Sempat berduka di awal tahun karena skandal laporan keuangan palsu, Juventus menutup tahun dengan kemenangan manis atas AS Roma dan kian mendekati Inter Milan di puncak klasemen.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TURIN, MINGGU — Memulai 2023 dengan jeratan skandal laporan keuangan palsu atau plusvalenza, Juventus kemudian bangkit lalu mengusir mendung itu di akhir tahun. Tonggaknya adalah kemenangan tipis 1-0 atas AS Roma di Stadion Allianz, Minggu (31/12/2023) dini hari WIB. Meski tipis, kemenangan itu bisa jadi lompatan besar Juventus hingga akhir musim. Dengan ini, Juventus mengultimatum Inter di puncak klasemen bahwa posisi mereka bisa sewaktu-waktu dikudeta jika membuat satu kesalahan sekecil apa pun.
Skandal plusvalenza yang bergulir pada akhir 2022 hingga awal 2023 begitu memukul Juventus hingga presiden klub, Andrea Agnelli, dan jajarannya memilih mengundurkan diri. Akibat skandal itu juga Juventus dihukum pengurangan hingga 10 poin. Pengurangan poin, secara drastis, melempar Juventus dari peringkat dua klasemen ke peringkat tujuh musim lalu. Tidak hanya sampai di sana, Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memutuskan mengeluarkan Juventus dari Liga Konferensi Europa musim 2023-2024.
Pada pertengahan 2023, Juventus pun lantas berupaya bangkit dari puing-puing kehancuran akibat skandal. Urung berkompetisi di Eropa, ”Si Nyonya Besar” memancangkan fokus sepenuhnya pada kompetisi domestik. Hasilnya, sejak musim 2023-2024 dimulai hingga menjelang akhir tahun, Juventus mampu tampil konsisten menembus peringkat empat besar.
Kemenangan atas Roma berkat gol semata wayang gelandang Adrien Rabiot di pengujung tahun ini memperbesar harapan Juventus untuk mengudeta Inter. Menjalani awal tahun dengan penuh derita, Juventus menutupnya dengan tawa dan tiga poin dari Roma. Tambahan tiga poin itu mempertebal kans Juventus untuk pertama kalinya merebut puncak klasemen dari Inter pada tahun depan.
”Penting untuk menang, terutama saat kami terus melepaskan diri dari tim-tim di belakang kami. Pada 7 Januari, kita akan melihat berapa banyak poin yang kami kumpulkan di paruh pertama musim ini,” kata Pelatih Juventus Massimiliano Allegri dikutip dari DAZN.
Bagi Allegri, kemenangan atas Roma jadi terasa makin manis karena Juventus mampu mempertahankan tren positif dengan belum terkalahkan dalam 13 pertandingan. Dalam 13 pertandingan tersebut, Juventus memetik 10 kemenangan dan tiga kali imbang. Apalagi, kemenangan diraih di saat Roma sedang dalam kepercayaan diri yang tinggi usai berhasil mengalahkan juara bertahan Napoli di laga sebelumnya.
Bagi Allegri, kemenangan atas Roma jadi terasa makin manis karena Juventus mampu mempertahankan tren positif dengan belum terkalahkan dalam 13 pertandingan.
Rasa percaya diri tinggi itu pula yang membuat Roma berani bermain terbuka dan menekan Juventus di kandangnya sendiri. Keberanian Roma bermain terbuka di markas lawan tampak dari statistik laga. Roma mendominasi pertandingan dengan 58 persen penguasaan bola. Selain itu, ”Il Giallorossi” juga melepaskan 594 operan dan 285 sentuhan di area permainan Juventus. Jumlah operan itu jauh lebih tinggi dari Juventus yang hanya mencatatkan 438 operan dan 204 sentuhan di jantung pertahanan Roma.
Kendati demikian, Juventus bermain lebih efisien dengan melepaskan empat tembakan tepat sasaran, lebih baik dari Roma yang hanya mencatatkan dua tembakan. Statistik pertandingan ini menambah kental ciri khas corto muso dalam diri Juventus. Ciri khas itu berkaitan dengan kecenderungan Juventus yang mengakhiri laga dengan kemenangan tipis. Kepiawaian dalam bertahan dan klinis ketika menyerang menjadi kuncinya.
Begitu juga yang terjadi saat menghadapi Roma. Allegri memerintahkan para pemainnya untuk bertahan serapat mungkin tanpa memberikan celah pada para pemain Roma untuk melepaskan umpan progresif. Memainkan formasi 3-5-2, para pemain Juventus dengan segera turun dan membentuk pola 5-3-2 saat bertahan. Dua pemain sayap, Filip Kostic dan Timothy Weah, aktif turun membantu melapisi pertahanan. Dengan lima pemain belakang saat bertahan, Allegri bermaksud mencegah penetrasi pemain Roma dari sisi sayap.
”Kami gagal mencetak gol kemudian kebobolan dengan pantulan buruk tepat setelah babak kedua dimulai. Sejak saat itu segalanya menjadi lebih sulit. Juventus semakin dalam, pertahanan mereka benar-benar tembok, sangat sulit untuk ditembus,” kata Pelatih Roma Jose Mourinho.
Solid dalam bertahan bukan berarti membuat Juventus abai menyerang. Para pemain Juventus tahu ke mana harus bergerak saat terdapat kesempatan untuk menusuk ke jantung pertahanan Roma. Gol Rabiot pun tercipta dari kejelian menempatkan posisi dan bergerak. Juventus kerap mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Roma yang dijaga Gianluca Mancini. Rasmus Kristensen yang bertugas melapisi Mancini justru tertarik oleh pergerakan Kostic. Rabiot yang tidak terkawal kemudian dengan mudah menaklukkan Patricio.
Kejelian menempatkan posisi dan tahu ke mana harus bergerak didukung dengan kemampuan transisi cepat para pemain Juventus membuat tim ini sangat berbahaya. Hanya dalam tiga hingga empat kali sentuhan, bola dengan cepat sudah berada di area pertahanan Roma.
Dua momentum emas yang tercipta dari situasi transisi cepat itu antara lain peluang dari Federico Chiesa dan Weston McKennie. Sepakan mendatar McKennie masih bisa diselamatkan kiper Rui Patricio. Adapun Chiesa mampu membobol gawang Roma. Namun, golnya dianulir wasit karena lebih dulu terjebak offside. Walau begitu, hingga akhir laga Juventus tetap mampu mempertahankan keunggulan.
”Itu adalah pertandingan yang bagus karena bermain melawan Roma tidak pernah mudah, terutama ketika Jose Mourinho berada di bangku cadangan lawan,” kata Allegri.