Michelin Tegaskan Konspirasi Ban Jorge Martin Absurd
Pemasok ban MotoGP, Michelin, tidak menemukan bukti kecacatan pada ban yang dipakai Jorge Martin dalam balapan di Qatar yang memunculkan teori konspirasi. Michelin pun menegaskan, menyalahkan ban adalah alasan termudah.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
CLERMONT-FERRAND, SABTU — Produsen ban asal Perancis yang menjadi pemasok ban MotoGP, Michelin, telah menyelesaikan investigasi terhadap ban yang dipakai oleh Jorge Martin dalam balapan utama di Sirkuit Lusail. Dalam balapan seri Qatar itu, Martin kehilangan kecepatan yang dia klaim karena ban yang jelek. Tudingan itu menimbulkan kontroversi dan konspirasi karena pebalap Pramac Racing itu sedang bersaing merebut gelar juara dengan pebalap tim pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia.
Michelin menanggapi serius kejadian itu dengan menjalankan proses investigasi pada ban yang dipakai oleh Martin. Mereka juga meminta data dari Pramac dan Ducati untuk mengetahui apa yang terjadi selama balapan. Proses investigasi dilakukan di lokasi ban diproduksi di pabrik Michelin, Clermont-Ferrand, Perancis.
Manajer Motorsport Roda Dua Michelin Piero Taramasso menegaskan, pihaknya tidak menemukan anomali serta kecacatan produksi pada ban yang dipakai oleh Martin di Qatar. Dia juga menegaskan, teori konspirasi ban jelek sengaja diberikan kepada pebalap, sesuatu yang tidak masuk akal. Data yang muncul dari investigasi yang diperiksa silang dengan data balapan tidak menunjukkan ada masalah pada ban.
”Benar bahwa musim yang tenang berakhir dengan tidak tenang. Saya yakin ada banyak faktor yang berpengaruh: tekanan persaingan juara, bursa pebalap yang terbuka, regulasi tekanan ban, penerapan sprint yang menambah tingkat kegelisahan. Kemudian, di Qatar, performa Jorge tidak sejalan dengan harapan, menimbulkan kontroversi dan diskusi,” ujar Taramasso dalam wawancara dengan harian Italia La Gazzetta dello Sport.
"Kami telah menganalisis di mesin di mana ban dibuat, memeriksa kualitas dan proses pengiriman, sejarah karet apakah itu pernah dipanaskan atau tidak, di sana tidak ada masalah pada kualitas ataupun proses pembuatan. Itu pasti,” ucap Taramasso.
”Sebuah ban yang tidak berfungsi, tidak akan berfungsi pada putaran pemanasan dan sejak lap pertama membuat Anda satu detik lebih lambat,” kata Taramasso.
Hasil pemeriksaan di pabrik itu juga sejalan dengan data balapan Martin, di mana dia memiliki pace yang sama dengan Bagnaia dalam tujuh lap pertama meski Martin sempat tergelincir saat start.
”Dalam enam-tujuh putaran awal kondisinya layak, pada putaran keempat dan ketujuh dia memiliki waktu yang sama dengan Bagnaia. Dia tidak mulus saat start, tetapi bisa memperbaiki tiga-empat posisi. Jika ban-ban tidak berfungsi, Anda tidak bisa melakukan itu,” ucap Taramasso, Senin (11/12/2023).
”Selebihnya adalah faktor balapan yang menyebabkan kerusakan pada ban belakang dan kemudian ban depan, pada akhirnya menyebabkan dia mencatatkan waktu satu detik lebih lambat,” kata Taramasso.
Dalam balapan di Lusail itu, Martin memenangi sprint, tetapi dalam balapan utama hanya bisa finis di posisi ke-10 yang diklaim oleh pebalap asal Spanyol itu karena mendapat ban jelek. Musim ini Michelin juga pernah mendapat keluhan dari pebalap lain, salah satunya Bagnaia, seusai kecelakaan di Barcelona. Namun, pemeriksaan ban pun tidak menemukan ketidakwajaran.
”Dari pertukaran data dengan Ducati kami tidak melihat apa pun. Kami cukup beruntung memiliki data semua orang. di sana tidak ada ketidakwajaran atau sesuatu yang besar,” ucap Taramasso.
Sosok asal Cuneo, Italia, itu menegaskan, Michelin setiap tahun menginvestasikan puluhan juta euro untuk melakukan riset dan pembuatan ban untuk MotoGP. Mereka mengerahkan usaha besar untuk memproduksi ban yang berkualitas. Ban-ban dikontrol kualitasnya dengan sangat teliti.
”Itu tidak benar,” kata Taramasso terkait apakah ada masalah kontrol kualitas.
”Saya mengundang semua orang, para pebalap, teknisi, jurnalis, untuk datang ke Perancis dan melihat di mana serta bagaimana kami memproduksi ban-ban itu. Kami melakukan usaha yang sangat besar untuk memiliki pemeriksaan kualitas terbaik dan memastikan ban-ban berfungsi,” kata Taramasso.
”Kami tidak menginginkan publikasi jelek, tetapi membuat para pebalap senang. Kami tidak menginvestasikan jutaan untuk dituduh. Harga kami memang lebih mahal, tetapi kualitas Michelin superior dibandingkan dengan para pesaing,” ucap Taramasso.
Manajer berusia 56 tahun itu pun menegaskan bahwa kritik yang ditujukan kepada Michelin sering tidak berdasar, demikian juga teori konspirasi yang tidak masuk akal. Dia mengaku sangat terganggu dengan kritik seperti itu.
”Sangat. Saya tahu seperti apa usaha yang kami lakukan. Sering kali kritik tidak berdasar, Anda mendengar konspirasi, ban-ban jelek diberikan dengan sengaja, itu absurd,” ujar Taramasso.
”Menyalahkan ban merupakan alasan termudah. Namun, saya sedih tidak ada yang memperhatikan 36 rekor (Michelin di 20 sirkuit pada 2023), atau bagaimana di Indonesia, Qatar, dan Valencia, dengan aspal baru, di mana spesifikasi sesuai target. Itu hasil yang bagus, tetapi sedikit yang melihat,” kata Taramasso.