Tentang Ambisi Rizki Juniansyah dan Angkatan 200 Kg
Tren positif angkatan ”clean and jerk” membuat Rizki punya peluang untuk berebut tiket Olimpiade dengan Rahmat.
Oleh
KELVIN HIANUSA, REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Suasana Mess Kwini, tempat pemusatan latihan nasional angkat besi, berubah tegang. Semua mata, dari para pelatih sampai atlet, tertuju ke sisi pintu utama. Di sana terdapat Rizki Juniansyah yang sedang mencoba angkatan clean and jerk seberat 200 kilogram. Ruangan terasa hening di tengah iringan musik koplo.
Waktu seolah terhenti saat lifter 20 tahun itu melakukan transisi beban dari bahu ke atas kepala. Tubuh Rizki bergetar hebat, seperti akan gagal dalam upaya itu. Wajahnya memerah dengan urat-urat yang terlihat jelas. Namun, dia tetap mampu mengangkat beban ke posisi tertinggi. ”Tahan… Tahan…,” teriak rekan-rekannya.
Rizki mengakhiri rutin dengan sempurna. Seisi ruangan latihan memberikan apresiasi kepadanya. Untuk pertama kali, dia bisa melakukan angkatan seberat 2 kuintal tersebut. ”Itu personal best saya di latihan. Melebihi catatan di Uzbekistan kemarin juga (195 kg),” katanya dengan semringah, Rabu (28/2/2024).
Berat Rizki di latihan belum ideal untuk kelas 73 kg, lebih sekitar 2 kg. Biasanya, lifter baru menurunkan berat jelang kompetisi. Meskipun begitu, angkatan itu tetap spesial. dia pernah turun di kelas 81 kg pada SEA Games Vietnam, pada medio 2022, tetapi angkatannya di clean and jerk tidak lebih tinggi (197 kg).
Menariknya, kemajuan Rizki terlihat jelas dalam sebulan terakhir. Dia baru saja menciptakan catatan terbaik pribadi dalam angkatan clean and jerk (195 kg) saat meraih tiga perak Kejuaraan Angkat Besi Asia 2024 di Tashkent, Uzbekistan, awal Februari.
Adapun performanya di clean and jerk terbilang stagnan. Rizki tidak mampu memperbarui catatan terbaik seusai memecahkan rekor dunia yunior (194 kg) di pertengahan 2021. Menurut lifter asal Banten itu, peningkatan terjadi berkat motivasi berlipat untuk mengejar tiket Olimpiade Paris 2024.
”Semangat saya lebih, mental lagi bagus. Saya rasa kondisi lagi bagus. Saya punya tujuan nanti di Olimpiade Paris, tetapi masih harus melewati tahap lagi. Saya akan melawan Rahmat (Erwin Abdullah), harus lebih setidaknya 1 kg dari dia,” ujar Rizki dengan penuh percaya diri dan keyakinan.
Mencegat Rahmat
Di Mess Kwini, spot latihan Rizki dan Rahmat seperti dua kutub yang berbanding terbalik. Rizki berada di sisi kiri, tepat di depan pintu utama. Rahmat berada di pojok kanan dari pintu utama. Meskipun terpaut jarak yang jauh, atmosfer kompetisi kedua jagoan di kelas 73 kg itu bisa terasa di seisi ruangan.
Mereka saling memacu satu sama lain sebab hanya ada satu lifter yang akan mewakili Indonesia dalam kelas 73 kg di Paris nanti. Sejauh ini, Rahmat memimpin di peringkat kualifikasi Olimpiade dengan angkatan total 363 kg (snatch 159 kg dan clean and jerk 204 kg). Rizki harus melampaui Rahmat yang berusia tiga tahun lebih tua jika ingin lolos.
Penentunya adalah Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, 31 Maret-11 April 2024. ”Kadang-kadang di angkat besi dua tambah dua itu hasilnya bukan empat. Bisa saja jadi delapan. Ada faktor-faktor lain yang bisa menentukan di hari perlombaan. Karena itu, persaingan Rizki dan Rahmat masih sengit,” ujar pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja.
Angkatan total Rizki masih tertinggal 10 kg dari Rahmat. Catatan total terbaiknya diraih di Kejuaraan Asia, 353 kg (snatch 158 kg dan clean and jerk 195 kg). Walaupun tertinggal cukup jauh, tren peningkatan Rizki dalam angkatan clean and jerk bisa mengubah permainan.
Seperti diketahui, 9 kg dari 10 kg perbedaan angkatan total antara Rizki dan Rahmat berasal dari clean and jerk. Rahmat merupakan ”raja” clean and jerk yang memegang rekor dunia di dua kelas sekaligus, 73 kg dan 81 kg. Untuk mengalahkan Rahmat, Rizki harus bisa bersaing di angkatan itu.
Target utama saya Olimpiade 2028. Namun, kalau sekarang ada kesempatan, kenapa tidak dicoba?
Saat ditanya rivalitas dengan Rahmat, Rizki menjawab dengan santai. ”Kami berteman kalau di luar. Namun, saat latihan terasa (kompetisinya). Saya terpacu melihat dia. Saya yakin dia juga begitu. Karena itu, fungsi pelatih sangat penting untuk menjaga kami tidak panas di latihan. Biar pembuktiannya di panggung, tidak ada gunanya adu-aduan di latihan,” katanya.
Rizki baru
Rizki seperti terlahir kembali di 2024. Terutama setelah operasi usus buntu yang mengharuskannya istirahat total selama enam bulan. Dia baru berlatih intens lagi sebulan sebelum Kejuaraan Asia. Namun, hasilnya, dia bisa menyapu bersih medali perak dengan sukses dalam seluruh enam percobaan angkatan.
Menurut lifter yang hobi olahraga ekstrem motocross itu, trauma akibat operasi masih ada. Karena masih teringat dengan peristiwa itu, dia berkali-kali memperlihatkan jahitan bekas operasi di perut bagian bawah. Dia masih takut rasa sakit kambuh lagi jika terlalu intens latihan.
Namun, akibat cobaan itu pula, Rizki kembali dengan versi yang lebih kuat. Dia fokus mengejar ketertinggalan selama setengah tahun terakhir. Motivasinya juga berlipat untuk kembali membuktikan diri di panggung. Hal tersebut yang terlihat jelas di Kejuaraan Asia.
”Terpacu juga saya (di Tashkent). Kata orang, Rizki paling tidak akan segini segini. Pas di panggung, saya lihat lawan dan terpancing sendiri semangat. Dari situ saya semakin semangat. Pelatih-pelatih tidak ada yang menyangka saya bisa medali. Targetnya paling mengambil perunggu satu, ternyata bisa tiga perak,” tambahnya.
Kebaruan Rizki juga hadir dari sisi pelatih. Setelah 13 tahun, dia tidak lagi dilatih oleh sang ayah, Muhammad Yasin, yang merupakan mantan lifter nasional. Yasin mundur karena alasan kesehatan. Sosoknya digantikan oleh Triyatno, mantan lifter Olimpian yang sekaligus kakak ipar Rizki.
Dengan segala kebaruan itu, Rizki yang baru akan berusia 21 tahun di bulan Juni nanti masih haus berprestasi. Ambisi itu terlihat di Mess Kwini, saat dia menjadi lifter terakhir yang selesai berlatih. ”Target utama saya Olimpiade 2028. Namun, kalau sekarang ada kesempatan, kenapa tidak dicoba?” ujarnya.