Lolos Olimpiade Kelima, Eko Yuli Irawan Menatap Impian yang Tertunda
Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan memastikan lolos Olimpiade Paris 2024 di kualifikasi terakhir, Piala Dunia Angkat Besi.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
PHUKET, SELASA - Salah satu lifter Indonesia tersukses dalam sejarah, Eko Yuli Irawan, memastikan tampil untuk kelima kali di panggung olahraga tertinggi dunia di Olimpiade Paris 2024. Kini, Eko siap menjemput impiannya yang tertunda, yakni meraih medali emas Olimpiade.
Kepastian kelolosan Eko didapat lebih cepat, bahkan sebelum berakhirnya perlombaan kelas 61 kilogram putra Grup A di Piala Dunia Angkat Besi 2024, di Phuket, Thailand, Selasa (2/4/2024). Hal itu karena lifter Indonesia lain di kelas tersebut sekaligus rival Eko untuk ke Olimpiade, Ricko Saputra, gagal dalam tiga kali percobaan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) dalam ajang kualifikasi terakhir itu.
Dengan demikian, Ricko tidak bisa menciptakan total angkatan terbaik yang baru untuk melampaui Eko. Total angkatan terbaik Ricko berhenti di angka 298 kg (snatch 133 kg, clean and jerk 165 kg) yang diciptakan di Kejuaraan Asia 2023, Jinju, Korea Selatan. Jumlah itu tertinggal 2 kg dari total angkatan terbaik Eko seberat 300 kg (snatch 135 kg, clean and jerk 165 kg) di Kejuaraan Dunia 2022, Bogota, Kolombia.
Alhamdulillah, saya bersyukur masih diberi kesempatan ikut Olimpiade untuk kelima kalinya.
Seiring kegagalan Ricko, Eko memutuskan tak melakukan percobaan angkatan kedua dan ketiga setelah berhasil mengangkat snatch seberat 133 kg pada kesempatan pertama. Sebab, tanpa menyelesaikan semua angkatan pun, posisi Eko sebenarnya sudah dipastikan aman dari ”ancaman” Ricko Saputra.
”Alhamdulillah, saya bersyukur masih diberi kesempatan ikut Olimpiade untuk kelima kalinya,” kata Eko selepas perlombaan.
”Seperti yang saya bilang sebelumnya, fokus saya adalah mencari tiket lolos untuk Olimpiade. Jadi, saya tidak terlalu fokus mencari medali. Alhamdulillah juga karena menempati peringkat keempat dunia dari 10 besar yang diperebutkan untuk Olimpiade,” lanjutnya.
Berdasarkan syarat kelolosan Olimpiade Paris 2024, lifter harus berada di 10 besar daftar peringkat kualifikasi. Per 4 Maret 2024, Eko bertengger di peringkat ketiga. Posisi Eko di 10 besar ini juga sulit tergoyahkan. Total angkatannya terlampaui lifter Korea Utara, Pak Myong Jin, yang pernah mengangkat total 306 kg di Kejuaraan Asia 2024, Februari lalu, dan menorehkan total 301 kg di Phuket.
Namun, Pak dan lifter-lifter Korea Utara lainnya dipastikan tidak bisa tampil di Olimpiade Paris 2024. Pasalnya, mereka baru mengikuti kejuraan kualifikasi di Grand Prix II, Doha, Qatar, sehingga tak akan memenuhi syarat mengikuti lima kejuaraan kualifikasi.
Selain Pak, total angkatan Eko juga dilewati lifter Amerika Serikat, Hampton Miller Morris (303 kg), yang sebelumnya menempati urutan ketujuh daftar peringkat kualifikasi. Sementara itu, lifter Filipina peringkat keenam, John Febuar Ceniza, menyamai total angkatan terbaik Eko dengan 300 kg.
Adapun syarat lain untuk lolos Olimpiade ialah tiap kategori berat hanya dapat diisi satu atlet tiap negara dengan posisi terbaik dalam daftar peringkat kualifikasi. Dengan hasil di Phuket, maka satu atlet Indonesia di kelas 61 kg yang berhak lolos ke Olimpiade Paris itu ialah Eko Yuli.
”Masih ada waktu tiga bulan untuk persiapan sekaligus pemulihan. Mudah-mudahan, puncak performa ada di Olimpiade,” ucap Eko.
Eko memang berlomba dalam kondisi sedang menjalani pemulihan cedera lutut. Sejak awal, Eko mengatakan akan tampil habis-habisan, tetapi dalam batasan hanya untuk menjaga agar tak tersalip Ricko. Raihan medali ataupun pemecahan rekor bukan fokus utamanya.
Untuk itu, saat angkatan snatch, Eko menerapkan strategi yang bergantung pada angkatan Ricko. Melihat Ricko memasang percobaan pertama dan kedua seberat 130 kg, Eko memasang 133 kg. Eko berusaha untuk tetap unggul dari Ricko. Hasil itu juga mengantarkan Eko berhak meraih medali perak di Piala Dunia Angkat Besi 2024 setelah menjadi lifter kedua terbaik untuk jenis angkatan snatch di kelas 61 kg.
Sementara itu, dalam rencana awal di clean and jerk, Eko mengatakan akan memasang angkatan 162 kg jika Ricko memulainya dengan 161 kg. Artinya, Eko akan terus berada di atas Ricko kendati hanya memasang 1 atau 2 kg angkatan lebih banyak.
Setelah Ricko tersingkir dari persaingan untuk tiket Olimpiade dan memilih tidak melakukan angkatan clean and jerk, Eko memulai percobaan pertama angkatan tersebut dengan 162 kg. Namun, lifter berusia 34 tahun ini gagal mengeksekusi angkatan.
Eko merasa sedikit sakit di bagian lututnya yang sedang dalam proses pemulihan. Alhasil, pelatih dan dokter tim tidak mengizinkan Eko melakukan percobaan kedua dan ketiga clean and jerk demi menjaga kondisi hingga Olimpiade nanti.
Mimpi medali emas
Eko menjadi atlet Indonesia kedelapan yang memastikan tiket ke Olimpiade Paris 2024. Sebelumnya, Indonesia telah memiliki Arif Dwi Pangestu (panahan), Desak Made Rita Kusuma Dewi (panjat tebing), Rifda Irfanaluthfi (senam artistik), dan Diananda Choirunisa (panahan). Lalu, Rahmad Adi Mulyono (panjat tebing), Fathur Gustafian (menembak), dan Rio Waida (selancar ombak) juga lolos ke Paris.
Keberhasilan Eko lolos ke Paris akan membuatnya menjadi atlet Indonesia dengan keikutsertaan terbanyak di Olimpiade dengan total lima kali. Sejak Olimpiade Beijing 2008, Eko rutin tampil di panggung olahraga tertinggi dunia tersebut. Lifter asal Lampung ini juga rutin meraih medali.
Di Beijing 2008 dan London 2012, Eko meraih perunggu. Selanjutnya, Eko meraih perak di Rio de Janeiro 2016 dan Tokyo 2020. Dia menjadi atlet Indonesia dengan medali Olimpiade terbanyak dengan empat keping dalam empat edisi. Hanya lifter putri Raema Lisa Rumbewas yang mendekati pencapaian Eko dengan meraih tiga medali dalam tiga Olimpiade.
Kendati sudah menjadi salah satu lifter tersukses Indonesia dengan pencapaiannya di Olimpiade, Eko berkali-kali mengatakan masih penasaran dengan medali emas. Prestasi tertinggi itu bak impian yang tertunda Eko.
Kans besar Eko untuk meraih prestasi tertinggi datang di Rio de Janeiro 2016 ketika lifter unggulan sekaligus pemegang rekor dunia snatch dan total angkatan kelas tersebut saat itu, Chen Lijun (China), tersingkir dari persaingan setelah dua kali gagal dalam angkatan snatch. Namun, medali emas yang sudah ada di depan mata seolah terlepas setelah lifter asal Kolombia, Oscar Figueroa, menciptakan kejutan dengan meraih total angkatan 318 kg, enam kg lebih berat dari Eko.
Eko kini akan mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan mimpi yang tertunda itu di Paris. Seperti yang dikatakan Eko, dalam waktu yang tersisa, dia akan fokus pemulihan cedera dan menyiapkan agar puncak performanya di Olimpiade.
Dokter spesialis kedokteran olahraga yang juga Dokter Tim Angkat Besi Indonesia, Andi Kurniawan, mengatakan, cedera Eko membaik secara signifikan setelah menjalani pemulihan. Proses itu dijalankan sembari perlahan berlatih menaikkan jumlah angkatan.