Skenario terbaik tersaji di pengujung musim Liga Kompas U-14. Dua tim paling konsisten akan berebut titel juara.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Setelah berlangsung selama tiga bulan lebih, Liga Kompas Kacang Garuda U-14 akan memasuki pekan terakhir pada Minggu (3/3/2024). Klimaks kompetisi tersaji dengan pertemuan dua tim terbaik, Asiana Soccer School dan Intan Soccer Cipta Cendekia, yang akan berebut gelar juara.
Drama perebutan juara dipastikan berlangsung hingga laga terakhir di Lapangan Dewantara Sport Center, Tangerang Selatan. Dimulai pukul 15.00 WIB, duel penentu antara pemuncak klasemen Asiana (38 poin) dan Intan (37 poin) akan menutup Liga Kompas. Pemenangnya dipastikan keluar sebagai juara musim ini.
Duel pamungkas di pekan ke-15 itu merupakan skenario terbaik yang mungkin terjadi. Asiana dan Intan adalah tim paling konsisten sepanjang kompetisi. Asiana belum terkalahkan sampai saat ini (12 menang, 2 seri), sementara Intan baru kalah sekali (12 menang, 1 seri). Mereka menjadikan liga ibarat balapan dua kuda pacu.
Tetapi, saya yakin karena mentalitas anak-anak sedang naik. Mereka sudah menantikan untuk bertemu dengan Asiana.
Dominasi kedua tim juga terlihat jelas dalam selisih gol. Asiana sudah mencetak 66 gol dan hanya kemasukan 2 gol dari 14 laga. Produktivitas gol mereka rerata 4,7 gol per laga. Catatan gol Intan lebih rendah (49), tetapi mereka baru kemasukan satu gol sejak pekan pertama. Intan mencatat nirbobol di 13 laga.
Satu-satunya kemasukan ke gawang Intan terjadi saat takluk dari Kabomania Soccer School di pekan ke-11. Mereka kecolongan 4 menit sebelum peluit panjang. Hasil itu menjadi cambuk untuk tim asuhan Pelatih Yani Muhammad Yamin. Mereka menyapu bersih tiga laga terakhir, termasuk menang 7-0 atas Bintang Ragunan di pekan ke-14.
Tantangan lebih berat dihadapi Intan. Mereka wajib menang jika ingin juara. Asiana yang nyaris selalu memimpin klasemen sejak pekan pertama hanya butuh hasil imbang untuk mempertahankan posisi puncak. Adapun Intan sempat mencuri posisi itu di pekan ke-10, lalu terpeleset pada pekan berikutnya.
Menurut Yani, laga nanti akan lebih mengarah ke ujian mentalitas untuk tim asuhannya. ”Ada beberapa pemain yang mainnya naik turun. Nah, itu pekerjaan rumah buat pelatih dan manajemen, bagaimana mereka bisa menampilkan yang terbaik di laga terakhir,” ujarnya.
”Tetapi, saya yakin karena mentalitas anak-anak sedang naik. Mereka sudah menantikan untuk bertemu dengan Asiana. Mereka termotivasi karena ingin membuktikan diri, mereka pemain bagus juga (seperti Asiana). Semoga itu bisa menjadi dorongan kami,” kata Yani menambahkan.
Selain juara, laga nanti juga akan menentukan peraih penghargaan pencetak gol terbanyak. Persaingan sengit masih tersaji di puncak daftar pencetak gol, antara penyerang Asiana Sean Rahman Kastor (21 gol) dan M Habil Gaza Maulidyan (20 gol). Mereka meninggalkan jauh penyerang Salfas Soccer, Chico Habiby Al Karim (12 gol), di peringkat ketiga.
Berlangsung sore hari, pertarungan pamungkas nanti seharusnya bisa mengeluarkan kemampuan terbaik dari masing-masing pemain. Adapun bermain di pagi atau siang hari sering kali menjadi kendala para pemain. Saat tampil siang hari, mereka sering kewalahan dengan cuaca panas terik dan kondisi rumput sintetis.
Ketika bermain pagi hari, khususnya pukul 07.00 WIB, para pemain juga sering kurang maksimal karena minim persiapan. Banyak di antara mereka harus sudah berangkat dari rumah sejak subuh. Asiana membuktikan kesulitan itu. Mereka hanya dua kali gagal menang, semua itu terjadi saat bermain di laga paling pagi.
Pelatih Asiana Iskandar Makmur mengatakan, para pemainnya telah menjalankan prinsip bermain yang diinginkan setiap pekan. Tidak hanya mengincar kemenangan, tetapi juga memainkan sepak bola ofensif yang sesuai prinsip untuk bisa melangkah ke jenjang selanjutnya. Karena itu, mereka hanya perlu melanjutkannya.
Meskipun begitu, Iskandar menyadari, tantangan di pekan terakhir nanti tidak akan sama seperti sebelumnya. Mentalitas pemain baru akan menghadapi ujian sebenarnya. Mereka memang unggul satu poin, tetapi lebih terbebani karena selalu difavoritkan untuk juara musim ini. “Kita lihat nanti respons anak-anak, tinggal penentuan lawan Intan,” jelasnya.
Esensi dari kompetisi usia muda seperti Liga Kompas adalah pengembangan pemain. Hal itu yang sukses dilakukan oleh banyak tim, tidak hanya Asiana dan Intan. BMIFA dan Akademi Persib Bogor, misalnya. Mereka sempat berada di papan bawah pada empat pekan awal, lalu perlahan merangkak ke papan tengah di akhir musim.
Seluruh pemain pun telah belajar melewati berbagai rintangan, dari teknis hingga nonteknis. Walaupun hanya berlangsung separuh kompetisi di musim ini, Liga Kompas akhirnya bisa memberikan panggung pembinaan lagi untuk para pemain belia. Adapun Liga Kompas baru kembali digelar setelah absen di masa pandemi Covid-19.