Seperti perkiraan, MU kesulitan menghadapi Brentford. Menariknya, sengatan ”Si Lebah” lebih mematikan dari dugaan awal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Manchester United terjebak dalam rasa ambigu seusai hasil imbang 1-1 dari Brentford. Mereka harus bersyukur pulang dengan satu poin setelah selamat dari sengatan bertubi-tubi ”Si Lebah”. Sebaliknya, skuad MU juga patut menyesal karena gagal menjaga keunggulan di menit-menit akhir.
Brentford nyaris menjadi korban kekejaman sepak bola di depan publik sendiri, Stadion Gtech Community, pada Minggu (31/3/2024) dini hari WIB. Setelah menggempur MU sepanjang laga, termasuk tiga kali upaya yang dihadang mistar dan tiang gawang, tuan rumah justru kemasukan di injury time menit ke-95.
Pemain pengganti MU, Mason Mount, mencuri gol lewat skema serangan balik, memanfaatkan kelengahan para pemain Brentford yang sibuk menyerang. Brentford cukup beruntung, tim tamu terlena dengan keunggulan itu. Si Lebah membalas gol hanya dalam empat menit berselang lewat bek Kristoffer Ajer.
Jika dilihat keseluruhan, Brentford lebih pantas menang. Ivan Toney dan rekan-rekan mencatat total 31 tembakan, nyaris tiga kali lipat ketimbang MU (11). Kedua tim pun terpisah dalam kualitas peluang atau expected goals yang sangat kontras. Brentford jauh mengungguli MU, 2,6-0,5 xG.
Kami telah melakukan segalanya, bermain sangat ofensif di kandang. Tetapi, begitulah sepak bola. Sayangnya, kami harus puas dengan satu poin.
Tim asuhan Manajer Thomas Frank itu juga membuat 85 kali sentuhan di kotak penalti lawan. Menurut Statman Dave, jumlah sentuhan itu adalah yang terbanyak di Liga Inggris dalam lima tahun terakhir. ”Akan menjadi (seperti tindakan) kriminal jika MU yang menang,” ujar mantan pemain tim nasional Inggris, Jamie Redknapp.
Brentford tidak mampu unggul karena inefisiensi serangan, kurang beruntung, dan penampilan sigap kiper Andre Onana. Adapun Tone sempat memecah kebuntuan pada pertengahan paruh kedua, tetapi golnya dianulir asisten wasit video (VAR) karena sudah berada dalam posisi offside.
”Bagaimana kami tidak memenangi laga ini sungguh luar biasa. Ini adalah laga imbang yang paling berjalan satu arah, yang pernah kami mainkan. Kami telah melakukan segalanya, bermain sangat ofensif di kandang. Tetapi, begitulah sepak bola. Sayangnya, kami harus puas dengan satu poin,” tutur Frank.
Kesulitan MU berbeda dari dugaan
Bagi MU, laga tadi mengombinasikan hasil dan penampilan buruk sekaligus. Mereka butuh kemenangan untuk terus menempel tim pesaing empat besar, Aston Villa dan Tottenham Hotspur, yang sama-sama menang pada pekan ini. Jika bisa menjaga keunggulan, penampilan buruk itu bisa dimaafkan. Akan tetapi, itu tidak terjadi.
”Bahkan, ketika tidak tampil baik, kami tetap harus menang. Kami hampir melakukannya hari ini. Itu yang membuat saya sangat kecewa. Jika sudah unggul, Anda semestinya tidak memberikan gol balasan begitu saja. Biasanya kami kuat dalam menjaga keunggulan, tetapi tidak terlihat hari ini,” ujar Manajer MU Erik ten Hag.
Seperti perkiraan, MU akan kesulitan menghadapi Brentford. Mereka kalah empat gol tanpa balas saat terakhir kali bertandang ke markas Si Lebah, musim lalu. Namun, jalannya laga ternyata berbeda dari prediksi. Brentford yang diperkirakan akan oportunis dengan strategi ”parkir bus” dan serangan balik justru mendominasi.
Brentford dikenal sebagai salah satu tim dengan garis pertahanan terendah di liga dan jarang membangun serangan dari bawah. Mereka mengubah dua hal itu di laga tadi. Frank menginstruksikan anak asuhannya bermain dengan garis pertahanan tinggi, menerapkan skema tekanan man to man hingga pertahanan lawan.
Hal ini bisa dilihat dari perbandingan data Markstats. Rerata tinggi garis pertahanan Brentford musim ini hanya 43,02 meter, peringkat ke-6 paling rendah. Di laga tadi, mereka mencatatkan rerata 50,4 meter. Sebagai konteks, rerata milik juara bertahan Manchester City musim ini adalah 50,75 meter.
Kunci Brentford adalah kemenangan dalam duel, baik di tanah maupun udara. Mereka nyaris memenangi pertarungan bola liar ataupun satu lawan satu. Skuad tuan rumah seperti mencium bau darah. Mereka menekan lebih intens lagi di babak kedua saat MU membuat kesalahan berulang di separuh lapangan sendiri.
Ten Hag berkata sebelum laga, motivasi anak asuhannya sedang dalam titik tertinggi seusai menang atas rival abadi Liverpool sebelum jeda internasional. Namun, spirit tersebut sama sekali tidak terlihat sejak awal laga. Bruno Fernandes dan rekan-rekan seperti hanya hadir dalam bentuk fisik, tanpa jiwa di lapangan.
Problem tampak jelas dari urgensi tim tamu saat bertahan. Mereka selalu menekan tinggi. Hanya, tekanan itu selalu tanggung. Brentford bisa dengan mudah lepas dari tekanan itu dengan umpan-umpan ke sisi sayap. Penyerang sayap MU, Marcus Rashford dan Alejandro Garnacho, sering kali hanya menonton pergerakan lawan.
Mount mengatakan, penampilan MU jauh dari standar. ”Ini bukan standar kami. Kami tahu itu. Kami mungkin bisa menang dengan gol di pengujung laga, tetapi sebenarnya kami tidak pantas mendapatkan kemenangan. Brentford membuat semua serba sulit. Tidak pernah mudah datang ke sini,” tuturnya.
MU saat ini masih tertahan di peringkat ke-6 dengan 48 poin dari 29 laga, tertinggal cukup jauh dari Spurs (56 poin dari 29 laga) dan Villa (59 poin dari 30 laga). Dengan inkonsistensi penampilan seperti yang ditunjukkan di markas Si Lebah, sulit melihat mereka bisa masuk empat besar pada akhir musim. (AP/REUTERS)