Tiket ke semifinal Indonesia Masters 2024 dari Lanny/Ribka dan Leo/Daniel menjadi pelipur lara atas kekalahan beruntun.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Duka karena dua kekalahan beruntun wakil Indonesia di perempat final Indonesia Masters 2024 terhapus dua kemenangan yang juga beruntun dari pebulu tangkis ganda. Indonesia mengamankan dua tiket semifinal dari ganda putri Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Lanny/Ribka lebih dahulu memastikan tempat di semifinal Indonesia Masters 2024 setelah mengalahkan ganda putri Belanda, Debora Jille/Chery Seinen. Dalam laga di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (26/1/2024), itu, Lanny/Ribka menang dengan skor 21-10, 21-16 dalam tempo 36 menit. Ini pertama kalinya Lanny/Ribka menembus babak semifinal turnamen berlevel Super 500 sejak dipasangkan pertama kali pada 2022.
Leo/Daniel, yang bermain di lapangan satu atau bersebelahan dengan tempat Lanny/Riba bermain di lapangan tiga, menyusul ke babak empat besar tak lama kemudian. Dengan durasi pertandingan yang sama, mereka menang atas Daniel Lundgaard/Mads Vestergaard dengan skor 21-14, 21-12 dalam tempo yang juga 36 menit.
”Bersyukur kami bisa memenuhi target awal untuk ke semifinal karena kami juga ingin membuktikan bisa. Senang rasanya jadi pembuka jalan Indonesia ke semifinal,” kata Lanny.
Lanny/Ribka tampil dominan sejak awal gim pertama dengan mencetak 10 poin beruntun, sedangkan Jille/Seinen tak mampu mencuri satu pun poin. Keunggulan duet baru yang dibentuk sebagai bagian regenerasi ganda putri sejak pensiunnya Greysia Polii itu sempat menyentuh margin 13 angka dalam kedudukan 14-1. Poin-poin itu berhasil diciptakan mereka berkat permainan taktis dan tidak terburu-buru, terutama penempatan kok yang cermat dan dropshot yang mematikan.
Pada gim kedua, Lanny/Ribka sempat kewalahan karena pasangan Belanda mengubah pola permainan dan menampilkan perlawanan ketat. Namun, menjelang interval, Lanny/Ribka kembali menunjukkan aksi gemilang melalui pengembalian yang sulit ditebak lawan. Lawan yang mengalahkan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti pada babak pertama Indonesia Masters ini sampai menggeleng-geleng kepalanya seakan frustrasi. Keunggulan Lanny/Ribka pun tak tergoyahkan.
Keberhasilan dua ganda Indonesia secara beruntun itu pun seperti membasuh duka para penonton yang memadati Istora. Dua wakil Indonesia yang tampil pertama pada babak perempat final kalah tanpa perlawanan ketat. Ganda campuran Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati kalah dari duet yang baru dibentuk pada 2023, Jesper Toft/Clara Graversen (Denmark), dengan skor 15-21, 16-21.
Antiklimaks Gregoria
Kekalahan juga dialami tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, dari pebulu tangkis Jepang, Nozomi Okuhara. Gregoria kalah dengan skor 20-22, 11-21. Hasil itu terjadi setelah Gregoria baru saja merasa nyaman setelah menemukan permainan yang diinginkannya pada babak sebelumnya.
Senang rasanya jadi pembuka jalan Indonesia ke semifinal.
Ini menjadi kekalahan kelima Gregoria dalam tujuh pertemuan dengan Okuhara. Dalam dua pertemuan sebelumnya yang terjadi pada November 2023, Gregoria dan Okuhara sempat saling mengalahkan. Okuhara menang melalui laga ketat 21-12, 15-21, 21-16 pada babak kedua China Masters. Sepekan sebelumnya, Gregoria menang dua gim langsung, 21-19, 21-19, pada babak pertama Kumamoto Masters 2023.
Penampilan Gregoria saat bertemu Okuhara di Indonesia Masters jauh berbeda dengan di Kumamoto Masters. Kendati melakukan beberapa kesalahan yang memberikan poin untuk lawan, Gregoria bisa tampil tenang dan menguasai permainan. Padahal, dia bermain di hadapan pendukung Okuhara.
Di Indonesia Masters, perlawanan ketat hanya ditunjukkan Gregoria pada gim pertama. Kendati kerap melakukan kesalahan, Gregoria melancarkan serangan cepat yang efektif untuk menebusnya. Namun, pada gim kedua, Gregoria tak mampu keluar dari tekanan yang diciptakan juara dunia 2017 ini. Dia mulai bisa mengatur permainan setelah interval gim tertinggal 3-11, tetapi kesalahan berulang masih menjadi kerugian terbesarnya.
Selepas pertandingan, Gregoria tak bisa menyembunyikan kekecewaannya atas kekalahan itu. Selain kecewa, Gregoria merasa malu karena tak seharusnya menyerah dengan mudah dalam permainan. Apalagi, dia kini merupakan pemain yang berada di ranking 10 besar dunia dengan menghuni peringkat ke-7.
”Rasanya saat poin jauh, aku malah terpuruk dengan itu dan tidak bisa bangkit. Dan itu cukup aku terlihat sehingga mungkin bisa jadi senjata untuk lawan bisa lebih bangkit lagi,” tutur Gregoria.
Evaluasi versi Gregoria, dia tidak yakin dengan pola permainan yang akan diterapkan. Ketika lawan mampu mencari celah dari pola itu, Gregoria tertekan dan kebingungan. Buruknya lagi, dia tidak bisa keluar dari tekanan dan mengubah keadaan.
”Padahal, tidak usah terlalu memikirkan ingin main itu, ingin main ini. Aku rasa asal aku bisa tetap berusaha ada di permainan itu, dan aku berusaha semaksimal mungkin untuk dapat poin, harusnya aku bisa mengikuti permainan,” ucap Gregoria.
Dengan hasil itu, Gregoria tidak melangkah lebih jauh dari Indonesia Masters edisi sebelumnya. Pada edisi 2023, dia juga tersingkir pada babak perempat final. Ini juga sekaligus pencapaian tertingginya dalam tiga turnamen awal tahun setelah di Malaysia Terbuka juga mendapatkan hasil serupa.