“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”. Peribahasa itu bisa menjadi inspirasi Korsel di Piala Asia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AL WAKRAH, KAMIS — Korea Selatan menggapai delapan besar dengan memperlihatkan sisi beruntung dan ceroboh sekaligus. Meskipun begitu, hal terpenting dari perjalanan berliku itu adalah sikap spartan nan heroik Son Heung-min dan rekan-rekan. Mereka butuh itu untuk menghadang Australia.
Satu kali mungkin hanya beruntung, tetapi tidak jika terjadi berkali-kali. Tim berjuluk ”Kesatria Taeguk” itu sudah menghindari kekalahan di pengujung laga sebanyak tiga kali beruntun. Terakhir, Korsel memulangkan Arab Saudi lewat adu penalti setelah mampu menyamakan kedudukan di menit ke-9 injury time.
Korsel membawa modal tersebut untuk menantang Australia dalam laga perempat final di Stadion Al Janoub pada Jumat (2/2/2024). Duel bertajuk ulangan final edisi 2015 itu sedikit menguntungkan Australia dari sisi jadwal. Keluar sebagai juara grup, Australia mendapatkan waktu dua hari istirahat lebih banyak ketimbang Korsel.
Belum lagi, Korsel bertarung habis-habisan selama 120 menit dan adu penalti di babak sebelumnya. Banyak pemain mereka yang tampil dalam seluruh menit sejak babak grup, antara lain Son dan Lee Kang-in. Sementara itu, Australia bisa beristirahat lebih lama usai menaklukkan Indonesia 4-0, Minggu lalu.
Namun, menurut Pelatih Korsel Juergen Klinsmann, jeda pertandingan yang hanya tiga hari tidak akan menjadi masalah. Para pemainnya telah membuktikan bahwa rasa lelah bisa ditaklukkan dengan semangat spartan. Ujian dari perjalanan berliku selama fase awal itu diyakini akan jadi pengalaman berharga di sisa turnamen.
Waktu istirahat itu adalah sesuatu yang harus Anda terima. Kami tidak peduli karena tim ini sangat lapar dan hanya ingin lolos. Untuk mencapai itu, Anda harus rela menderita, siap untuk sakit.
”Waktu istirahat itu adalah sesuatu yang harus Anda terima. Kami tidak peduli karena tim ini sangat lapar dan hanya ingin lolos. Untuk mencapai itu, Anda harus rela menderita, siap untuk sakit. Mereka bermain untuk itu. Australia tim tangguh, tetapi kami sangat optimistis setelah laga sulit lawan Arab Saudi,” ujar Klinsmann dalam konferensi pers, Kamis (1/2/2024) sore.
Di sisi lain, Korsel mesti belajar dari laga-laga sebelumnya. Mereka terpaksa menghadapi drama di pengujung laga karena kecerobohan yang membuat tertinggal lebih dulu. Dengan skuad yang dijuluki ”generasi emas” seperti saat ini, mereka semestinya bisa mengamankan laga dengan lebih mudah.
Jika masih ceroboh, Korsel akan dihukum Australia. Tim ”Kanguru” dikenal punya serangan balik berbahaya. Mereka belum maksimal mengeluarkan senjata itu karena bertemu tim-tim blok rendah, tidak seperti Korea yang bermain terbuka. ”Kami harus selalu siaga dengan serangan balik mereka, juga bola mati. Mereka kuat dalam hal itu,” kata Klinsmann.
Tim Kesatria Taeguk juga harus lebih klinis di depan gawang. Mereka sering kali melewatkan hujan peluang, seperti di babak kedua dan perpanjangan waktu versus Arab Saudi. Para penyerang Korsel hanya perlu lebih tenang. Kualitas lini depan mereka tidak perlu diragukan dengan sosok bintang Liga Inggris, yaitu Son dan Hwang Hee-chan.
”Kami menyadari di mana kekuatan terbesar tim ini. Itu ada di kecepatan dan kelincahan para pemain. Kami hanya perlu memaksimalkan itu dan memanfaatkan peluang yang ada. Australia tim yang sangat kuat dari sisi fisik, tetapi kami berharap bisa mendapatkan hasil terbaik,” kata Cho Gue-sung, penyerang Korsel yang menjadi pahlawan dengan gol penyeimbang di babak 16 besar.
Meskipun begitu, para penyerang Korsel tidak akan leluasa. Tumpukan pemain bertahan dengan tubuh tinggi dan besar sudah menanti. Australia merupakan salah satu tim dengan pertahanan terbaik di Piala Asia. Pertahanan yang dipimpin bek Leicester City, Harry Souttar, itu baru kemasukan satu gol dan mencatat tiga kali nirbobol sejauh ini.
”Kami punya kesempatan untuk menampilkan yang terbaik setelah istirahat yang cukup. Anak-anak juga sedang dalam spirit terbaik. Kami bertahan dengan baik, tetapi itu belum cukup. Kami juga ingin lebih baik dengan bola di laga nanti. Tentu tidak akan mudah, Korsel adalah tim hebat,” jelas Pelatih Australia Graham Arnold.
Australia tidak gentar karena pernah punya pengalaman baik di Qatar. Mereka mencapai babak 16 besar di Piala Dunia 2022. Salah satu sosok yang kembali ke Qatar kali ini adalah penyerang veteran Mitchell Duke (33). Dia merupakan pencetak gol kemenangan versus Tunisia di babak grup. ”Qatar sudah seperti rumah kedua kami,” ujarnya.
Adapun terakhir kali menghadapi Korsel di Piala Asia, Australia keluar sebagai juara pada 2015. Ketika itu mereka masih dipimpin pelatih yang sekarang sedang naik daun bersama Tottenham Hotspur, yaitu Ange Postecoglou. Australia menang di final 2-1 setelah melewati babak perpanjangan waktu.
Bagi publik Korsel, kekalahan di partai puncak itu sangat menyakitkan. Itu adalah final pertama kali setelah tahun 1988, tetapi mereka harus merelakan trofi yang sudah di depan mata. Son yang turut tampil di final tersebut bertekad menebus penyesalan itu dengan ”generasi emas” Korsel saat ini.