Zheng Qin Wen menjadi pusat perhatian final tunggal putri Australia Terbuka. Namun, tantangan untuk juara sangat berat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
MELBOURNE, JUMAT — Zheng Qin Wen berhak mendapat sorotan untuk melawan Aryna Sabalenka dalam final tunggal putri Australia Terbuka. Dia menjadi petenis Asia kedua yang tampil di final turnamen mayor setelah idolanya, Li Na, yang dua kali menjuarai Grand Slam.
Li Na adalah petenis China yang bersaing di arena profesional pada 1999 hingga 2014. Dia menjadi petenis Asia pertama yang menjuarai Grand Slam ketika meraih trofi juara di Perancis Terbuka 2011. Setelah itu, perempuan yang saat ini berusia 41 tahun tersebut menambah gelar dari Australia Terbuka 2014 sebelum pensiun pada 19 September 2014.
Li Na, yang sudah menjadi anggota International Tennis Hall of Fame, adalah sosok penting yang membuat tenis semakin populer di China dan idola para petenis muda, termasuk Zheng. Maka, Zheng pun sangat antusias ketika bertemu Li Na di Melbourne Park dan mendapat masukan.
”Dia mengatakan agar saya jangan berpikir rumit, jalani saja tantangan di hadapan saya. Apa yang dikatakannya itu sangat berarti bagi saya,” ujar Zheng.
Apa yang dikatakan Li Na, setelah Zheng memenangi babak ketiga, telah membawa petenis berusia 21 tahun itu pada perjalanan terjauhnya di arena Grand Slam sejak tampil di tenis profesional pada 2020. Sebelum ini, hasil terbaiknya adalah perempat final Amerika Serikat Terbuka 2023.
Pada perempat final di Flushing Meadows, New York, itulah, Zheng kalah dari Sabalenka dengan skor 1-6, 4-6. Dari pengalaman tersebut dan perjalanan menuju laga puncak di Melbourne Park, tak cukup bagi Zheng dengan hanya bermodalkan pesan Li Na jika ingin mengalahkan Sabalenka. Apalagi, Zheng belum pernah merasakan atmosfer final ajang Grand Slam, sedangkan Sabalenka adalah juara Australia Terbuka 2023 dan tampil di final AS Terbuka 2023 (kalah dari Cori ”Coco” Gauff).
”Itu salah satu tantangan dan saya harus menghadapinya. Saya akan berusaha cepat beradaptasi dengan suasana final, menikmatinya, dan tentu saja, berjuang,” tutur Zheng.
Dari sisi teknis, Zheng harus siap menghadapi permainan agresif Sabalenka yang memiliki groundstroke keras. Permainan itu membawanya pada final tanpa kehilangan satu set pun dan selalu bermain di bawah dua jam. Pertandingan terlama yang dijalani Sabalenka adalah ketika mengalahkan Coco di semifinal, dengan skor 7-6 (2), 6-4 dengan durasi 1 jam 42 menit.
Saya akan berusaha cepat beradaptasi dengan suasana final, menikmatinya, dan tentu saja, berjuang.
Selain Coco, Sabalenka mengalahkan juara Grand Slam lainnya, yaitu Barbora Krejcikova (Perancis Terbuka 2021), pada perempat final. Sementara tak ada satu pun petenis unggulan yang dikalahkan Zheng. Lawan-lawan yang dikalahkannya adalah petenis di luar peringkat 50 besar dunia. Perjalanan tersebut setidaknya menjadi indikator bahwa tantangan lawan yang dihadapi Sabalenka, secara umum, lebih berkualitas daripada yang berhadapan dengan Zheng.
Namun, Zheng bisa menunjukkan kelebihannya, yaitu akurasi servis yang cukup tinggi. Dari enam babak, Zheng memimpin statistik petenis putri dalam jumlah as, yaitu sebanyak 48, sementara Sabalenka dengan 24. Persentasi keberhasilan mendapat poin dari servis pertama Zheng juga paling tinggi, yaitu 79 persen, dan Sabalenka dengan 77 persen.
Meski pernah mengalahkan Zheng, Sabalenka menyebut bahwa dia sangat mewaspadai Zheng. ”Satu pertandingan lagi, tetapi Zheng adalah pemain yang agresif,” ujar Sabalenka.
Jika menang atas Zheng, Sabalenka bisa seperti seniornya sesama petenis Belarus, Victoria Azarenka, yang menjuarai Australia Terbuka secara beruntun. Azarenka menjadi tunggal putri terakhir yang mempertahankan gelar juara di Melbourne Park, yaitu pada 2013.
Sebelum melawan Zheng, prestasi yang disamai Sabalenka adalah mantan petenis, Serena Williams, ketika tampil secara beruntun di final Australia Terbuka. Serena melakukannya pada 2015-2017 yang menghasilkan gelar juara pada 2015 dan 2017.
”Mempertahankan gelar juara tentu saja sangat berat. Skenario terburuknya adalah Anda gagal, tetapi pada tahun berikutnya, tak ada yang perlu dipertahankan. Saya tidak mengelak bahwa tekanan itu ada, tetapi saya hanya berusaha fokus pada apa yang seharusnya dilakukan. Ada satu pertandingan lagi dan saya akan berbuat sebaik mungkin,” tutur Sabalenka.
Momen Sinner dan Medvedev
Semifinal tunggal putra, yang berlangsung Jumat, menjadi momen bagi Jannik Sinner dan Daniil Medvedev, dua petenis tersisa yang akan memperebutkan trofi Norman Brookes Challenge, pada Minggu. Keduanya memenangi semifinal yang sangat berarti dengan cara berbeda.
Sinner mengalahkan petenis nomor satu dunia yang merupakan sepuluh kali juara Australia Terbuka, Novak Djokovic, 6-1, 6-2, 6-7 (6), 6-2, untuk menjalani final pertamanya di ajang Grand Slam. Jumlah sepuluh gelar itu didapat dari perjalanan Djokovic yang tak terkalahkan di sepuluh semifinal.
Akan tetapi, kali ini, dia harus mengakui permainan hampir sempurna Sinner. Djokovic bahkan menyebut penampilannya sebagai salah satu yang terburuk di panggung Grand Slam.
Pada semifinal lain, Medvedev menang atas Alexander Zverev setelah kehilangan dua set pertama dengan skor 5-7, 3-6, 7-6 (4), 7-6 (5) 6-3. Ini menjadi pengalaman ketiga bagi Medvedev dalam memenangi pertandingan best of five sets setelah kehilangan dua set awal. Dua kemenangan lain didapat atas Felix Auger-Aliassime pada perempat final Australia Terbuka 2022 dan babak ketiga Wimbledon 2021 saat melawan Marin Cilic.
Akan tetapi, pada Australia Terbuka 2022 pula, Medvedev kalah setelah memenangi set pertama dan kedua, yaitu saat melawan Rafael Nadal di final. Setelah mengalahkan Zverev, dia pun mengatakan bahwa Melbourne Park sebenarnya bukanlah tempat yang nyaman baginya ketika berbicara tentang kepercayaan diri. Selain pada 2022, dia juga kalah di final 2021 dari Djokovic.
”Saya tak memiliki pengalaman bagus dalam pertandingan lima set. Namun, dalam pertandingan tadi, setidaknya saya harus berusaha semaksimal mungkin. Jadi, saya masih bisa bangga dengan perjuangan saya meski akhirnya kalah. Dan untuk final, semoga saya bisa memenanginya dalam tiga set,” tutur Medvedev, juara AS Terbuka 2021. (AP/AFP/Reuters)