”Final” Asia Tenggara di Panggung Asia
Indonesia dan Vietnam bakal menularkan keseruan rivalitas kedua tim pada Piala Asia 2023.
DOHA, KOMPAS — Pertarungan Indonesia melawan Vietnam pada laga kedua Grup D Piala Asia 2023, Jumat (19/1/2024) pukul 21.30 WIB, di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, ibarat duel ”final” dua kekuatan besar di Asia Tenggara. Tim pemenang tidak hanya menggenggam gengsi tim terbaik di kawasan, tetapi juga mendekatkan ambisi untuk lolos ke babak 16 besar.
Dalam konferensi pers menjelang pertandingan, Kamis (18/1/2024), di Doha, Qatar, kedua tim sama-sama menargetkan tiga poin. Raihan tiga poin tentu amat penting bagi langkah kedua tim yang juga berambisi menjadi perwakilan Grup D menembus ke babak 16 besar, setidaknya meraih salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik.
Jordi Amat, bek tengah Indonesia, mengakui pertandingan melawan Vietnam akan berjalan sulit. Apalagi kedua tim sudah saling mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing tim.
Baca juga: Hadapi Vietnam, Indonesia Dibayangi Kutukan Laga Kedua
”Laga nanti layaknya ’perang’ karena kedua tim ingin menang. Kami harus menampilkan performa yang baik, bahkan lebih baik dari laga melawan Irak. Terpenting, saya harap semua pemain menikmati gim nanti,” ujar Jordi yang membela klub Malaysia, Johor Darul Ta’zim.
Hal serupa disampaikan Pelatih Vietnam asal Perancis, Philippe Troussier. Menurut Troussier, pertandingan melawan Indonesia adalah adu gengsi antardua tim yang berstatus raksasa dan pemimpin peta kekuatan di Asia Tenggara.
”Kami harus 100 persen secara teknik, taktik, mental, dan fisik menghadapi Indonesia. Kami menganggap laga nanti adalah final dini untuk Piala Asia, Piala AFF, dan SEA Games. Sebab, di akhir yang memenangi pertandingan memiliki peluang untuk lolos,” tutur Troussier yang membawa Jepang meraih gelar juara Piala Asia Lebanon 2000.
Persiapan Indonesia pada sesi latihan resmi menjelang pertandingan, Kamis (18/1/2024), di Kompleks Lapangan Latihan Al Egla, Kota Lusail, berlangsung secara intens untuk fokus melatih taktik. Duo bek sayap, Pratama Arhan dan Sandy Walsh, adalah pemain yang tiba lebih awal di tengah lapangan latihan yang dimulai pada pukul 17.00 waktu setempat atau pukul 21.00 WIB.
Lihat juga: Indonesia Bertekad Akhiri Rekor Buruk Melawan Vietnam
Udara dingin yang bertiup di kompleks latihan dengan suhu 21 derajat celsius menyebabkan pemain berlatih menggunakan jaket latihan berwarna hitam yang berlengan panjang untuk meredam tiupan angin yang membuat suhu terasa lebih menusuk kulit. Selain itu, terdapat delapan pemain yang tetap menggunakan jersei berwarna merah, di antaranya Justin Hubner, Marselino Ferdinan, Hokky Caraka, Marc Klok, dan Ivar Jenner.
Latihan dimulai dengan latihan kecekatan dan agility. Pemain diminta untuk berhitung gerakan mereka sembari berteriak. Ketika suara mereka tidak terdengar, asisten pelatih Cho Byung-kuk memanggil nama pemain untuk bersuara. Mereka menghitung dengan bahasa Indonesia.
Kemudian, para pemain melatih operan-operan pendek cepat yang dilakukan oleh kelompok kecil berjumlah masing-masing tiga orang. Posisi pemain adalah membentuk segitiga.
Laga nanti layaknya ’perang’ karena kedua tim ingin menang. Kami harus menampilkan performa yang baik, bahkan lebih baik dari laga melawan Irak. Terpenting, saya harap semua pemain menikmati gim nanti.
Tiga kiper Indonesia, yaitu Ernando Ari, M Riyandi, dan Nadeo Argawinata, sejak awal berlatih terpisah bersama dua pelatih kiper, Kim Bong-soo dan Yoo Jae-hoon. Mereka dilatih untuk menangkap tembakan sembari melompat.
”Saya percaya pemain akan memberikan penampilan lebih baik dibandingkan pertandingan melawan Irak. Kami telah menyiapkan gaya permainan kami sendiri, jadi kami tidak akan berfokus dengan sekadar bermain serangan balik atau sepak bola klasik yang hanya berlari dan menendang,” tutur Shin.
Kepentingan rekor
Di luar target untuk sama-sama mengejar tiga poin, kedua tim juga memiliki rekor yang ingin dicatatkan masing-masing. Indonesia, misalnya, ingin mengakhiri rentetan hasil buruk ketika menghadapi Vietnam. Indonesia belum pernah mampu menaklukkan pertahanan Vietnam dalam empat gim kontra Vietnam di era Shin.
Hal itu tidak membuat pemain-pemain depan Indonesia gentar. Yakob Sayuri, penyerang sayap Indonesia, bertekad untuk memutus rekor buruk itu di Qatar.
Lihat juga: Indonesia Bersiap Menghadapi Vietnam
”Kami tahu pertahanan Vietnam sangat sulit kami tembus, tetapi itu telah berlalu di masa lalu. Kami berambisi untuk memberikan hasil terbaik untuk mengalahkan mereka agar para pendukung kami di stadion dan yang menyaksikan di rumah senang,” tutur Yakob.
Ketika disinggung soal duel-duel fisik yang kerap dilakukan pemain-pemain bertahan Vietnam, Yakob mengatakan, permainan ”kotor” itu mustahil bisa diterapkan di turnamen besar Piala Asia. Kehadiran asisten wasit video (VAR), lanjutnya, membuat semua pemain harus hati-hati.
”VAR membuat gaya bermain mereka seperti itu tidak akan bisa mereka lakukan. Saya pastikan laga melawan Vietnam akan berlangsung sangat seru,” kata Yakob yang membela PSM Makassar.
Di sisi lain, Vietnam juga ingin menjaga rekor tak pernah kemasukan gol dalam empat duel terakhir menghadapi Indonesia. Pertahanan kokoh tim berjuluk ”Pasukan Bintang Emas” adalah ancaman yang amat sulit ditaklukkan Indonesia.
Baca juga: Momentum ”Garuda” Akhiri Rekor Buruk dari Vietnam
Tugas untuk mempertahankan rekor milik Vietnam itu akan berada di tangan kiper berdarah Ceko, Nguyen Filip. Bagi Filip, duel di Piala Asia 2023 akan menjadi pengalamannya menjalani laga penuh gengsi dua rival kawasan Asia Tenggara itu.
”Kami menghormati Indonesia adalah tim yang berkualitas. Saya tahu ada sejarah panjang rivalitas Vietnam dan Indonesia, tetapi fokus utama kami adalah menjalankan permainan yang telah kami rencanakan. Selain itu, kami juga penting menjalankan aturan fair play demi mendapat tiga poin,” kata Filip yang bermain untuk Hanoi Police.