, seperti Qatar, Jordania, Vietnam, dan Australia.
Delapan dari sembilan tim di atas—kecuali Vietnam—jelas memiliki kans lebih besar untuk melaju ke Paris. Pengalaman mereka lebih matang karena tidak pernah absen di Piala Asia U-23, termasuk dua edisi yang menjadi ajang kualifikasi Olimpiade pada Qatar 2016 dan Thailand 2020.
Tantangan terjal
Sebelum meneropong peluang mencapai semifinal, Shin dan pemain Indonesia harus berlatih dan mempersiapkan diri ekstra keras untuk mengejar gap kualitas dari tiga pesaing di Grup A. Qatar, Australia, dan Jordania tidak hanya lebih diunggulkan, tetapi juga pernah mengisi babak semifinal di enam edisi Piala Asia U-23.
Baca juga: Mudarat Bayangi Pemain dan Klub dari Penundaan Liga 1
Australia, misalnya, selalu menembus babak semifinal pada dua edisi terakhir, 2022 dan 2020. Hasil meraih posisi ketiga di Thailand 2020 membawa mereka menembus Olimpiade Tokyo 2020. Pada tiga tahun lalu pun, mereka dua kali mengalahkan Indonesia di babak kualifikasi untuk menyegel tiket ke putaran final Piala Asia U-23 2022 di Uzbekistan.
Sementara itu, Qatar juga mampu menembus babak perempat final pada edisi 2016 dan 2018. Mereka gagal melaju ke Olimpiade Rio de Janeiro akibat tumbang 1-2 dari Irak di babak perebutan tempat ketiga. Adapun Jordania adalah peraih medali perunggu Piala Asia U-23 edisi perdana pada 2013 yang digelar di Oman.
Sejak Piala Asia U-23 digunakan sebagai babak kualifikasi Olimpiade pada Qatar 2016, lalu menyusul di Thailand 2020, poin aman untuk lolos dari fase grup adalah lima poin. Itu artinya Indonesia haram menerima kekalahan dari tiga pertandingan Grup A.
Garuda Muda akan menjalani partai pembuka melawan tuan rumah Qatar, 15 April mendatang. Selanjutnya, Pratama Arhan dan kawan-kawan bakal menantang Australia (18/4/2024) dan Jordania (21/4/2024). Demi memenuhi lima poin, Indonesia harus meraup satu kemenangan dan dua hasil imbang.
Baca juga: Liga 1 Ditunda demi Prestasi Maksimal pada Piala Asia U-23
Dengan membandingkan kualitas skuad, laga melawan dua tim Timur Tengah, Qatar dan Jordania, adalah yang paling memungkinkan untuk meraup kemenangan. Untuk melawan Australia, hasil imbang adalah capaian yang realistis.
Apabila bisa lolos dari fase grup, tantangan yang bakal dihadapi Indonesia akan semakin sulit. Garuda Muda berpeluang menghadapi salah satu dari tim langganan Olimpiade dari Asia, yaitu Jepang atau Korea Selatan. Kedua tim itu selalu menjadi duta Asia di Olimpiade sejak edisi 1996.
Seusai timnya kalah dari Indonesia di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2024, September lalu, Pelatih Turkmenistan Agamyradov Ahmet menilai, Garuda Muda memiliki kualitas pemain yang bisa bersaing di kancah Asia. ”Banyak hal yang perlu diperhatikan agar bisa lolos grup, misalnya kekuatan lawan di babak penyisihan. Saya harap Indonesia bisa menjalani kompetisi dengan baik,” tutur Agamyradov.
Mencari solusi
Meskipun di setiap turnamen sepak bola, apalagi level kelompok umur, segalanya bisa terjadi, meraih prestasi bersejarah tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan. Shin bersama staf kepelatihannya harus menemukan cara untuk meningkatkan kualitas skuad Indonesia hanya dalam waktu dua pekan sebelum turnamen berlangsung.
Baca juga: ”Garuda Muda” Terancam Tanpa Kekuatan Penuh
Setelah menghadapi Saudi, Indonesia akan menantang UEA pada Senin (8/4/2024). Performa melawan UEA akan menjadi barometer akhir bagi Shin untuk menentukan 23 pemain yang bakal dibawanya ke Qatar.
Selain inferioritas kualitas, Shin juga wajib mencari solusi berbagai kendala timnya, terutama krisis di lini belakang. Harapan Shin bisa mendapatkan tenaga bek tengah asal Cerezo Osaka, Justin Hubner, pupus untuk sementara waktu.
Cerezo hanya akan mengizinkan Justin meninggalkan klubnya mulai 17 April mendatang. Alhasil, Justin berpeluang baru bisa dimainkan penuh pada laga pamungkas Grup A kontra Jordania.
Selain Justin, Alfeandra Dewangga, bek asal PSIS Semarang, juga tidak bisa bergabung akibat masih dalam tahap pemulihan cedera. Itu membuat sektor bek tengah cuma diisi Ridho, Muhammad Ferrari, Komang Teguh, dan Kakang Rudianto.
Lihat juga: Indonesia Menuju Piala Asia U-23 2024
Hanya memiliki empat pemain berposisi murni bek tengah tentu menjadi alarm bagi Shin. Kegemarannya menggunakan formasi tiga bek tengah sejajar terancam tidak berjalan maksimal seiring kedalaman skuad yang buruk.
”Memang ada masalah di lini belakang karena beberapa pemain tidak bisa bergabung. Hal itu sedang kami pikirkan untuk mencari solusinya,” kata Shin.
Adapun untuk posisi lain relatif tidak akan memiliki kendala berarti. Di posisi kiper, Ernando Ari perlahan telah sepenuhnya pulih dari cedera. Pada posisi gelandang, Marselino, Ivar, dan Arkhan Fikri tetap menjadi andalan Shin.
Selain itu, Shin juga memiliki kedalaman bek sayap yang bagus seiring kehadiran Arhan, Bagas Kaffa, Fajar Fathurrahman, Rio Fahmi, dan Haykal Alhafiz. Arhan sulit tersingkir sehingga salah satu dari empat nama tersisa yang akan dicoret oleh Shin.
Baca juga: Jalan Menuju Olimpiade Paris Terbuka
Untuk pos penyerang sayap, pengalaman Witan Sulaeman membuatnya tak tergantikan. Ia berpeluang menyegel salah satu tempat di tim utama bersama Rafael Struick. Adapun dua pemain, Ramadhan Sananta dan Hokky Caraka, bakal memperebutkan satu tempat posisi penyerang tengah.
Melihat status debutan Indonesia serta skuad diisi mayoritas pemain hasil ”didikan” Liga 1 Indonesia, sepatutnya PSSI tidak mematok target muluk kepada Garuda Muda. Meskipun ada peluang tampil di ajang Olimpiade, Piala Asia U-23 idealnya lebih layak dijadikan Shin untuk menyeleksi bakat-bakat lokal untuk tim nasional Indonesia senior di masa depan.
Seandainya Shin gagal memenuhi target menembus babak semifinal, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru pun patut bertanggung jawab. Pasalnya, hampir 80 persen pemain (18-19 pemain dari skuad final nanti) membela tim-tim BRI Liga 1 2023-2024.
Apa pun hasil di Piala Asia U-23 2024, itu bisa menjadi bahan introspeksi PSSI dan PT LIB untuk mengukur kualitas kompetisi profesional kita yang menjadi talent pool bagi timnas level yunior. Perlu diingat, kualitas pemain adalah potret dari kualitas kompetisi profesional di negara itu.