PLN Electric Run, Simbol Kebanggaan Lomba Lari Indonesia
Meski belum ada pemecahan rekor nasional, PLN Electric Run bersumbangsih dalam membangun kesadaran khalayak terhadap penyelamatan lingkungan melalui olahraga lari.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Menyelamatkan bumi bisa dilakukan dalam banyak cara, bahkan dengan aktivitas sederhana seperti berlari. Kesadaran itu yang ditanamkan pada ribuan peserta PLN Electric Run 2023 di Scientia Square Park, Gading Serpong, Tangerang, Banten, Minggu (10/12/2023). PLN Electric Run jadi simbol kebanggaan lomba lari Indonesia karena merupakan satu dari sedikit ajang lari yang mengombinasikan unsur kesehatan jasmani dengan aksi penyelamatan lingkungan.
Selain berlari, peserta juga diajak untuk menyerahkan sampah barang-barang elektronik miliknya untuk didaur ulang. PLN Electric Run menyedot antusiasme 5.000 peserta. Menurut hasil penghitungan jarak yang ditempuh para peserta dari tiga kategori lomba, yaitu 5 kilometer, 10 kilometer, dan setengah maraton (21,097 kilometer), mereka setidaknya bisa mengurangi hingga 11.808 kilogram emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan berkendara.
Melalui cara ini, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) hendak membangun kesadaran betapa banyaknya emisi karbon yang bisa dikurangi bila setiap orang melakukan mobilitas dengan bergerak, alih-alih menggunakan kendaraan yang berbahan bakar fosil. Selain menghelat ajang lari ramah lingkungan, sejak tiga tahun lalu PLN menghapus 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam fase perencanaan. Langkah itu diambil demi menghindari emisi karbon sebesar 1,8 miliar ton selama 25 tahun.
PLN sedang berupaya mendinginkan bumi. Maka, dalam hal ini tiap peserta yang berlari nanti kita takar seberapa banyak mereka bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Inilah kontribusi PLN untuk generasi di masa depan, bukan hanya saat ini.
”PLN sedang berupaya mendinginkan bumi. Maka, dalam hal ini tiap peserta yang berlari nanti kita takar seberapa banyak mereka bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Inilah kontribusi PLN untuk generasi di masa depan, bukan hanya saat ini,” ujar Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo.
Dari konversi 11.808 kilogram emisi karbon yang berhasil dikurangi oleh 5.000 pelari, itu menghasilkan biaya Rp 150 juta yang akan digunakan PLN untuk pemasangan instalasi listrik baru pada wilayah terpencil di Jawa Barat dan Banten yang membutuhkan. Melihat antusiasme peserta dan dampak penyelamatan bumi yang ditimbulkan, Darmawan optimistis untuk melanjutkan PLN Electric Run pada tahun-tahun mendatang.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo menyampaikan, PLN Electric Run menginspirasi banyak orang untuk aktif bergerak dan mengurangi emisi karbon. Gambaran banyaknya gas emisi yang bisa dikurangi dengan rutin bergerak dan meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil diharapkan mampu menggugah kesadaran khalayak untuk mulai bahu-membahu menyelamatkan bumi.
”Ini sesuatu yang bagus, bagaimana mencoba gaya hidup, bagaimana mengurangi transportasi pribadi, beralih ke transportasi umum, beralih kepada sepeda, dan mungkin beralih kepada lari. Itu membutuhkan dukungan fasilitas umum, tujuannya mengurangi CO2 ke udara dan yang menjadi ancaman besar bagi bumi ini kalau emisi tidak bisa pernah dikendalikan,” katanya.
Diakui pelari nasional
Tidak hanya masyarakat umum, PLN Electric Run juga diikuti oleh sejumlah pelari elite nasional, seperti Rikki Martin Simbolon, Odekta Elvina Naibaho, dan Pretty Sihite. Mereka merasa senang bisa mencoba lintasan yang cukup menantang. Rikki dan Odekta turut kompak mengakui penyelanggaraan PLN Electric Run sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia.
Odekta menyoroti lintasan yang mampu memberi ketenangan dalam berlari. Dikelilingi pemandangan rimbun kawasan Gading Serpong, panitia juga memastikan lintasan para pelari di tiap kategori tidak tercampur baur. Pengaturan lalu lintas diatur sangat detail sehingga masyarakat pengguna jalan dan pelari sama-sama diuntungkan.
”Lintasannya sangat steril. Kalau tantangan lebih ke banyak belokan dan polisi tidur. Jadi, kalau kami mengejar PB (personal best) mungkin agak terkendala. Tapi secara garis besar bagus,” kata peraih medali emas beruntun maraton putri di SEA Games Hanoi 2021 dan SEA Games Kamboja 2023 ini.
Di akhir lomba, Odekta keluar sebagai juara PLN Electric Run kategori setengah maraton. Ia menyelesaikan lomba dalam waktu 1 jam 17 menit 51 detik. Catatan ini belum mampu melampaui PB miliknya, yaitu 1 jam 17 menit 22 detik. Namun, Odekta senang bisa terlibat dalam PLN Electric Run yang dia manfaatkan sebagai ajang pemanasan sebelum mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris 2024 tahun depan.
Seperti Odekta, Rikki juga menjuarai kategori setengah maraton putra dalam waktu 1 jam 6 menit 35 detik. Peraih medali emas nomor 10.000 meter putra di SEA Games Kamboja ini semringah karena mampu mempertajam catatan waktu terbaiknya di setengah maraton, yaitu 1 jam 6 menit 52 detik. Kondisi lintasan yang tertib dan tidak tercampur dengan pelari lain, apalagi pengguna kendaraan bermotor jadi salah satu faktor yang membuat Rikki bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya di lomba ini.
”Lintasan di sini sangat steril. Kadang di event lain ketegori half marathon bertabrakan, bercampur dengan pelari di tiap kategori. Namun, saya tadi lihat mulai dari kilometer pertama sampai finis tidak ada kepadatan sehingga lancar saja sampai finis,” kata Rikki.