Korea Selatan kembali lolos dari lubang jarum di Piala Asia. Mentalitas ”Hahn” berperan dalam kebangkitan mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
AL WAKRAH, SABTU — Mentalitas ”Hahn” yang terpatri di dalam sanubari masyarakat Korea Selatan turut andil dalam kesuksesan timnas mereka di fase gugur Piala Asia 2023. Setelah menumbangkan Arab Saudi di babak 16 besar, mentalitas yang sama kembali menjadi bahan bakar Korea Selatan untuk memperpanjang napas dengan menyingkirkan Australia, 2-1, pada babak perempat final di Stadion Al Janoub, Qatar, Sabtu (3/2/2024) dini hari WIB.
Tiket semifinal untuk Korea Selatan diraih dari cucuran keringat dan juga drama di atas lapangan. Korea Selatan awalnya tertinggal karena gol dari Australia yang dilesakkan Craig Goodwin di menit ke-42. Di saat-saat kritis jelang pertandingan usai, Korea Selatan bangkit lalu menemukan celah di antara rapatnya pertahanan Australia. Keuletan para pemain Korea Selatan membuahkan hasil lewat eksekusi penalti Hwang Hee-chan yang memaksa laga harus berlanjut ke babak perpanjangan waktu.
Di babak perpanjangan waktu, Korea Selatan memastikan kemenangan berkat gol yang dilesakkan kapten tim, Son Heung-min, lewat eksekusi tendangan bebas. Ini adalah kali kedua Korea Selatan selamat dari lubang jarum lalu berbalik unggul atas lawannya.
Sebelumnya, Korea Selatan juga merasakan hal sama saat menghadapi Arab Saudi. Tertinggal lebih dulu, Korea Selatan mampu mencetak gol penyeimbang di pengujung laga hingga pemenang harus ditentukan lewat adu tendangan penalti. Mentalitas Korea Selatan menjadi kunci mereka memenangkan adu penalti yang berkesudahan dengan skor 4-2.
Dua kemenangan dramatis yang diraih Korea Selatan di fase gugur Piala Asia 2023 tidak lepas dari mentalitas Hahn yang mengalir dalam darah masyarakat mereka. Mentalitas Hahn mengacu pada perasaan frustrasi kolektif yang menumpuk dalam jiwa orang Korea karena begitu banyak mengalami penderitaan di masa lampau akibat perang dan penjajahan. Penderitaan yang menumpuk ini kemudian dilepaskan (released energy) dalam bentuk sikap pantang menyerah dan bekerja keras untuk memperbaiki keadaan.
Dua kemenangan dramatis yang diraih Korea Selatan di fase gugur Piala Asia 2023 tidak lepas dari mentalitas ”Hahn” yang mengalir dalam darah masyarakat mereka.
Hal itulah yang terlihat setiap kali para pemain Korea Selatan bertanding. Di laga melawan Australia, para pemain Korea Selatan amat gigih dan sabar dalam membongkar pertahanan rapat lawan. Meski tertinggal lebih dulu, para pemain Korea Selatan tidak cepat berputus asa. Sebaliknya, mereka semakin tampil menggila untuk membalikkan keadaan.
Ke mana pun pemain Australia menggiring bola, pemain Korea Selatan akan selalu membayanginya. Setelah tertinggal di babak pertama, Korea Selatan lantas mengambil inisiatif serangan di babak kedua. Mereka mengurung Australia di area permainannya. Akan tetapi, struktur organisasi pertahanan Australia begitu sulit diurai.
Pelatih Australia Graham Arnold menginstruksikan pemainnya untuk membentuk formasi 4-4-2 ketika bertahan. Saat unggul satu gol, Australia cenderung bermain bertahan dengan merapat ke tengah sehingga menyisakan ruang di sisi sayap. Ruang inilah yang coba dieksploitasi pemain Korea Selatan. Namun, upaya Korea Selatan melancarkan serangan dari sisi sayap masih bisa dimentahkan bek-bek Australia. Kiper Mathew Ryan juga tampil cemerlang dengan sigap memotong umpan-umpan silang dari Korea Selatan.
Sepanjang laga nyaris menjadi milik Korea Selatan. Mereka bermain atraktif dengan tanpa lelah berlari dan mencari ruang yang bisa dimanfaatkan untuk merangsek ke jantung pertahanan Australia. Statistik pertandingan menyebutkan, Korea Selatan menguasai 73 persen penguasaan bola. Selain itu, Korea Selatan mampu mencatatkan sembilan tendangan tepat sasaran. Jauh unggul dibandingkan lima tendangan tepat sasaran milik Australia.
Peran Son
Publik Korea Selatan pantas berterima kasih kepada Son. Penyerang klub Tottenham Hotspur tersebut muncul sebagai pahlawan kemenangan Korea Selatan. Kontribusinya terpampang nyata dari dua gol Korea Selatan. Pada gol pertama, penetrasi Son di kotak penalti lawan gagal diantisipasi bek Australia yang kemudian melanggarnya dengan keras. Hwang tanpa kesulitan menyeimbangkan kedudukan dari titik putih.
Gol kedua Korea Selatan lahir dari kejelian dan keterampilan Son dalam mengeksekusi tendangan bebas. Di saat Australia memilih bertahan habis-habisan, sulit bagi para pemain Korea Selatan menciptakan gol dari permainan terbuka. Cara lain, yaitu mencetak gol dari eksekusi bola mati, pun menjadi pilihan. Satu-satunya cara tersisa itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Son.
Gol Son itu memupus asa Australia yang berharap laga berlanjut ke adu tendangan penalti. Di babak perpanjangan waktu, para pemain Australia sudah tampak kelelahan berlari mengejar bola.
Pertahanan Australia pada akhirnya runtuh hingga beberapa kali mampu ditembus pemain Korea. Beruntung kiper Ryan masih sigap melakukan sejumlah penyelamatan penting. Ryan mencatatkan tujuh penyelamatan di laga ini.
”Selama 90 menit pertama kami melakukannya dengan sangat baik hingga (wasit) memberikan penalti itu. Ini merupakan turnamen yang hebat bagi pemain saya,” kata Arnold.
Di semifinal, Korea Selatan akan menghadapi Jordania yang sukses melaju usai mengalahkan Tajikistan 1-0. ”Ksatria Taeguk” pun kian dekat mewujudkan mimpi menjuarai Piala Asia yang terakhir kali diraih pada 1960. (AFP/REUTERS)