Penantian 30 Tahun Juara Tunggal Putra All England Terwujud
Indonesia memastikan meraih gelar juara tunggal putra All England 2024. Final akan terjadi antara Anthony dan Jonatan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BIRMINGHAM, SABTU - Setelah 30 tahun menanti, Indonesia akhirnya akan memiliki juara tunggal putra dari All England 2024 meski final belum digelar. Anthony Sinisuka Ginting akan bersaing dengan rekan latihan di pelatnas bulu tangkis, Jonatan Christie, untuk menjuarai turnamen bulu tangkis paling prestsius ini.
Jonatan memastikan terjadinya final tunggal putra sesama Indonesia setelah mengalahkan Lakshya Sen di semifinal. Pada pertandingan di Arena Birmingham, Inggris, Sabtu (16/3/2024) sore (Sabtu tengah malam waktu Indonesia), Jonatan menang dengan skor 21-12,10-21, 21-15. Sekitar empat jam sebelumnya, Anthony melangkah lebih dulu ke final setelah menang atas Christo Popov 19-21, 21-5, 21-11.
“Melaju ke final All England sangat berarti bagi saya dan mungkin bagi semua atlet karena All England adalah salah satu turnamen bulu tangkis terbesar,” komentar Anthony.
Sementara, Jonatan mengatakan, hasil di Arena Birmingham ini didapat berkat solidnya kerjasama tim tunggal putra. “Mungkin tidak ada yang menduga karena hasil di beberapa turnamen naik-turun, tetapi, kami selalu berusaha semaksimal mungkin. Kami memperbaiki kekurangan membangun hubungan yang baik untuk lebih solid,” ujarnya.
Lolosnya Anthony membuat sejarah bagi tunggal putra Indonesia karena nomor ini tak pernah memiliki wakil di final setelah Budi Santoso pada 2002. Jonatan membuat pencapaian sektor ini lebih besar lagi karena gelar juara dipastikan akan didapat berselang 30 tahun dengan gelar dari Hariyanto Arbi.
Hariyanto menjadi tunggal putra terakhir Indonesia yang menjuarai All England ketika turnamen itu pertama kali digelar di Arena Birmingham pada 1994, berpindah dari Wembley Arena. Momen lain yang mempersamakan final 2024 dengan 30 tahun lalu adalah terjadinya final sesama Indonesia. Hariyanto menang atas Ardy Bernadus Wiranata dengan skor 15-12, 17-14.
Melaju ke final All England sangat berarti bagi saya dan mungkin bagi semua atlet karena All England adalah salah satu turnamen bulu tangkis terbesar.
All England 1994 bahkan menjadi momen terbaik bagi tunggal putra Indonesia. Dari enam wakil, lima melaju ke perempat final hingga terciptalah semifinal sesama pemain “Merah Putih”. Hariyanto mengalahkan Alan Budikusuma, sementara Ardy menang atas Hermawan Susanto.
Prestasi itu menjadi titik puncak partisipasi tunggal putra Indonesia di All England yang dimulai oleh Ferry Souneville pada 1956. Hasil terbaik sosok yang menjadi Ketua Umum PP PBSI pada 1981-1985 itu adalah ketika mencapai final pada 1959. Pada tahun itu pulalah, Indonesia mendapat gelar pertama All England melalui Tan Joe Hok yang mengalahkan Ferry 15-18, 10-15, 15-3 di final.
Pamor tunggal putra Indonesia di All England berkibar ketika Rudy Hartono delapan kali menjuarai All England, tujuh diantaranya dilakukan secara beruntun pada 1968-1974. Satu gelar lain didapat pada 1976.
Dominasi nomor ini pada era itu diperlihatkan dengan tiga kali final sesama pemain Indonesia ketika Rudy juara. Pada 1971, Rudy juara setelah mengalahkan Muljadi, lalu menang atas Christian Hadinata pada final 1973, dan Liem Swie King pada 1976.
Pada era 1980-an, King menjadi satu-satunya peraih gelar tunggal putra Indonesia. Di era ini, pemain-pemain China, seperti Luan Jin, Zhao Jian Hua, dan Yang Yang bersaing di level atas dengan pemain Denmark, salah satunya Morten Frost Hansen.
Ardy (juara 1991) dan Hariyanto (juara 1993 dan 1994) menjadi dua tunggal terakhir yang mempersembahkan gelar bagi Indonesia pada masa 1990-an. Hariyanto sempat kembali ke final pada 1995, tetapi kalah dari Poul Erick Hoyer Larsen, begitu pula dengan Budi yang kalah di final 2002 dari Chen Hong. Setelah itu, hanya ada satu semifinalis tunggal putra Indonesia, yaitu Taufik Hidayat pada 2004 dan 2009.
Momen Hariyanto melawan Ardy akhirnya akan diulang Anthony dan Jonatan di tempat yang sama seperti 30 tahun lalu. Laga yang akan berlangsung Minggu menjadi final pertama bagi Anthony dan Jonatan di All England setelah mencapai perempat final sebagai hasil terbaik sebelumnya. Dalam perjalanan ke final, keduanya menyingkirkan dua unggulan teratas pada perempat final, Anthony menyingkirkan unggulan pertama, Viktor Axelsen, sementara Jonatan menang atas Shi Yu Qi (2) yang hanya menyelesaikan gim pertama karena cedera.
Jonatan mencapai final setelah mendapat hasil buruk pada empat turnamen pertama pada 2024, yaitu tiga kali tersingkir pada babak pertama dan sekali pada babak kedua. Di Perancis Terbuka, sepekan sebelum All England, dia pun kalah pada babak pertama. Performanya pada awal tahun ini berbeda dengan 2023 ketika dia bisa menjuarai tiga turnamen, yaitu dari Indonesia Masters, Hongkong Terbuka, dan Perancis Terbuka.
Namun, dia meningkatkan level permainannya selama di Arena Birmingham. Saat berhadapan dengan Sen di semifinal, kecuali pada gim kedua, Jonatan bermain agresif. Hampir setiap serangan dirancang dengan baik, tidak dilakukan dengan terburu-buru. Dia pun bisa bertahan dengan baik untuk melakukan serangan balik.
Bagi Anthony, final All England ini menjadi yang pertama setelah final Indonesia Terbuka pada Juni 2023. Adapun gelar juara terakhir kali didapatnya dari Singapura Terbuka pada bulan yang sama.
Pada ganda putri, perebutan gelar juara akan terjadi antara Nami Matsuyama/Chiharu Shida dan Baek Ha-na/Lee So-hee. Adapun tunggal putri nomor satu dunia yang juga juara bertahan, An Se-young, dihentikan musuh bebuyutannya, Akane Yamaguchi, 21-10, 19-21, 21-14. Ini menjadi pembalasan kekalahan Yamaguchi dari An pada final Perancis Terbuka.
Wakil Indonesia lainnya pada semifinal, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, berhadapan dengan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, pada semifinal terakhir yang berlangsung Sabtu malam waktu setempat atau Minggu (17/3) dini hariwaktu Indonesia.
Sementara itu dari turnamen Orleans Masters, ganda campuran, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, masih memelihara asa untuk juara. Mereka melangkah ke final untuk berhadapan dengan pasangan China, Cheng Xing/Zhang Chi setelah mengalahkan Mads Vestergaard/Christine Busch 21-11, 22-20.