“Kiamat Kecil” Bayern Muenchen dan Ironi Kane
Presensi Harry Kane hanya sebatas kameo. Bayern Muenchen kembali terjebak dominasi nirmakna di Stadion Olimpico.
ROMA, KAMIS — Bayern Muenchen berada di titik nadir. Hanya dalam rentang empat hari, mereka berpotensi kehilangan dua gelar paling penting. Penyerang megabintang Harry Kane yang diperkirakan jadi “mesias” dalam musim debutnya hanya bisa menambah ironi dari tim raksasa Jerman tersebut.
Stadion Olimpico, pada Kamis (15/2/2024) dini hari WIB, menjadi saksi “kiamat kecil” tim asuhan pelatih Thomas Tuchel. Muenchen takluk 0-1 dari tuan rumah Lazio dengan penampilan minim tujuan dan percaya diri di laga pertama babak 16 besar Liga Champions. Gol penalti Ciro Immobile membenamkan tim tamu.
Anda bisa melihat mereka kehilangan percaya diri. Semua bermain buruk.
Muenchen terjebak dalam dominasi nirmakna. Berganti formasi dari 3-4-2-1 ke 4-2-3-1, mereka menguasai bola hingga 60,7 persen dan menciptakan 17 tembakan. Namun, tidak sekali pun menghasilkan tembakan tepat sasaran. Pertama kali sejak 2003-2004, ada tim yang gagal menembak tepat sasaran dari 17 percobaan di Liga Champions.
Baca juga: Hanya Mbappe, Sandaran PSG
Kane, tiga kali peraih Sepatu Emas Liga Inggris, tidak banyak membantu. Penyerang yang dibeli seharga 95 juta euro di musim panas itu kesulitan dalam pertahanan rapat Lazio. Sama halnya dengan pemain bintang lain, Thomas Mueller dan Leroy Sane, yang selalu minim ide saat mulai mendekati kotak penalti.
“Untuk tidak menciptakan satu pun tembakan tepat sasaran, itu tidak masuk akal. Apalagi dengan kualitas pemain kelas dunia yang mereka punya. Kane bahkan jarang terlibat dalam permainan. Anda bisa melihat mereka kehilangan percaya diri. Semua bermain buruk,” kata mantan gelandang Muenchen, Owen Hargreaves, kepada TNT Sports.
Krisis Muenchen merupakan sebuah tren. Empat hari lalu, mereka baru saja takluk 0-3 dari kompetitor utama perburuan gelar Liga Jerman, yaitu Bayer Leverkusen. Kane dan rekan-rekan juga lebih berinisiatif memegang bola dengan penguasaan hingga 61 persen. Akan tetapi, mereka hanya menghasilkan satu tembakan tepat sasaran.
Baca juga: Katalis Takhta Real Madrid dan Manchester City
Artinya, Muenchen hanya menciptakan total satu tembakan ke arah gawang selama 180 menit terakhir. Sangat sulit menang dengan inefisiensi tersebut. Tuchel tidak tinggal diam. Dia sudah mencoba dua formasi dengan empat bek dan tiga bek sejajar. Namun, hal tersebut tidak banyak berpengaruh karena penurunan moral para pemain.
Musim Muenchen terancam berakhir. Mereka sudah tertinggal lima poin dari Leverkusen di liga domestik. Tim berjuluk “FC Holywood” itu hanya terpaut 90 menit dari eliminasi di Liga Champions. Dengan kegagalan ganda di piala lokal dan piala super, mereka berpotensi menyudahi musim tanpa gelar untuk pertama kali dalam 12 tahun terakhir.
Beban berat ada di pundak Kane. Penyerang 30 tahun itu terancam memperpanjang kutukan nirgelar yang sudah melekat. Dia belum pernah juara sejak debut profesional. Hal itu wajar ketika di Tottenham Hotspur yang memang bukan tim bertradisi juara. Namun, akan menjadi anomali jika gagal mengangkat trofi lagi di klub sebesar Muenchen.
Menurut mantan bek tim nasional Inggris, Rio Ferdinand, Kane akan menjadi sosok kunci kebangkitan Muenchen. “Ini akan menjadi ujian besar untuk Kane, dari sisi karakter dan mental. Saya pikir dia punya mental kuat, tetapi tantangannya ini adalah lingkungan baru untuk dia. Belum lagi tekanan dari media di sana,” ujarnya.
Baca juga: Sinaran Wajah ”Treble” Manchester City
Kane merupakan salah satu penyerang paling lengkap di dunia saat ini. Dengan kualitas individu yang sudah tidak diragukan lagi, dia semestinya bisa mengangkat tim sendirian. Seperti Kylian Mbappe yang menginspirasi kemenangan Paris Saint-Germain atas Real Sociedad di babak 16 besar. Adapun hal itu sudah sering dilakukan Kane di Spurs.
Penampilan Kane menurun drastis sejak pulang membela timnas Inggris di jeda internasional, November lalu. Dia hanya berkontribusi rerata 0,61 gol (7 gol, 1 asis) dalam 13 laga terakhir. Sangat jauh jika dibandingkan dalam 16 penampilan awal bersama Muenchen dengan rerata kontribusi hingga 1,6 gol (20 gol, 6 asis).
Ketajaman Kane semakin dipertanyakan seusai melewatkan umpan silang matang dari Mueller di Stadion Olimpico. “Itu tidak terpisahkan dari seorang penyerang. Anda akan melewatkan peluang saat ini dan lagi. Fokus saya dan tim saat ini hanyalah untuk laga berikutnya. Kami belum tersingkir dan tidak akan menyerah. Satu percikan bisa mengubah segalanya. Kami akan mencari itu,” jelasnya.
Di sisi lain, tekanan terhadap Tuchel juga semakin membesar. Muenchen sudah kalah 10 kali dari 43 laga di seluruh kompetisi dalam rezim sang manajer. Jumlah kekalahan itu sudah sama dengan pelatih sebelumnya, Julian Nagelsmann, yang memimpin 84 laga. Adapun Nageslmann dipecat di paruh kedua musim lalu.
Tuchel harus lebih berani menaikkan tempo permainan. Muenchen sering kali bermain terlalu lambat sehingga potensi peluang hilang begitu saja. “Kami frustrasi dan marah dengan kekalahan ini, tetapi kami masih punya laga kedua di kandang sendiri. Kami akan memperbaikinya walaupun kondisi saat ini tidak terlihat baik,” katanya. (AP/REUTERS)