Habis-habisan, Eko Yuli Irawan!
Tiada cara bagi Eko Yuli Irawan mengejar impian di Olimpiade Paris 2024 selain habis-habisan di kualifikasi terakhir.
Empat kali tampil di Olimpiade, empat kali pula meraih medali. Mimpi lifter Eko Yuli Irawan nyaris terwujud semuanya, kecuali satu yang tertunda: medali emas Olimpiade. Kini, Eko siap berjuang habis-habisan meniti jalan untuk impian itu dengan menghadapi rivalitas senegara melawan Ricko Saputra.
Eko Yuli Irawan bertekad mengeluarkan seluruh kemampuannya itu saat berlaga di kelas 61 kilogram putra Grup A di Piala Dunia Angkat Besi 2024, Phuket, Thailand, Selasa (2/4/2024). Ajang tersebut merupakan kualifikasi terakhir Olimpiade Paris 2024.
Meski demikian, Eko menegaskan, dirinya siap tampil habis-habisan di perlombaan. Maka, tak perlu semua kemampuan dikeluarkan saat latihan. Prinsip lifter berusia 34 tahun ini tecermin dalam latihan di pemusatan latihan angkat besi nasional di Mess Kwini, Jakarta, dua pekan sebelum jadwal berlaga di Phuket.
Dalam salah satu sesi, Eko ”hanya” berlatih menarik barbel 130 kilogram. Lifter asal Lampung ini tampak harus bersusah payah melakukannya. Itu kali pertama Eko kembali menarik beban tersebut dalam tiga bulan terakhir.
Baca juga: Angkat Besi, di Antara Duel Senegara dan Tiket Panggung Dunia
”Kemungkinan besar, dengan total angkatan 305 kg, saya sudah lolos Olimpiade. Target saya mengangkat snatch 137 kg dan clean and jerk 187 kg. Namun, itu tidak harus dikeluarkan semua saat latihan, justru saat perlombaan saja,” tutur Eko.
Saat ini, posisi Eko sebenarnya berada di jalur melaju ke Olimpiade Paris 2024. Per 4 Maret 2024, Eko menempati 10 besar daftar ranking kualifikasi Olimpiade sebagai syarat lolos ke Paris. Eko menghuni urutan kelima dalam daftar panjang (long list) dan peringkat ketiga dalam ranking kualifikasi Olimpiade (Olympic Qualification Ranking/OQR) dengan total angkatan 300 kg.
Long list berisi semua atlet dari semua negara yang memenuhi ”kriteria partisipasi acara” dari sistem kualifikasi. Atlet-atlet ini telah mengikuti empat dari minimal lima ajang kualifikasi yang dua di antaranya bersifat wajib. Adapun OQR hanya berisi satu atlet per kategori berat badan dari tiap negara yang memiliki total angkatan tertinggi. Ini merupakan syarat lain untuk lolos Olimpiade.
Syarat ini pula yang bisa membuat posisi Eko terancam rekan senegara sekaligus yuniornya, Ricko Saputra. Kendati Eko memiliki total angkatan terbaik yang lebih tinggi dari Ricko, selisihnya tipis. Ricko memiliki total angkatan terbaik 298 kg sehingga membuat Eko rawan tersalip pada kualifikasi terakhir.
Baca juga: Bekal Asian Games, Eko Yuli Raih 2 Perak di Kejuaraan Dunia
Saya berharap puncak performa keluar saat hari H.
”Sebenarnya seru bersaing dengan yunior. Ini membuat saya setidaknya lebih waspada. Kalau tidak ada lawan, saya ngangkat segini (300 kg) saja sudah cukup. Saya bersyukur sudah langsung dapat total angkatan yang tinggi waktu kualifikasi pertama (Kejuaraan Dunia 2022, Bogota, Kolombia),” tutur Eko.
Namun, selepas melakoni kualifikasi pertama, Eko baru mengetahui soal syarat 10 besar peringkat untuk lolos Olimpiade. Andai tahu lebih awal, Eko akan mengangkat beban lebih berat, 305 kg atau bahkan 310 kg, agar posisinya kian aman. Eko tahu potensi dan kemampuan Ricko di latihan belum bisa melampaui angkatan tersebut. Berbeda dengan 300 kg yang masih berpeluang dilewati Ricko.
Impian Eko
Jika sudah mencatatkan total angkatan yang tinggi sejak awal, Eko tinggal fokus mempersiapkan diri untuk Olimpiade. Apalagi, Eko punya impian yang belum terwujud yakni meraih medali emas Olimpiade.
Sejak Olimpiade Beijing 2008, Eko Yuli rutin tampil di panggung olahraga tertinggi dunia tersebut. Dia juga rutin meraih medali. Di Beijing dan London 2012, dia meraih perunggu. Selanjutnya, Eko meraih perak di Rio de Janeiro 2016 dan Tokyo 2020.
Baca juga: Eko Yuli Masih di Jalur Olimpiade Paris 2024
Kans besar Eko untuk meraih prestasi tertinggi datang di Rio de Janeiro 2016 ketika lifter asal China, Chen Lijun, pesaing terberat Eko, mundur sebelum menuntaskan angkatan snatch karena cedera hamstring. Lijun merupakan pemegang rekor dunia untuk jenis clean and jerk dan total. Absennya juara bertahan Kim Un-guk (Korea Utara), karena skors terkait doping, juga membuka peluang ini.
Namun, medali emas yang sudah ada di depan mata seolah terlepas setelah lifter asal Kolombia, Oscar Figueroa, meraih total angkatan 318 kg, 6 kg lebih berat dari Eko.
Wajar jika kemudian pada kesempatan kali ini Eko ingin kembali lolos dan menuntaskan impiannya. Meski dalam bayangan idealnya, Eko sudah memasang angkatan tinggi sejak kualifikasi pertama. Lalu dalam empat ajang kualifikasi lainnya, dia hanya perlu hadir dan memperkenalkan diri, tidak perlu ikut berlaga.
Cara seperti itu, antara lain, dilakukan lifter China di kelas 73 kg, Shi Zhiyong. Dalam empat kualifikasi sebelumnya, Shi Ziyong hanya berlaga di Grand Prix II, Doha, Qatar, Desember 2023. Dia langsung mengangkat total 340 kg, angka yang cukup membuatnya bertengger di posisi ketujuh daftar peringkat kualifikasi.
Cedera lutut
”Pada kualifikasi selanjutnya di Grand Prix II, Havana, Kuba (Juni 2023), saya sudah kesulitan menambah total angkatan. Saya sudah cedera lutut. Pemulihan pun sulit optimal karena setiap kualifikasi mau tidak mau harus memaksakan diri tampil. Kalau pulang tidak bawa medali, biasanya jadi pertanyaan, kan?” tuturnya.
Rasa sakit akibat cedera itu memuncak selepas Grand Prix II, Doha, Qatar, Desember 2023. Setelah itu, Eko pun akhirnya fokus pemulihan dan hanya memperkenalkan diri di Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024, Tashkent, Uzbekistan, Februari 2024.
Cedera itu pula yang membuat Eko mengatur waktu yang tepat untuk mengeluarkan seluruh kemampuan. Kata Eko, tak masalah di latihan hanya fokus pematangan teknik dan penyesuaian lutut asalkan saat berlomba benar-benar maksimal.
”(Pemulihan) sudah ada kemajuan, sudah mulai tidak sakit. Saya berharap, puncak performa keluar saat hari-H. Pokoknya, saat pertandingan harus all out, harus saya paksa bagaimanapun caranya,” tutur Eko.
Baca juga: Eko Yuli Irawan Fokus Pemulihan Cedera
Dokter spesialis kedokteran olahraga yang juga dokter Tim Angkat Besi Indonesia, Andi Kurniawan, mengatakan, cedera Eko membaik secara signifikan setelah menjalani proses pemulihan. Proses itu berjalan sembari Eko perlahan berlatih mengembalikan jumlah angkatan.
”Saat ini, Eko cukup fit untuk mengangkat nominal angkatan yang bisa mempertahankan dia lolos kualifikasi Olimpiade,” ujar Andi.
Perlombaan sore nanti akan menjadi laga krusial bagi Eko. Bagaimana pun, dia sadar, tampil habis-habisan seperti sebuah keniscayaan jika ingin meniti jalan untuk mewujudkan impiannya. Akankah Eko berhasil?