Kehadiran pemain naturalisasi menambah semarak persaingan memperebutkan posisi di timnas.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Bergabungnya empat pemain naturalisasi baru di tim nasional Indonesia tidak hanya menambah kedalaman skuad, mereka turut memacu para pemain yang bergabung lebih dulu untuk meningkatkan kualitasnya. Ini adalah dampak samping kebijakan naturalisasi pemain yang ternyata menumbuhkan budaya meritokrasi ala Shin Tae-yong.
Cara menumbuhkan iklim kompetitif antarpemain banyak dilakukan klub-klub besar di Eropa. Arsenal adalah salah satu contoh terbaru di mana satu pos di atas lapangan bisa diperebutkan dua hingga tiga pemain. Meski sudah memiliki penjaga gawang sekaliber Aaron Ramsdale, Manajer Mikel Arteta masih merasa perlu mendatangkan kiper baru agar Ramsdale memiliki pesaing. Dengan adanya pesaing, Ramsdale menjadi terpacu agar posisinya tidak direbut.
Hal yang hampir mirip kini terjadi di timnas Indonesia. Jelang menghadapi Vietnam pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis (21/3/2024), timnas Indonesia mendapat tambahan kekuatan baru setelah Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, dan Thom Haye selesai dinaturalisasi.
Ini (persaingan) justru bagus buat tim Indonesia. Selain itu, kita jadi bisa belajar dari pemain naturalisasi.
Keempat pemain naturalisasi asal Belanda tersebut diyakini punya kualitas teknik dan permainan di atas rata-rata pesepak bola lokal. Thom, misalnya, lama berkarier di divisi teratas Liga Belanda bersama sejumlah klub besar semacam ADO Den Haag, NAC Breda, dan AZ Alkmaar.
Sebagai gelandang bertahan, Thom punya keunggulan dalam aspek umpan progresif dan akurasi operan. Kemampuan tersebut bisa digunakan ketika timnas Indonesia menghadapi pressing ketat dan juga situasi bola mati.
Di pos gelandang bertahan, timnas Indonesia sebelumnya sudah punya sejumlah pemain dengan kualitas yang juga di atas rata-rata, seperti Ivar Jenner, Marc Klok, Ricky Kambuaya, atau Justin Hubner. Kehadiran Thom menambah ketat persaingan memperebutkan posisi gelandang bertahan.
Di samping gelandang bertahan, persaingan ketat juga datang dari posisi bek kiri. Di posisi tersebut sudah ada Pratama Arhan, Edo Febriansah, dan Shayne Pattynama. Kali ini, Shayne tidak memenuhi panggilan timnas karena cedera. Meski begitu, persaingan di pos bek kiri tetaplah riuh dengan kedatangan Nathan.
Nathan yang pernah memperkuat klub Liga Inggris, Swansea City, akan jadi pesaing terberat Arhan dan Edo. Pengalamannya bermain di level elite Eropa tentunya akan sangat dibutuhkan Shin. Nathan tergolong jarang membantu serangan, tidak seperti Arhan dan Edo yang lebih eksplosif. Akan tetapi, gaya bermain Nathan sangat berguna untuk menjaga kedalaman pertahanan.
Di saat seperti inilah prinsip meritokrasi ala Shin bekerja. Dia membiarkan pemain naturalisasi dan kelahiran asli Indonesia bersaing secara sehat.
Dalam ilmu politik, konsep meritokrasi memilih seseorang untuk menduduki jabatan tertentu melalui pengujian dan penilaian secara transparan dan akuntabel. Tiada tempat untuk nepotisme dalam sistem merit. Ini juga bisa diterapkan di sepak bola. Siapa pemain yang mampu memenuhi kriteria yang diinginkan pelatih, maka dia berhak mendapat kepercayaan untuk tampil lebih banyak.
Tidak takut
Disinggung mengenai persaingan memperebutkan pos bek kiri, Arhan menanggapinya dengan santai. Menurut Arhan, semakin banyak pesaing, maka akan berguna juga baginya. Ia mengaku tidak takut tersisih.
Apalagi saat ini kohesi antarpemain sudah semakin baik. Arhan menuturkan, nyaris tidak ada sekat antara pemain naturalisasi dan pemain lokal Indonesia. Situasi ini sangat kondusif bagi timnas jelang melawan Vietnam.
”Ini (persaingan) justru bagus buat tim Indonesia. Selain itu, kita jadi bisa belajar dari pemain naturalisasi,” katanya ditemui di Jakarta, Selasa (19/3).
Persaingan ketat antarpemain juga menyasar posisi kiper. Dengan minimnya kiper asing di Liga Indonesia, kiper-kiper lokal jadi memiliki cukup banyak menit bermain. Dengan begitu, Indonesia tidak kekurangan kiper-kiper hebat.
Saat kiper utama timnas, Ernando Ari Sutaryadi, cedera dan tidak bisa bergabung jelang melawan Vietnam, ada banyak kiper yang bisa menggantikannya. Untuk laga melawan Vietnam, Shin memanggil tiga kiper, yaitu Nadeo Argawinata, Muhamad Riyandi, dan Adi Satryo. Beberapa bulan mendatang, kiper-kiper lokal Indonesia juga akan bersaing dengan Maarten Paes yang saat ini memperkuat klub Liga Sepak Bola Utama Amerika Serikat (MLS), FC Dallas.
Paes, menurut rencana, ikut dalam gerbong naturalisasi PSSI bersama Thom dan yang lainnya. Akan tetapi, proses naturalisasi Paes sedikit terganjal karena dia pernah memperkuat tim Belanda U-21. Bila berhasil menjadi WNI, Paes dipastikan akan jadi pesaing terberat kiper timnas yang ada saat ini.
Adi kembali berkesempatan memperkuat timnas setelah sempat tidak memenuhi panggilan karena sakit pada Piala AFF U-23 tahun lalu. Kini, dengan datangnya kesempatan kedua, Adi bertekad memberikan seluruh kemampuan terbaiknya agar bisa dipercaya Shin mengawal gawang Indonesia. Ia juga mengaku tidak terbebani bila Paes akan jadi pesaingnya masuk timnas.
”Justru itu bisa memotivasi saya secara pribadi biar lebih keras lagi latihannya. Yang penting bersaing secara sehat,” ujar Adi yang saat ini memperkuat PSIS Semarang.