Liverpool berlari menuju Stadion Wembley setelah selamat dari 15 menit kisah ”horor” di Stadion Craven Cottage.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Akibat aksi sang mantan pemain Harry Wilson, Liverpool nyaris melewatkan tiket final Piala Liga Inggris yang sudah di depan mata. Wilson masuk dari cadangan Fulham, lalu mengacaukan pertahanan lawan di pengujung laga. Strategi defensif dadakan dan keunggulan agregat di semifinal pertama menyelamatkan Liverpool.
Liverpool memang hanya bermain imbang dengan tuan rumah Fulham 1-1 dalam semifinal kedua di Stadion Craven Cottage, Kamis (25/1/2024) dini hari WIB. Namun, tim asuhan Manajer Juergen Klopp itu sukses memastikan lolos ke partai puncak dengan agregat 3-2. Mereka sudah ditunggu Chelsea di Stadion Wembley.
”Ini adalah pengalaman kompetisi yang lengkap. Permainan terbuka. Babak kedua sedikit liar. Kami tidak mampu menambah gol dan mereka mencetak gol penyeimbang. Tetapi, saya senang karena anak-anak tampil bagus. Hal yang dihitung hanyalah kami lolos ke final. Wembley adalah tempat yang spesial,” kata Klopp.
Laga tadi terbagi menjadi dua bagian, dalam 75 menit dan setelah itu sampai peluit panjang. Tim tamu sangat nyaman hingga pengujung paruh kedua berkat gol cepat penyerang Luis Diaz di menit ke-11. Tertinggal agregat dua gol, Fulham tidak mampu berbuat banyak dan seperti menyerah karena serangan selalu terputus.
Namun, ”angin” berbalik di 15 menit akhir waktu normal. Moral Fulham bangkit setelah gol penyeimbang dari bek Issa Diop. Inspirasi gol tersebut datang dari Wilson yang memberikan asis. Sejak masuk dari menit ke-67. Wilson selalu menciptakan masalah di sisi sayap mantan klubnya tersebut.
Liverpool selamat dari sergapan lawan berkat strategi defensif dan memperlambat tempo pertandingan.
Klopp terlihat panik. Sang manajer langsung memasukkan bek andalan Ibrahima Konate. Liverpool lebih defensif dengan memainkan formasi lima bek sejajar ketika bertahan, dari semula empat bek. Wajar dia khawatir. Intensitas Fulham naik drastis dengan dibantu puluhan ribu penonton yang mulai ”terbangun”.
Liverpool selamat dari sergapan lawan berkat strategi defensif dan memperlambat tempo pertandingan. Sejak Konate masuk, Fulham hanya mampu menciptakan sekali ancaman dari tendangan jarak jauh Wilson. Adapun Wilson merupakan pemain asal akademi Liverpool yang dibeli Fulham di musim panas 2021.
Kebangkitan dalam semifinal pertama di Stadion Anfield menjadi sangat krusial. Di kandang, Liverpool tertinggal lebih dulu dari tim tamu saat turun minum. Namun, mereka mampu berbalik unggul di pertengahan paruh kedua hanya dalam rentang tiga menit. Hasil itu meringankan Liverpool dan membebani Fulham.
Tidak seperti tiga laga sebelumnya yang lambat ”panas”, termasuk semifinal pertama, Liverpool langsung tancap gas sejak menit awal. ”Kami ingin melakukan hal benar (sejak awal). Fulham bermain di kandang dengan atmosfer bagus. Kami harus bertarung. Hasilnya, kami memulai dengan baik dan mencetak gol. Kami menemukan cara untuk ke Wembley,” kata kapten Liverpool, Virgil van Dijk.
Sementara itu, Fulham gagal mengulang penampilan apik pada paruh pertama di Stadion Anfield. Mereka tidak mampu memecah tekanan intens lawan. Serangan balik Willian dan rekan-rekan juga tidak efektif. Manajer Fulham Marco Silva mengakui, timnya memang tidak sedang dalam performa terbaik.
”Jujur, ini jauh dari performa terbaik kami. Para pemain memulai laga dengan terlalu emosional dan grogi. Kami mendapat beberapa peluang di awal dari situasi tendangan sudut yang sudah direncanakan, tetapi tidak gol. Lalu, Liverpool mencetak gol dan mereka semakin nyaman,” kata Silva.
Rotasi Klopp
Keberhasilan Liverpool menuju Wembley tidak lepas dari rotasi yang berani dari Klopp. Adapun ”Si Merah” mengalami krisis pemain dalam empat laga terakhir, termasuk dua laga semifinal Piala Liga, karena badai cedera, serta Piala Asia dan Piala Afrika. Klopp harus memaksimalkan skuad terbatas dalam jadwal padat.
Kesuksesan rotasi kembali terpancar di Craven Cottage. Klopp membuat empat pergantian pemain dari laga sebelumnya. Salah satunya adalah bek muda Jarell Quansah (20) yang dipercaya untuk menggantikan Konate. Pergantian itu berhasil. Selain solid bertahan, Quansah turut menyumbang asis untuk gol Diaz.
Quansah memberikan umpan panjang diagonal ke sisi kiri untuk Diaz. Umpan pemecah jebakan garis offside seperti itu biasanya dilakukan bek sayap Trent Alexander-Arnold. Adapun Alexander-Arnold sudah absen dalam tiga laga terakhir karena cedera. Tanpa diduga, Quansah mereplikasi keterampilan itu.
”Ini pencapaian yang spesial, tidak bisa dipercaya. Kami harus meraihnya dengan susah payah malam ini. Senang karena bisa mencapai final di musim pertama saya. Lebih spesial karena saya melakukannya bersama Conor (Bradley). Kami sudah bermain bersama selama 10 tahun.” tutur Quansah.
Liverpool sekaligus menegaskan diri sebagai tim spesialis Piala Liga. Menurut Squawka, mereka sudah lolos ke final sebanyak 14 kali. Tidak ada tim yang mampu menandingi jumlah itu. Adapun mereka sudah tiga kali lolos ke partai puncak Piala Liga di bawah rezim Klopp.
Final musim ini antara Liverpool dan Chelsea mengulang edisi 2021-2022. Liverpool keluar sebagai juara setelah memenangi drama adu penalti 11-10. Pertemuan nanti akan berbeda sebab Chelsea, yang menang agregat 6-2 atas Middlesbrough di semifinal, datang bersama manajer baru Mauricio Pochettino dengan skuad yang masih muda dan penuh ambisi. (AP/REUTERS)