Tawa Cole Palmer dalam Parade Kesalahan Chelsea dan MU
Pertarungan tempo cepat, saling balas serangan, dan penuh kesalahan berujung drama yang dinikmati Cole Palmer.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, JUMAT — Penyerang sayap Alejandro Garnacho nyaris saja menjadi pahlawan kebangkitan Manchester United lewat sumbangan sepasang gol. Namun, narasi itu dikacaukan penyerang sayap tuan rumah Cole Palmer yang melengkapi hattrick di pengujung laga dan membawa Chelsea berbalik unggul 4-3.
Stadion Stamford Bridge bergemuruh seusai peluit panjang, pada Jumat (5/4/2024) dini hari WIB. Tidak ada yang mengira Chelsea akan menang setelah masih tertinggal 2-3 saat injury time memasuki menit ke-9, dari jatah 8 menit. Termasuk Palmer. ”Saya tidak mengerti (bagaimana Chelsea bangkit),” ujarnya.
Pertandingan yang gila. Setelah mencetak gol itu (penyeimbang), saya berpikir kami bisa mengejar kemenangan.
Palmer menyelamatkan wajah ”Si Biru” dengan sumbangan dua gol di dua menit terakhir. Gol penyeimbang dicetak lewat penalti, sementara gol penentu kemenangan dari skema cepat tendangan sudut. Chelsea yang unggul cepat 2-0 lebih dulu pun keluar sebagai pemenang dalam drama selama 100 menit lebih itu.
”Pertandingan yang gila. Setelah mencetak gol itu (penyeimbang), saya berpikir kami bisa mengejar kemenangan. Dia (Manajer Mauricio Pochettino) juga berkata masih ada dua menit. Dia ingin mendorong kami. Ini adalah kemenangan yang besar. Saya juga senang dengan hattrick pertama kali,” lanjut Palmer.
Laga berlangsung dengan tempo cepat sejak awal. Kedua tim saling balas serangan. Akibat ritme kacau itu, parade kesalahan pun terjadi sepanjang laga. MU yang dikenal sebagai ”raja” transisi serangan balik sebenarnya lebih diuntungkan di situasi itu. Terbukti, mereka sempat berbalik unggul lewat dua gol Garnacho.
Namun, pertahanan tim tamu terlalu banyak membuat kesalahan. Seluruh gol Chelsea berasal dari kesalahan individu pemain MU. ”Dosa” terbesar dibuat bek sayap MU, Diogo Dalot. Dia terlalu naif saat menjatuhkan penyerang sayap Noni Madueke di kotak penalti ketika laga hanya tersisa hitungan menit.
Setelah imbang 3-3, pertahanan MU kembali kehilangan fokus. Tim asuhan Manajer Erik ten Hag itu terlalu fokus ke kotak penalti saat tendangan sudut. Mereka membiarkan Palmer terbebas sendirian di area luar. Tendangan Palmer sebenarnya mengarah ke kiper Andre Onana, tetapi Scott McTominay mengubah arah bola.
”Ini adalah performa tim, tidak ada individu yang bisa disalahkan. Ketika situasi kacau, kami tidak membantu satu sama lain sebagai sebuah tim. Kami kurang konsentrasi saat tanpa penguasaan, sering salah mengambil keputusan. Juga, mereka beruntung mendapatkan penalti yang patut dipertanyakan,” kata Ten Hag.
Dua gol awal Chelsea juga bermula dari kesalahan MU. Gol pertama dari Conor Gallagher tidak lepas dari kesalahan koordinasi di sisi kiri pertahanan Setan Merah. Dalot kehilangan posisi karena tertarik pergerakan lawan, tetapi tidak ada pemain yang menutup lubang tersebut.
Gol kedua tercipta dari titik penalti, juga oleh Palmer. Pelanggaran itu murni kesalahan penyerang sayap Anthony yang ceroboh di kotak penalti. Dia menjulurkan kaki saat bek sayap lawan, Marc Cucurella, sedang berlari dalam kecepatan tinggi. Adapun Chelsea sudah unggul 2-0 saat laga belum genap 20 menit.
MU pun sudah kehilangan lima poin di depan mata dalam dua pertandingan terakhir. Sebelumnya, mereka juga sudah unggul 1-0 saat bertandang ke markas Brentford. Namun, tuan rumah mampu menyamakan kedudukan di injury time. Dua hasil itu membebani langkah mereka untuk finis empat besar.
Rio Ferdinand, mantan bek MU, mengatakan, masalah pertahanan itu harus segera diselesaikan. ”Konsentrasi adalah isu utama (dari kekalahan MU). Mereka perlu mencari solusi segera. Setelah 90 menit, saya tidak melihat sama sekali Chelsea bisa mencetak gol lagi. Anda tidak bisa beralasan di level seperti ini,” ujarnya pada TNT Sports.
Caicedo nyaris saja menjerumuskan Chelsea
Di sisi lain, penampilan Chelsea juga penuh cela. Mereka cukup beruntung wasit Jarred Gillett memberikan dua penalti langsung di satu pertandingan, sebelum dikonfirmasi ulang oleh asisten video wasit (VAR). Tim asuhan Mauricio Pochettino itu juga seharusnya bisa menang dengan lebih mudah.
Chelsea sudah mendominasi mutlak saat unggul sepasang gol. Namun, ”arah angin” tiba-tiba berbalik setelah kesalahan umpan gelandang Moises Caicedo di pertahanan sendiri. Berkat itu, Garnacho tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper. Asa MU muncul lagi, dilengkapi dengan gol Bruno Fernandes lima menit setelah itu.
MU jauh lebih diuntungkan di paruh kedua. Chelsea tampak tidak puas dengan hasil imbang dan memilih tampil ofensif dengan garis pertahanan sangat tinggi. Garnacho dan Anthony pun sangat menikmati ruang terbuka di pertahanan lawan. Kerentanan Chelsea berujung gol kedua Garnacho di menit ke-67.
”Cara kami kemasukan berdampak pada sisi emosional tim. MU sangat baik dalam transisi, meskipun seharusnya kami tidak kemasukan dengan gol yang tercipta di laga tadi. Realitasnya adalah selalu lakukan yang lebih untuk menang. Hasilnya luar biasa, tetapi performa kami tidak terlalu,” tutur Pochettino.
Chelsea mengungguli MU dalam percobaan tembakan, 28-19. Data itu menunjukkan dua sisi yang berbeda. Chelsea masih tidak terlalu efektif di depan gawang, seperti masalah mereka sepanjang musim ini. Hanya satu gol yang murni dihasilkan dari permainan terbuka dan tanpa pengaruh keberuntungan.
MU juga masih bermasalah saat bertahan. Diketahui, mereka merupakan tim keempat yang menghadapi tembakan terbanyak di liga sejauh musim ini berjalan. Situasi itu memburuk hari ini dengan ketidakhadiran bek Lisandro Martinez dan Victor Lindeloef yang cedera, serta Raphael Varane yang ditarik seusai turun minum.
Alhasil, parade kesalahan di Stadion Stamford Bridge hanyalah sebuah cermin untuk Chelsea dan MU. Mereka begitu inkonsisten dan tidak bisa ditebak sepanjang musim ini. Itu pula alasan kedua tim besar tersebut masih jauh dari target prestasi ambisius yang dicanangkan sebelum musim dimulai. (AP/REUTERS)