Cobaan yang datang dari berbagai sisi saat Ramadhan harus dijalani para atlet untuk menggapai impian: lolos Olimpiade.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Bagi beberapa atlet, Ramadhan tahun ini bukan hanya momentum berpuasa dari lapar, dahaga, dan hawa nafsu. Mereka juga seolah puasa segala-galanya; ”puasa” dari masakan istri atau ibunda, takjil-takjil berwarna-warni dan penuh rasa, serta kebersamaan dengan keluarga. Semua dijalani demi mimpi menembus panggung olahraga tertinggi, Olimpiade Paris 2024.
Hal itu disadari betul oleh atlet angkat besi Indonesia, Ricko Saputra. Pada Rabu (20/3/2024) pagi, baju yang dikenakan Ricko basah karena keringat. Kendati ada penyejuk ruangan di pemusatan latihan angkat besi di Mess Kwini, Jakarta, keringat Ricko bercucuran setelah berkali-kali mengangkat barbel belasan hingga puluhan kilogram.
Pada pekan ini, latihan berintensitas tinggi dengan beban mencapai 95 persen. Tidak ada pengurangan porsi dan penyesuaian jadwal saat Ramadhan. Walakin, Ricko melahap semua menu latihan kendati tengah menjalani puasa.
”Pelatih membebaskan atletnya mau berpuasa atau tidak. Saya memilih berpuasa karena saya sejauh ini saya sanggup menjalaninya. Kadang rasanya tidak terlalu ada bedanya latihan saat puasa atau tidak,” ujar Ricko.
Ini kali kedua Ricko menjalani pemusatan latihan ketika Ramadhan. Pengalaman pada pelatnas tahun lalu membuat Ricko bisa beradaptasi dengan rutinitas latihan di tengah menahan haus dan lapar.
Namun, Ramadhan lebih dari sekadar urusan perut dan mulut. Salah satu yang berat justru adalah ketika ”puasa” kumpul bersama keluarga, terutama istri dan anaknya.
”Pasti tetap ada keinginan kumpul dengan istri dan anak saat puasa. Lalu, bisa sahur dan berbuka puasa dengan masakan istri. Namun, mau bagaimana lagi. Saya juga paham, ada mimpi yang harus dikejar,” tutur Ricko.
Ricko dan atlet angkat besi Indonesia lainnya tengah memasuki persiapan pamungkas menuju Piala Dunia Angkat Besi di Phuket, Thailand, 31 Maret-11 April 2024. Ajang ini merupakan kualifikasi terakhir Olimpiade Paris 2024.
Saya memilih berpuasa karena saya sejauh ini saya sanggup menjalaninya. Kadang rasanya tidak terlalu ada bedanya latihan saat puasa atau tidak.
Ricko harus mengejar tambahan angkatan minimal 3-6 kilogram. Angkatan terbaiknya selama masa kualifikasi Olimpiade adalah 298 kg. Dengan tambahan hingga enam kg, Ricko bisa melampaui angkatan terbaik seniornya, Eko Yuli Irawan (300 kg), sekaligus mengamankan tiket ke Olimpiade.
Ricko dan Eko sama-sama bersaing di kelas 61 kg. Dalam daftar panjang peringkat kualifikasi per 4 Maret 2024, Ricko dan Eko sama-sama masuk 10 besar sebagai syarat lolos ke Paris. Namun, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara.
Dengan demikian, nama Eko yang masuk ke dalam daftar peringkat untuk menentukan kelolosan. Eko berada peringkat ketiga, di bawah wakil China, Li Fabin (314 kg) dan lifter Italia, Massidda Sergio (302 kg).
Seperti Ricko, Nurul Akmal dan Windy Cantika Aisah juga harus menambah angkatan jika ingin lolos ke Paris. Nurul Akmal, turun di kelas +81 kg, harus menambah minimal 6 kilogram untuk menembus 10 besar. Adapun tugas Windy di kelas 49 kg lebih berat lagi dengan harus menambah lebih dari 15 kg.
Lantaran harus mengejar target yang tidak mudah itu, maka Nurul dan Windy pun tabah menjalani Ramadhan dengan mesti berpuasa banyak hal agar performa maksimal. Kedua atlet ini sudah terbiasa menjalani Ramadhan jauh dari keluarga. Ini tahun kelima mereka tidak bisa tidak merasakan sahur, berbuka puasa, dan bahkan Idul Fitri bersama orangtua dan saudara.
”Untungnya terbantu teknologi, ya, sekarang tiap hari bisa video call sehingga tidak merasa jauh dari keluarga. Kadang yang berat justru godaan takjil-takjil yang menarik, apalagi gorengan-gorengan. Untungnya selalu bisa kontrol,” tutur Nurul.
Panjat tebing
”Puasa” dalam banyak hal demi tiket ke Paris juga dilakoni atlet panjat tebing, Kiromal Katibin. Seperti Ramadhan tahun lalu, Katibin juga harus menahan diri tidak berkumpul dengan keluarga. Selalu ada kompetisi setelah Idul Fitri atau bahkan saat Ramadhan.
Saat ini, Katibin dan para atlet panjat tebing Indonesia akan mengikuti seri Piala Dunia 2024 di Wujiang, China, 12-14 April 2024. Lalu, mereka akan ke seri Piala Dunia di Salt Lake. Kedua ajang ini bagian dari persiapan kualifikasi Olimpiade di Shanghai, China (16-19 Mei), dan di Budapest, Hongaria (23 Juni).
”Banyak yang harus dikorbankan dan diperjuangkan kalau punya cita-cita. Jadi, ya, harus tetap semangat meskipun kadang kangen kumpul dengan keluarga saat Ramadhan atau Lebaran,” tutur Katibin yang bermimpi meraih medali emas di Olimpiade.
Ramadhan kian mengingatkan para atlet, kemenangan biasanya diraih setelah melalui beragam cobaan. Tantangan yang mereka hadapi datang dari berbagai sisi. Namun, mereka teguh menjalaninya demi ”kemenangan” pada Idul Fitri dan kemenangan saat kompetisi.