Satu pemain mencegah malam buruk untuk seisi kota Paris. Dia adalah Mbappe yang kembali menyelamatkan malam buruk PSG.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
PARIS, KAMIS — Selama hampir sejam laga, Paris Saint-Germain tidak tampak seperti tim kandang. Mereka berada dalam bayang-bayang tim tamu, Real Sociedad, yang lebih berinisiatif dan tampil tanpa rasa takut. Beruntung, PSG memiliki penyerang megabintang Kylian Mbappe yang mampu mengubah ”ampas” jadi ”emas”.
Sociedad memang inkonsisten di Liga Spanyol, tetapi tidak di Liga Champions. Mereka belum terkalahkan sejak babak grup, lolos sebagai pemuncak klasemen dan mengungguli finalis musim lalu, Inter Milan. Soliditas itu dibawa tim tamu ke Stadion Parc des Princes dalam laga pertama 16 besar, Kamis (15/2/2024) dini hari WIB.
Sociedad datang dengan ide membangun serangan dari bawah, lewat umpan pendek. Mereka melewati tekanan tinggi tuan rumah dengan mudah. Sementara itu, tekanan balasan Sociedad sering membuat PSG kehilangan bola di area sendiri. Tim tamu nyaris unggul lebih dulu, tetapi tembakan gelandang Mikel Merino hanya membentur mistar.
Tampil menjanjikan sampai awal paruh kedua, Takefusa Kubo dan rekan-rekan tetap harus menyerah 0-2. Semua akibat perubahan ”arah angin” di awal paruh kedua. Aktornya adalah Mbappe yang mencetak gol pembuka di menit ke-58 lewat skema tendangan sudut. Dengan cerdik, dia memanfaatkan disfungsi jebakan offside lawan.
”Kami bisa mencetak gol di momen penting. Tentu kami senang dengan hasil pertemuan pertama ini. Masih banyak hal yang harus diperbaiki. Kami semestinya bisa lebih baik di paruh pertama, tetapi tidak masalah karena ini bagian dari proses,” kata Mbappe yang sudah menciptakan empat gol di Liga Champions musim ini, kepada Canal Plus.
Ketergantungan PSG terhadap Mbappe sudah sangat akut. Dengan tambahan sumbangan di laga tersebut, penyerang tim nasional Perancis itu sudah terlibat dalam 38 gol (31 gol, 7 asis) dari 30 penampilan musim ini. Menurut Opta, keterlibatan tersebut merupakan yang terbanyak dari semua pemain di lima liga terbesar Eropa.
Aksi heroik Mbappe sebenarnya tinggal menunggu waktu. Dia merupakan salah satu penyerang paling berpengaruh di Liga Champions saat ini. Dia sudah menghasilkan 44 gol dan 23 asis dalam 68 laga di kompetisi tertinggi klub Eropa tersebut. Berdasarkan data Squawka, Mbappe berkontribusi gol setiap sekitar 80,8 menit.
Menurut Pelatih Sociedad Imanol Alguacil, aksi individu Mbappe membalikkan segalanya. ”Kami memberikan mereka gol pertama. Hal itu tidak boleh dilakukan di Liga Champions lawan PSG. Apalagi berasal dari tendangan sudut, saat kami kekurangan satu pemain di lapangan. Kami kehilangan kontrol usai itu,” katanya.
Sejak awal, Mbappe memang menjadi pemain paling ”hidup” di kubu PSG. Bermain sebagai ujung tombak dalam formasi 4-3-3, dia selalu mengancam dengan kemampuan sprint dan dribel. Dia sudah mengancam di awal laga lewat peluang dari transisi serangan balik, tetapi tendangannya masih kurang keras. Adapun separuh dari total tembakan PSG (14) dicatatkan oleh Mbappe.
PSG bermain lebih lepas seusai gol Mbappe. Penyerang sayap 21 tahun, Bradley Barcola, menggandakan keunggulan lewat skema transisi, memanfaatkan pertahanan Sociedad yang mulai tidak disiplin. Adapun Mbappe nyaris menambah sumbangan gol, tetapi tembakannya masih bisa ditepis kiper Alex Remiro dan membentur mistar.
Merino menyadari, sepak bola adalah tentang gol. Mereka menderita di akhir laga karena tidak punya sosok dengan efisiensi tinggi seperti Mbappe. ”Semua tentang bermain efisien, mencetak gol. Kami tidak menunjukkan itu akhir-akhir ini, tetapi kami akan memberikan segalanya di kandang sendiri,” ucapnya.
Mbappe sekaligus menghapus kekhawatiran terhadap hasil inkonsisten PSG sepanjang babak grup. Mereka mencatat dua kali kemenangan, termasuk dua kali kalah, dalam persaingan grup ”neraka”. Itu membuat tim asuhan Pelatih Luis Enrique lolos sebagai peringkat kedua grup, di bawah Borussia Dortmund.
Kami semestinya bisa lebih baik di paruh pertama, tetapi tidak masalah karena ini bagian dari proses.
Enrique mengatakan, tekanan tampil di Liga Champions sangat berbeda. Para pendukung seperti sangat terobsesi dengan trofi ”Si Kuping Lebar”. Sejak transformasi klub pada awal 2010-an, manajemen klub selalu menargetkan untuk menjadi penguasa Eropa. Namun, puncak prestasi PSG hanya mencapai babak final di 2020.
”Seperti ada obsesi lebih. Itu terasa dari atmosfer penonton. Kami memang harus berpikir bisa meraih itu, tetapi akan lebih baik jika tetap tenang. Kami harus menikmatinya. Jika hanya dibatasi soal menang, Anda tidak akan berkembang. Ini sepak bola, yang paling penting bisa bermain dengan gaya kami terlebih dulu di setiap laga,” tutur Enrique.
Dari laga lain, kejutan tercipta di Stadion Olimpico. Tuan rumah Lazio menumbangkan tim raksasa Bayern Muenchen, 1-0, lewat gol penalti Ciro Immobile. Muenchen mendominasi permainan dengan catatan 17 kali tembakan, tetapi tidak satu pun tepat sasaran. Harry Kane dan rekan-rekan kurang efisien di depan gawang. (AP/REUTERS)