Demi Gelar Liga Inggris, Arsenal Wajib Benahi Produktivitas ”Open Play”
Sebaga raja ”set piece”, Arsenal perlu meningkatkan gol dari ”open play” demi meningkatkan kans menjadi juara.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, MINGGU – Pekan demi pekan trio pengejar trofi Liga Inggris tak henti-hentinya memamerkan kemenangan dengan margin gol masif atas lawan mereka. Pada pekan ke-26, akhir pekan ini, Arsenal dan Liverpool mengemas kemenangan serupa, 4-1, sedangkan Manchester City cukup unggul dengan skor minimalis, 1-0.
Produktivitas gol sebuah tim amat menentukan bagi penentuan klasemen akhir Liga Inggris jika dua atau tiga tim memiliki poin setara. Berbeda dengan liga-liga lain di Eropa yang mengutamakan rekor pertemuan antartim, Liga Inggris lebih mementingkan selisih gol.
Dengan permainan yang semakin kompleks dan pertahanan yang semakin rapat, tim-tim juga memerlukan improvisasi untuk mengkreasikan peluang demi menciptakan gol. Salah satu kans untuk mencetak gol hadir melalui set piece atau bola mati.
Arsenal merupakan tim terbaik di Liga Inggris yang bisa memaksimalkan bola mati untuk menjadi gol. Di tengah kritik atas performa pemain depan yang dianggap tidak setajam milik City dan Liverpool, pemain ”Si Meriam” menunjukkan sifat klinis setiap mendapat peluang bola mati, baik itu sepak pojok maupun tendangan bebas.
Pada laga melawan Newcastle United di Stadion Emirates, London, Minggu (25/2/2024) dini hari WIB, dua dari empat gol kemenangan Arsenal berawal dari sepak pojok. Itu tercipta pada gol pertama yang menyebabkan bek tengah Newcastle, Sven Botman, melakukan gol bunuh diri pada menit ke-18, lalu bek yang dibeli dari Spezia, awal tahun lalu, Jakob Kiwior, mencetak gol perdananya untuk Arsenal di musim ini.
Dari dua gol melalui sepak pojok itu, eksekutor bola mati Arsenal selalu mengarahkan bola ke tiang dekat. Kemudian, tiga sampai pemain Arsenal akan memburu lokasi turunnya bola untuk mengungguli jumlah bek lawan.
Berkat sepasang gol ke gawang Newcastle, Arsenal mengukuhkan diri sebagai tim paling subur memanfaatkan bola mati. Mereka telah mencetak 18 gol melalui sepak pojok tanpa memasukkan penalti. Jika menyertakan penalti, koleksi gol Si Meriam dari bola mati mencapai 26 gol. Itu sudah setara 29 persen gol Arsenal Liga Inggris musim ini.
Menariknya, Arsenal mencetak lebih banyak gol melalui sepak pojok, yaitu 13 gol, dibandingkan delapan gol yang dicetak berkat peluang dari eksekusi titik putih. Kuantitas gol anak asuhan Mikel Arteta dari sepak pojok saja sudah melebihi koleksi gol bola mati 18 kontestan lain di Liga Inggris musim ini. Jumlah itu hanya kalah dari kreasi 14 gol bola mati milik Everton.
Penampilan tajam dari bola mati itu tidak lepas dari pengaruh Nicolas Jover yang mendapat tugas dari Arteta untuk mempersiapkan situasi bola mati timnya. Tanpa nomor sembilan murni yang menjadi target operan, Arsenal justru kian berbahaya karena siapa pun bisa mencetak gol melalui berbagai situasi saat pertandingan.
”Mereka (pemain) menemukan beragam cara untuk mencetak gol. Hal ini sangat memuaskan, kami bisa mencetak banyak gol. Meski begitu, masih banyak hal yang bisa kami tingkatkan,” ucap Arteta kepada Sky Sports seusai timnya meraih kemenangan ke-18 di liga musim ini.
Meski sangat tajam dalam bola mati, Arsenal masih tertahan di peringkat ketiga. Mereka berjarak dua poin dari Liverpool di puncak klasemen dan satu poin dengan City. Hal itu tidak lepas dari kurangnya keseimbangan Arsenal untuk mencetak gol dari skema permainan terbuka atau open play. Arsenal hanya berada di peringkat ketujuh dalam urusan mencetak gol melalui permainan terbuka di Liga Inggris.
Dalam bola mati, tingkat gol Arsenal sekitar 17 persen dari total tembakan berhasil dari situasi tendangan bebas atau sepak pojok. Angka itu menurun dengan hanya 10 persen tingkat gol mereka melalui sepakan dari permainan terbuka.
Si Meriam mencetak sebuah gol dari 9,7 tembakan per gim. Angka itu amat minim dibandingkan dua pesaing di papan atas, Liverpool dan City. Liverpool, misalnya, hanya membutuhkan 7,8 tembakan untuk menghasilkan sebuah gol. City lebih efisien lagi karena mampu mencetak sebuah gol dari 7,65 tembakan.
Merujuk data expected goals (xG) dari Opta, Liverpool mampu mencetak 46 gol permainan terbuka dari 43,13 xG. City pun mengoleksi 44 gol yang melebihi 38,75 xG. Adapun Arsenal yang mampu mencetak 34 gol mencatatkan koleksi gol di bawah xG, yaitu 35.
City pun telah menghasilkan 43 gol dari skema permainan terbuka sehingga tetap konsisten berada di posisi kedua dalam predikat tim tersubur dari koleksi gol open play. ”The Citizens” hanya kalah dari Liverpool yang menghasilkan 46 gol.
Manajer City Pep Guardiola memuji performa anak asuhannya meski hanya membawa pulang keunggulan satu gol dari markas Bournemouth, Stadion Vitality. Itu membuat City selalu mencetak satu gol pada tiga laga terakhir Liga Inggris.
”Mereka adalah manusia super. Mereka memiliki karakter luar biasa dan sangat kompetitf meski mereka kelelahan. Itu memberikan mereka kekuatan ekstra,” tutur Guardiola, yang menganggap timnya dalam periode sulit karena menjalani laga setiap tiga hari, dilansir laman klub.
Keberadaan Liverpool dan City di dua urutan teratas Liga Inggris tidak lepas dari kemampuan mereka menjaga produktivitas gol melalui bola mati. Walau tidak sesubur Arsenal, City masih duduk sebagai tim dengan koleksi gol keempat terbanyak dari bola mati dengan 10 gol. Sementara Liverpool menghasilkan sembilan gol dari bola mati.