Undian sudah merestui final ideal Liverpool dan Leverkusen. Tinggal bagaimana kedua tim melewati aral masing-masing.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NYON, JUMAT – Takdir seolah mengizinkan final ideal di Liga Europa antara Liverpool dan Bayer Leverkusen. Mereka terpisah di jalan yang berbeda untuk menggapai ke partai puncak. Namun, urusan prioritas Liverpool dan jalur terjal Leverkusen justru berpotensi menjadi aral terbesar.
Kisah klimaks itu mulai dijahit setelah Manajer Liverpool Juergen Klopp memutuskan akan hengkang pada akhir musim. Manajer Leverkusen Xabi Alonso yang merupakan mantan pemain Liverpool, digadang-gadang sebagai suksesor. Alhasil, final nanti berpotensi menjadi pertemuan sang pewaris dan penerus.
Skenario ideal tersebut terjaga dalam undian perempat final Liga Europa, Jumat (15/3/2024) di markas UEFA, Nyon, Swiss. Liverpool dan Leverkusen terpisah di dua bagan sayap berbeda. Liverpool ditantang Atalanta di perempat final, lalu ditunggu pemenang Benfica versus Marseille jika lolos.
Leverkusen akan menghadapi West Ham United di perempat final, lalu berpotensi melawan pemenang antara AS Roma versus AC Milan. Di atas kertas, Liverpool bisa dengan mudah melewati seluruh lawan dari bagan itu. Berbeda dengan tim asuhan Alonso yang harus melewati jalur lebih berat untuk mencapai final.
Alonso berkata, timnya belajar banyak dari tim “kuda hitam” Azerbaijan, Qarabag, di babak 16 besar. Mereka nyaris tersingkir usai tertinggal 0-2 di kandang. Beruntung, mereka bangkit dan menang 3-2, memanfaatkan lawan yang bermain dengan 10 orang sejak menit ke-64. “Tidak ada lawan mudah (di babak berikutnya),” jelasnya.
West Ham memang terbilang inkonsisten di Liga Inggris. Namun, tim asuhan manajer David Moyes itu tetap mampu berada di tujuh besar. Mereka juga membawa pengalaman juara di Liga Konferensi Eropa musim lalu. Adapun satu-satunya kejayaan Leverkusen di Eropa adalah saat juara Piala UEFA 1988.
Jika lolos semifinal, Leverkusen dinanti dua tim raksasa Italia. Milan dan Roma mengincar trofi satu-satunya yang mungkin diraih musim ini. Mereka akan berupaya menyelamatkan wajah Italia, setelah tidak ada satu pun wakil Liga Italia di 8 besar Liga Champions. Adapun Leverkusen ditaklukkan Roma di semifinal musim lalu.
Meskipun lebih sulit, penyerang Leverkusen Patrick Schick tetap percaya diri. Menurut dia, bukan tanpa alasan timnya belum terkalahkan sepanjang musim ini. “Kami tidak pernah menyerah. Tidak penting siapa pun lawannya nanti. Kami bisa mengalahkan siapa pun,” ujarnya yang menciptakan dua gol ke gawang Qarabag di injury time.
Prioritas Liverpool dengan skuad terbatas
Liverpool, di babak 16 besar, kembali memperlihatkan diri sebagai kandidat terkuat juara. Mereka mengempaskan Sparta Praha dengan keunggulan agregat 11-2. Jumlah 11 gol tersebut menyamai rekor di Liga Europa yang dicatatkan Lyon saat berhadapan dengan AZ Alkmaar pada 2017.
Menyedihkan melihatnya pergi. Sekarang kami hanya ingin memenangi seluruh trofi yang bisa diraih untuknya, memberikan perpisahan terbaik.
Menurut prediksi Opta Analyst, peluang Liverpool menjuarai Liga Europa adalah yang paling tinggi di antara tim 8 besar lain (34, 5 persen). Jauh meninggalkan tim kedua teratas, Leverkusen (23, 5 persen). Alonso sependapat dengan itu. “Jelas, buat saya Liverpool adalah yang paling favorit untuk meraih gelar,” katanya.
Walaupun demikian, perjalanan Liverpool tidak akan semudah yang terlihat di atas kertas. Tim asuhan Klopp itu masih bertarung dalam tiga kompetisi, termasuk Piala FA dan Liga Inggris. Masalahnya, mereka sedang bertarung sengit dengan Arsenal dan Manchester City dalam perburuan gelar liga.
Liverpool dinanti jadwal sangat padat. Seperti sebelum dan sesudah laga pertama perempat final. Mereka akan menjamu Atalanta di kandang, hanya berselang empat hari setelah bertandang ke markas Manchester United. Kurang dari tiga hari setelah itu, “Si Merah” harus kembali menghadapi Crystal Palace dalam pertandingan liga.
Di tengah pekan selanjutnya, Liverpool akan melanjutkan perjalanan tandang ke Italia untuk menjalani laga kedua. Artinya, mereka berpotensi menjalani empat laga wajib menang hanya dalam rentang 12 hari. Adapun mereka masih menunggu para pemain utama yang cedera bisa segera pulih, seperti Diogo Jota dan Alisson Becker.
Bagi Klopp, prioritas sangat penting. Dia berkata sebelumnya, skuad kali ini masih dalam fase transisi dan terganggu banyak cedera. Belum matang dan lengkap seperti skuad 2021-2022 yang nyaris meraih quadruple. Adapun dengan skuad matang itu, Liverpool pun terpeleset di akhir musim. Mereka menjadi runner-up di dua kompetisi terpenting, yaitu Liga Inggris dan Liga Champions.
Meskipun begitu, faktor itu mungkin bisa ditutupi dengan semangat berkobar para pemain. Mereka ingin memberikan kado perpisahan terbaik untuk Klopp, seperti disampaikan bek sayap Conor Bradley. “Menyedihkan melihatnya pergi. Sekarang kami hanya ingin memenangi seluruh trofi yang bisa diraih untuknya, memberikan perpisahan terbaik,” tuturnya.
Adapun Liga Europa merupakan satu-satunya trofi yang belum pernah diraih Klopp di Liverpool. Sang manajer pernah membawa “Si Merah” ke final pada musim debutnya, di 2016. Namun, Liverpool takluk dari Sevilla 1-3 di partai puncak seusai unggul lebih dulu di paruh pertama. Penebusan di kompetisi “kelas kedua” itu pun bisa menjadi penutup manis pada musim terakhirnya. (AP/REUTERS)