Saat perburuan gelar Liga Italia dirasa sudah berakhir, AC Milan menatap Liga Europa dengan bekal kemenangan atas Lazio.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
ROMA, SABTU — Kemenangan AC Milan atas Lazio dengan skor 1-0, Sabtu (2/3/2024), tak mengubah banyak hal dalam perburuan gelar di Liga Italia. Namun, AC Milan mendapatkan bekal positif dari berakhirnya rentetan laga tanpa kemenangan untuk menatap Liga Europa.
Sejak Inter Milan melumat Atalanta, 4-0, pada laga Kamis (29/2/2024), Pelatih AC Milan Stefano Pioli tak bisa lagi melihat peluang timnya dalam perburuan gelar Liga Italia. Rival sekota AC Milan itu kian kokoh di puncak klasemen sementara dengan 69 poin dari 26 laga. Mereka unggul 12 poin dari Juventus yang berada di peringkat kedua.
”Saya kira demikian (perburuan gelar sudah berakhir). Inter sedang menjalani musim yang fantastis dan mereka juga mempunyai jadwal pertandingan yang sulit. Mereka memenangi semua pertandingan dengan meyakinkan. Saya pikir ini sudah berakhir,” ujar Pioli, dikutip dari Football Italia.
Kesempatan AC Milan untuk paling tidak mendekati Inter Milan sebenarnya terbuka saat menghadapi AC Monza, 19 Februari lalu. Namun, dengan kekalahan 2-4 dari AC Monza, Milan membuang peluang untuk menyalip posisi kedua klasemen setelah Juventus bermain imbang 2-2 melawan Hellas Verona.
Dalam dua laga setelahnya, Milan pun puasa kemenangan. Klub berjulukan ”I Rossoneri” alias ”Si Merah-Hitam” ini masih dinaungi Dewi Fortuna karena tetap bisa lolos ke Liga Europa kendati kalah 2-3 dari Stade Rennais. Mereka terbantu kemenangan 3-0 atas klub tersebut pada pertemuan pertama.
Alhasil, kemenangan atas Lazio dalam laga tandang di Stadion Olimpico itu membasuh dahaga Milan atas puasa singkat tersebut. Hasil itu juga menjaga Olivier Giroud dan kawan-kawan tetap berada di tiga besar klasemen sementara.
Namun, lebih penting lagi, kemenangan tersebut menjadi modal positif bagi Milan untuk menatap laga babak 16 besar Liga Europa melawan Slavia Praha, Jumat (8/3/2024) dini hari WIB. Stefano Pioli tidak ingin timnya hanya sekadar tampil di babak 16 besar Liga Europa. Pioli bertekad membawa Rossoneri menjadi juara pada bulan Mei nanti.
Kemenangan atas Lazio menjadi bekal Milan untuk menggapai impian tersebut. Apalagi, Milan juga akhirnya menjaga gawang tidak kebobolan. I Rossoneri merupakan tim ketiga dengan pertahanan terburuk di Liga Italia. Mereka kebobolan 31 gol dalam 25 pertandingan Serie A atau kebobolan 1,24 gol per pertandingan.
”Menjaga gawang nirbobol penting bagi kami. Kami kebobolan terlalu banyak akhir-akhir ini meski tidak memberikan banyak peluang. Kami memiliki kualitas untuk mencetak gol, baik sebagai starter maupun dari bangku cadangan,” tutur Pioli.
Walakin, penampilan Milan kontra Lazio bukan tanpa cela. Juara 19 kali Liga Italia ini kesulitan menciptakan gol hingga laga hampir berakhir. Padahal, Milan unggul jumlah pemain karena bek Lazio Pellegrini mendapatkan kartu kuning kedua pada menit ke-57.
Dalam catatan statistik kualitas peluang atau expected goals (xG), Lazio sebenarnya lebih unggul dari Milan. Lewat penguasaan bola 38 persen dan 11 kali tembakan, menurut data Flashscore, Lazio unggul tipis atas Milan dengan 1,46-1,02 xG.
Pada babak pertama, kendati kalah penguasaan bola (41 persen), Lazio melepaskan tembakan sama banyaknya seperti Milan (5 kali). Dua di antaranya mengarah ke gawang. Sementara itu, hanya sekali tembakan Milan yang tepat sasaran.
Milan baru bisa mencuri kemenangan lewat gol Noah Okafor yang turun dari bangku cadangan. Okafor menciptakan gol semata wayang Milan pada menit ke-88. Setelah itu, drama terjadi.
Tiga kartu merah
Lazio harus bermain dengan delapan orang setelah bek Adam Marusic dan gelandang Matteo Guendouzi mendapat kartu merah langsung dari wasit Marco Di Bello pada injury time. Marusic diusir karena memprotes keputusan wasit, sedangkan Guendouzi bereaksi keras setelah mendorong Pulisic yang menarik bajunya dalam situasi serangan balik.
”Le Aquile”, julukan Lazio, menjadi tim pertama yang diganjar tiga kartu merah dalam satu laga Liga Italia sejak Palermo mengalami hal serupa 12 tahun lalu. Waktu itu, tiga pemain Palermo diusir wasit dalam pertandingan melawan Bologna.
Pelatih Lazio Maurizio Sarri juga mendapat kartu kuning yang membuatnya harus absen pada laga berikut kontra Udinese karena akumulasi kartu. Secara total, wasit mengeluarkan tiga kartu merah dan 10 kartu kuning dari 36 pelanggaran.
Presiden Lazio Claudio Lotito pun melontarkan kritik pedas atas keputusan wasit yang dinilainya berlebihan itu. Lotito mendesak pembentukan badan independen untuk mengawasi kinerja wasit Liga Italia.
”Seorang wasit harus bisa memahami di mana titik puncaknya. Liga perlu memiliki badan pengawas independen yang berada di luar sistem yang ada saat ini,” tutur Lotito.
Kekalahan dari Milan membuat Lazio tertahan pada peringkat sembilan klasemen dengan koleksi 40 poin. Mereka berjarak enam poin dari Atalanta yang menempati posisi kelima atau zona Liga Europa.