Mengenal ”Blokecore”, Genre ”Fashion” Jersei Sepak Bola
Jersei sepak bola bukan lagi identitas untuk suporter, tapi telah menjadi aliran mode terkini. ”Blokecore” namanya.
Menjelang akhir Maret ini, Real Madrid meluncurkan jersei keempat mereka di musim ini. Jersei itu berwarna ungu dengan pola bunga mawar di sisi pundak sebelah kanan dan pinggang sisi kiri. Tak ada logo Adidas di bagian dada kanan, tetapi diganti dengan logo Y-3 yang merupakan simbol dari jenama Adidas Yamamoto.
Koleksi ini adalah perpaduan keanggunan dan tradisi dengan menyatukan mode serta kesuksesan di olahraga.
Adidas Yamamoto adalah buah dari kolaborasi apparel olahraga asal Jerman itu dengan desainer mode asal Jepang, Yohji Yamamoto. Logo Y-3 debut digunakan pada jersei keempat Real musim 2023-2024. Jersei itu pun akan digunakan pada laga el clasico kontra Barcelona di Stadion Santiago Bernabeu, 22 April mendatang.
Baca juga: Semangat Suporter, Inspirasi Jersei Timnas Indonesia Kreasi Erspo
”Koleksi ini adalah perpaduan keanggunan dan tradisi dengan menyatukan mode serta kesuksesan di olahraga,” tulis pernyataan resmi Real terkait peluncuran jersei terakhir di musim ini.
Sebelumnya, Real dan Adidas juga telah meluncurkan kolaborasi dengan Yamamoto untuk jersei ketiga musim 2014-2015. Kala itu, ”Los Blancos” meluncurkan jersei ikonik berwarna hitam dengan siluet pola naga di bagian tengah jersei. Kini, jersei itu telah menjadi salah satu koleksi berharga bagi pencinta jersei.
Keputusan Real itu telah ditempuh pula oleh Paris Saint-Germain yang telah memasuki tahun keenam berkolaborasi dengan subjenama Nike, Air Jordan. Bersama PSG, Air Jordan yang dimiliki legenda hidup NBA, Michael Jordan, jersei PSG telah digunakan supermodel seperti Gigi Hadid dan Kendall Jenner ketika berkunjung ke Paris, Perancis.
Kemudian, Liverpool juga mengeluarkan jersei kolaborasi mereka dengan ikon Nike lainnya, LeBron James, bulan ini. Berbeda dengan Real dan PSG yang merilis jersei tanding dari kolaborasi khusus itu, Liverpool X LeBron (LFC X LBJ) hanya mengeluarkan jersei untuk koleksi fans.
Baca juga: Seragam Baru “Garuda” Bangkitkan Memori Emas SEA Games 1987
Ada jersei sepak bola berwarna hitam dengan paduan garis di lengan dan kerah berwarna tosca. Logo Liverpool, Nike, dan slogan klub ”YNWA” terpampang di bagian depan jersei dengan warna emas.
Tentu, Real, PSG, serta Liverpool berharap kehadiran jersei hasil kolaborasi spesial itu bisa menjadikan klub raksasa Eropa itu tidak sekadar dilihat sebagai klub olahraga. Mereka ingin mendobrak ranah baru sebagai jenama fashion dunia.
Keputusan ketiga klub secara konsisten mengeluarkan jersei hasil kolaborasi itu tidak lepas dari kebutuhan pasar. Jersei sepak bola tidak lagi dipandang sebagai pakaian olahraga semata. Seragam tanding klub-klub raksasa Eropa saat ini sudah menjadi genre mode tersendiri dalam budaya pop kontemporer. Genre itu disebut blokecore (bloke core).
Definisi ”blokecore”
Blokecore merupakan paduan dari dua kata, yaitu bloke dan core. Bloke merujuk pada istilah laki-laki dewasa di Inggris yang kerap menyaksikan pertandingan sepak bola di pubatau kafe.
Adapun core yang berarti inti merupakan penegas bahwa blokecore adalah istilah yang merujuk pada gaya fashion orang-orang yang gemar menggunakan jersei sepak bola. Istilah itu pun mulai menjadi viral pada akhir 2021 di media sosial asal China, Tiktok.
Baca juga: Mills, Habis Timnas Terbit Ambisi Mendunia
Sosok yang pertama kali menggaungkan istilah blokecore itu adalah kreator konten mode asal Amerika Serikat, Brandon Huntley. Ia gemar memadukan jersei klasik atau vintage sepak bola dengan jins dan sneakers.
”Kami terbiasa memainkan FIFA (gim sepak bola), dan menyaksikan youtuber asal Inggris yang kerap menggunakan kata bloke. Teman saya menggunakan kata itu sebagai candaan untuk mengomentari unggahan saya,” ujar Huntley kepada Vice,beberapa waktu lalu, untuk menjelaskan asal istilah gaya fashion jersei sepak bola itu.
Tidak hanya Huntley, pesepak bola profesional seperti Hector Bellerin dan Jackson Irvine juga memiliki peran untuk melebarkan pengaruh gaya blokecore itu. Di luar pertandingan, keduanya juga kerap menggunakan jersei sepak bola retro dan mengunggah fotonya di laman media sosial pribadi mereka.
Baca juga: Menjadi ”Tuan” di Kompetisi Sendiri
Namun, dalam perjalanannya, gaya blokecore tidak hanya khusus untuk laki-laki. Genre fashion itu telah lebih universal karena perempuan dan anak-anak juga sah mengikuti tren tersebut.
Figur publik asal AS, misalnya Drake, Kim Kardashian, dan Pharrel Williams, juga sudah beberapa kali terdokumentasi menghabiskan hari-hari santai dengan jersei sepak bola. Umumnya, jersei yang digunakan figur publik adalah jersei lama, kecuali ketika mereka menghadiri laga tim di stadion lebih sering menggunakan jersei edisi terkini.
Untuk ukuran jersei, beberapa figur publik lebih gemar menggunakan jersei berukuran lebih besar atau oversize, lalu ada pula yang memiliki regular fit. Balik lagi ke selera masing-masing.
L’Officiel, majalah mode AS, edisi Juli 2023 lalu memberikan tips kepada khalayak agar semakin khusyuk mengikuti tren blokecore. Menurut L’Officiel, hal paling utama dari blokecore tentu seseorang harus mengenakan jersei sepak bola. Untuk modelnya bisa menggunakan seragam tim favorit, jersei klasik yang tidak menunjukkan klub dukungan, atau jersei hasil kolaborasi khusus klub dengan jenama apparel.
Baca juga:Gandeng Mills, Klub Inggris Tranmere Rovers Rilis Kostum Baru
Untuk model bawahan bisa menggunakan trainer, jins, atau trouser. L’Officel juga memberikan saran bagi pencinta fashion untuk berani memadukan jersei bola dengan bawahan non-mainstream, misalnya rok, lalu menggunakan sepatu berhak tinggi, alih-alih sneakers, sebagai alas kaki.
”Memang ada aturan di lapangan, tetapi di jalanan, segalanya tetap fair,” sebut L’Officiel.
Tren blokecore telah membawa jersei sepak bola melebihi status sebagai seragam olahraga. Di Inggris, jersei replika sepak bola awalnya hanya dijual pada laga-laga besar dan partai final kompetisi, seperti Piala FA. Akibat harga masih tinggi, jersei hanya dapat dijangkau oleh penonton di tribune naratama atau kelas menengah-atas. Situasi itu terjadi pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an.
Dalam jurnal bertajuk ”Shirt tales: how adults adopted the replica football kit” (2019) disebutkan bahwa penggunaan jersei oleh suporter umum tidak lepas dari pengaruh era Premier League yang dimulai pada 1992-1993. Seiring publikasi masif media dan era industri olahraga, jersei sepak bola pun telah naik kelas dan lebih digunakan secara umum.
Baca juga: Berpaling ke Nike, Timnas Jerman Tinggalkan Adidas
”Hegemoni budaya dan keberadaan olahraga di mana-mana memastikan bahwa jersei replika sepak bola—dan produk turunannya—menjadi aliran mode arus utama dalam waktu yang lama,” sebut jurnal yang ditulis oleh Christopher Stride, Nick Catley, dan Joe Headland yang dipublikasikan dalam majalah jurnal Sport in History itu.
Jadi, jangan ragu lagi nongkrong dengan jersei sepak bola. Tak perlu melulu jersei tim kebanggaan yang digunakan, terkadang bisa juga mengenakan jersei unik yang akan membuat orang terkesima ketika melihatnya.
Karena siapa saja bisa jadi bagian blokecore.