Bhayangkara FC Paling Terancam Terdegradasi, Lima Tim Lain Belum Aman
Bhayangkara FC mengemban misi mustahil lepas dari degradasi. Agar tak turun kasta, tim Liga 1 harus mengemas 39 poin.
Setelah rehat selama 16 hari, BRI Liga 1 2023-2024 akan melanjutkan pertarungan pekan ke-25, Kamis (22/2/2024) ini. Persaingan posisi empat besar menuju championship series masih terbuka. Ancaman degradasi punmenyebabkan tim-tim di papan bawah berusaha keras membenahi penampilan di putaran kedua.
Sejak format Liga 1 bergulir pada 2017, sudah empat musim berjalan dengan menyertakan adanya hukuman degradasi bagi tiga tim di urutan terbuncit. Pada musim 2022-2023 lalu, PT Liga Indonesia Baru tidak mengadakan ancaman turun kasta dengan alasan kompetisi yang belum berjalan normal pasca-Covid-19.
Isu tidak adanya degradasi juga sempat dua kali mencuat dalam perjalanan musim 2023-2024. Namun, hal itu dibantah oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Berpegang komitmen dari Erick, eks Presiden Inter Milan, maka Kompas mencoba melakukan perhitungan kans tim-tim yang berpeluang terdegradasi. Analisis ini berdasarkan tren degradasi dari empat edisi Liga 1, yakni 2017, 2018, 2019, dan 2021-2022.
Merujuk persaingan zona merah di empat musim itu, maka Bhayangkara FC yang duduk di posisi terakhir paruh musim ini merupakan tim dengan kans paling besar untuk tampil di Liga 2 edisi 2024-2025. Ada dua alasan kuat yang mendasari itu.
Pertama, tidak ada tim yang menjalani tengah kompetisi atau hingga pekan ke-17 hanya mengumpulkan satu digit poin bisa lolos degradasi. Tim berjuluk ”The Guardians” itu hanya mengemas tujuh poin dalam 17 laga awal atau hanya meraih 0,41 poin per gim.
Koleksi poin milik Bhayangkara itu setara dengan milik Persiba Balikpapan dan Gresik United di Liga 1 2017. Kala itu, Gresik dan Persiba turun kasta karena gagal keluar dari zona merah di paruh kedua. Di akhir musim, Persiba hanya bisa mengemas poin akhir 27. Sementara Gresik cuma bisa menambah tiga poin sehingga mengoleksi 10 poin dari 34 laga.
Tim lain yang juga hanya bisa meraih satu digit poin, tepatnya enam poin, di paruh pertama adalah Persiraja Banda Aceh pada musim 2021-2022. Persiraja kembali ke Liga 2 setelah semusim di Liga 1 karena menutup musim dengan koleksi hanya 13 poin.
Kedua, tim yang menutup paruh pertama di posisi terakhir selalu gagal keluar dari posisi tiga terbawah. Hal itu telah dirasakan Persiba (musim 2017), PSMS Medan (2018), Semen Padang (2019), dan Persiraja Banda Aceh (2021-2022).
Baca juga: Liga 1 2023-2024: Siapa Paling Berpeluang Merebut Juara?
Persiba dan PSMS telah berusaha keras dengan menambah masing-masing 20 poin dan 19 poin di paruh kedua, tetapi mereka tetap gagal keluar dari zona degradasi. Semen Padang yang menambah 18 poin dalam durasi pekan ke-18 hingga ke-34 juga tidak berhasil bebas dari turun kasta. Persiba dan Semen Padang hanya bisa naik satu tingkat di klasemen akhir.
Dengan dua variabel di atas, Bhayangkara tentu tidak akan mudah untuk setidaknya naik ke peringkat ke-15 di akhir musim nanti. Meskipun telah merekrut pelatih berpengalaman dari Argentina, Mario Gomez, dan mendatangkan pemain berkualitas di bursa transfer tengah musim, seperti Radja Nainggolan dan Witan Sulaeman, The Guardiansbaru mampu menambah delapan poin memasuki tujuh pekan paruh kedua musim ini.
Jika membandingkan penampilan di putaran pertama, Bhayangkara telah mendapat rerata poin lebih baik di paruh kedua dengan 1,14 poin per gim. Mereka telah menambah delapan poin dari pekan ke-18 hingga ke-24.
Namun, peningkatan poin itu tidak akan cukup untuk mengeluarkan Bhayangkara dari ancaman degradasi ke Liga 2 musim depan. Pasalnya, dengan rerata poin saat ini, Bhayangkara maksimal hanya bisa mengemas 19 poin di paruh kedua. Dengan mengakumulasi poin di putaran pertama, maka Bhayangkara akan menutup musim ini dengan torehan 26 poin.
Baca juga: Kisruh Gaji Pemain Kalteng Putra Berujung Laporan ke Polisi dan Degradasi
Apabila ingin bertahan di Liga 1, Bhayangkara setidaknya perlu menambah 23 poin pada 10 laga terakhir musim ini. Itu artinya, mereka bisa mengumpulkan 32 poin di paruh kedua sehingga menutup musim dengan 39 poin.
Itu adalah jumlah poin aman untuk setidaknya duduk di peringkat ke-15 yang menjadi batas akhir bertahan di kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air. Dalam empat musim Liga 1 dengan degradasi, tim yang menghuni posisi ke-15 rerata mengemas 39 poin.
Alhasil, Bhayangkara hanya boleh dua kali kalah dan setidaknya tidak kehilangan poin di delapan gim sisa musim ini. Walaupun tidak ada yang mustahil di sepak bola, dengan mengamati lawan-lawan The Guardians di sisa musim ini, capaian poin ideal itu agak sulit dipenuhi. Bhayangkara masih akan bertemu empat dari lima tim teratas saat ini, yakni Borneo FC, Persib Bandung, Persik Kediri, dan Bali United.
Dua jatah tersisa
Merujuk tim-tim terdegradasi di empat musim terdahulu, klub yang menutup paruh musim di luar posisi 10 besar juga terancam turun kasta. Semen Padang di musim 2017, lalu Mitra Kukar dan Sriwijaya FC pada musim 2018, dan Badak Lampung di musim 2019 adalah tim-tim yang duduk di luar zona merah pada akhir putaran pertama, tetapi mengalami penurunan performa sehingga menutup musim di zona degradasi.
Baca juga: Susah Payah Persipura Tidak Terdegradasi ke Kasta Terbawah Liga Indonesia
Dengan kebutuhan rerata 39 poin untuk duduk di peringkat ke-15, maka setidaknya ada empat tim yang masih terancam bisa jatuh ke jurang degradasi. Mereka adalah Persikabo 1973 (posisi ke-17), Arema FC (ke-16), Persita Tangerang (ke-15), dan PSS Sleman (ke-14).
Persita dan PSS, meski masih berada di zona aman, harus meningkatkan raihan poin signifikan agar tidak terusik oleh Persikabo, Arema, dan Bhayangkara. Memasuki tujuh laga putaran kedua, Persita dan PSS sama-sama mengoleksi poin yang setara dengan Bhayangkara, yaitu delapan poin.
Dua tim lain, Arema dan Persikabo, mengoleksi poin lebih sedikit. Arema baru menambah tujuh poin dan Persikabo hanya enam poin. Jumlah poin itu belum mampu mendongkrak posisi mereka yang menutup paruh pertama masing-masing di peringkat ke-16 dan ke-17. Arema hanya meraup 14 poin dari 17 laga awal. Sementara Persikabo mendapatkan 11 poin dalam periode yang sama.
Sejatinya, tiga tim legendaris, yaitu PSM Makassar, Persebaya Surabaya, dan Persija Jakarta, yang duduk di bawah zona 10 besar pada pertengahan musim juga masih terancam turun kasta. Namun, performa Persija dan PSM mulai meningkat. Mereka masing-masing telah mengumpulkan 12 dan 10 poin di paruh kedua sehingga telah masuk ke posisi 10 besar dan punya peluang mengejar peringkat empat besar.
Baca juga: Misi Bali United Tembus Lima Besar Klasemen Liga 1
Persebaya, yang baru meraih satu kemenangan di putaran kedua, pun sudah mengumpulkan 30 poin. Mereka hanya berjarak tiga kemenangan dari zona aman degradasi.
Selain lima tim yang telah disebutkan di atas, Persis Solo justru berpeluang menjadi tim kejutan yang bisa duduk di zona merah pada akhir musim nanti. Koleksi 29 poin milik ”Laskar Sambernyawa” memang tidak terlalu jauh dari poin aman, tetapi performa mereka yang kerap inkonsisten bisa menjadi bumerang.
Apalagi, Persis telah mengalami penurunan tiga peringkat di paruh kedua musim ini. Meski begitu, koleksi empat poin dari dua gim terakhir bisa menjadi bekal Persis untuk menjaga konsistensi dan bertahan di Liga 1.
Jadi, tanpa lonjakan poin yang tinggi, Bhayangkara memiliki kans terbesar untuk turun ke Liga 2 musim 2024-2025. Kemudian, Persikabo, Arema, Persita, dan PSS Sleman akan menghadirkan persaingan sengit guna terhindar menjadi dua tim pelengkap zona degradasi. Satu lagi, tanda bahaya juga harus dinyalakan Persis.