Juara, Asiana Menikmati Buah Konsistensi
Asiana menjadi juara berkat konsistensi di setiap pekan, termasuk ketika menghadapi ketidakpastian di laga terakhir.
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Setelah nyaris setiap pekan memimpin puncak klasemen, Asiana Soccer School akhirnya sukses menjuarai Liga Kompas Kacang Garuda U-14 2024. Mereka menikmati buah konsistensi yang sudah ditabur sejak pekan pertama. Konsistensi itu bermula dari standar tinggi pembinaan klub.
Asiana keluar sebagai juara usai menahan imbang Intan Soccer Cipta 4-4 di Lapangan Dewantara Sport Center, Tangerang Selatan, pada Minggu (3/3/2024). Mereka menciptakan keajaiban dengan membalikkan keadaan setelah tertinggal 1-4 di paruh pertama. Asiana (39) pun unggul satu poin atas Intan (38) di klasemen akhir.
Penyerang Asiana, Sean Rahman Kastor, menjadi pahlawan dengan sumbangan brace atau sepasang gol, termasuk gol pamungkas di pengujung paruh kedua. Sean sekaligus memastikan diri sebagai pencetak gol terbanyak Liga Kompas (23 gol). Asiana mengakhiri musim dengan rekor tidak terkalahkan (12 menang, 3 seri).
Sean dan rekan-rekan begitu bahagia seusai peluit panjang. Ada yang langsung bersujud, berpelukan, hingga berteriak sekeras mungkin. Mereka seolah tidak percaya bisa bangkit setelah masih tertinggal tiga gol dalam 15 menit sisa. Ini berkat kerja sama semuanya. Di pikiran kami (saat babak kedua), kami mau dan harus juara,” ujar Sean.
Baca juga : Klimaks Musim Panjang Pesta Pesepak Bola Belia
Skuad Asiana tampak tegang di awal laga. Mereka kecolongan tiga gol beruntun penyerang Intan, M. Habil Gaza Maulidyan, yang bermula dari situasi serangan balik. Asiana pun seperti menghadapi misi nyaris mustahil seusai turun minum. Selain tampil buruk, pertahanan Intan terkenal kokoh, baru kemasukan satu gol dari 14 laga.
”Saat turun minum, saya berkata kepada pemain untuk tampil lepas sesuai kapasitas. Kami hanya butuh hasil imbang untuk juara. Apakah mereka mau melepaskan kesempatan itu setelah memimpin hingga pekan terakhir? Mereka punya kesempatan membalikkan di babak kedua dan berhasil melakukannya,” kata pelatih Asiana, Iskandar Makmur.
Di kompetisi usia muda seperti Liga Kompas, gelar juara bukan segalanya. Namun, pencapaian Asiana patut dirayakan. Mereka sangat layak mendapatkan prestasi tertinggi itu. Mereka sukses melewati segala rintangan selama tiga bulan lebih dengan tampil konsisten setiap pekan, termasuk bangkit di tengah ketidakpastian laga pamungkas.
Asiana merupakan tim paling konsisten sepanjang kompetisi. Mereka memimpin klasemen selama 13 dari total 15 pekan. Selain tidak terkalahkan, permainan ofensif nan kolektif mereka juga selalu terpancar setiap pekan. Terbukti, tim asuhan pelatih Iskandar sangat impresif dalam selisih gol dan kemasukan, yaitu 70-6.
Ini berkat kerja sama semuanya. Di pikiran kami (saat babak kedua), kami mau dan harus juara.
Bagi Asiana, tidak mudah tampil konsisten walaupun unggul kualitas pemain. Mereka sangat diwaspadai tim-tim lawan. Mereka pun harus menghadapi blok rendah atau strategi sangat defensif lawan hampir di setiap minggu. Namun, para pemain selalu bisa menemukan jawaban di lapangan, seperti saat menghadapi pertahanan kokoh Intan.
Prinsip pembinaan
Kesuksesan Asiana tidak lepas dari standar klub yang diterapkan oleh sang pelatih. Dengan pengalaman sebagai mantan pemain profesional dan pelatih terbaik Liga Kompas 2017-2018, Iskandar selalu menargetkan hal yang lebih dari sekadar kemenangan. Dia ingin para pemain bisa selangkah lebih dekat ke level nasional.
”Kemampuan teknik individu dan fundamental sudah keharusan. Yang paling penting, mereka harus paham prinsip permainan sejak usia sekarang. Seperti saat kehilangan bola, harus menunggu atau mundur. Kemampuan berpikir itu yang penting untuk ke level nasional sekarang. Jika sudah paham dari sini, nanti akan lebih mudah,” kata Iskandar.
Standar Asiana terbukti berpengaruh besar terhadap perkembangan pemain. Pekan lalu, tiga pemain klub kelahiran 2009 terpilih mengikuti seleksi tim nasional U-16, yaitu Sean, M. Mierza Firjatullah, dan Hadri Dimas Sulistyo. Mereka merupakan sosok kunci yang membuat Asiana berjaya sore tadi.
Baca juga : Lompatan Awal Menuju Tim Nasional
Menurut Sean, inspirasi kemenangan justru berasal dari seleksi timnas. ”Di sana sangat capek. Fisik kami benar-benar diuji selama tiga hari. Ternyata, itu membawa pengaruh hari ini. Saya tidak capek sama sekali bermain sepanjang laga. Jadinya masih bugar dan bisa mencetak gol di saat akhir,” jelas pemain yang mengidolakan Filipo Inzaghi itu.
Asiana memang dominan, tetapi belum sempurna. Ada hal yang harus diperbaiki di jenjang selanjutnya. Seperti saat mendapatkan jadwal bermain paling pagi, pukul 07.00. Mereka dua kali ditahan imbang karena kurang siap tampil di pagi hari. ”Dari situ mereka belajar tentang persiapan fisik, termasuk makan dan tidur,” kata Iskandar.
Saat skuad Asiana berpesta, para pemain Intan berduka. Habil dan kawan-kawan tertunduk, tidak kuasa menahan kekecewaan. Intan selalu membayangi Asiana sejak pekan pertama, tetapi tidak mampu menaklukkan sang raja terakhir. Dalam kekecewaan, mereka tetap menunjukkan sportivitas dengan memberikan tepuk tangan saat selebrasi tim lawan.
Baca juga : Merayakan Kegembiraan di Lapangan
”Kami belajar banyak di kompetisi ini. Pemain belajar bagaimana mengatasi ketidakpastian setiap pekan. Dari mental dan fisik juga diuji untuk tampil konsisten. Tidak hanya pemain, saya sebagai pelatih juga banyak belajar. Hari ini harus diakui, saya salah merotasi pemain. Itu akan jadi pelajaran berharga,” kata pelatih Intan, Yani Muhammad Yamin.
Meski demikian, hasil tadi bukanlah akhir, baik bagi Asiana maupun Intan. Itu hanya permulaan. Perjalanan mereka masih panjang untuk mencapai mimpi jadi pesepak bola profesional. Asiana harus tetap rendah hati dan melanjutkan momentum prestasi. Intan bisa menjadikan kesedihan untuk bangkit dan jadi bahan bakar di masa depan.