Persaingan ”Singa” Ganda Putra
Persaingan ganda putra pada turnamen bulu tangkis Final BWF berpotensi menjadi persaingan paling ketat. Sepanjang kompetisi 2023, tak ada pasangan yang mendominasi seperti pada empat nomor lain.
Ganda putra menjadi nomor dengan persaingan paling merata dalam rangkaian turnamen BWF World Tour. Kompetisi di antara delapan pasangan terbaik sepanjang tahun ini dalam ajang Final BWF World Tour 2023 berpotensi menjadi persaingan ”terpanas”.
Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri menyebut bahwa mereka akan bersaing dengan ”singa” di Hangzhou, China, pada 13-17 Desember. Ketika diminta menyebutkan satu lawan yang akan sangat diwaspadai dalam debut mereka di Final BWF itu, Fikri menjawab, ”Boleh menyebut tujuh pasangan enggak?”
Ganda putra Indonesia peringkat ke-12 dunia itu menjadi pasangan terakhir yang lolos ke Final BWF. Mereka bergabung bersama tujuh pasangan lain, salah satunya rekan latihan di pelatnas Cipayung, Jakarta, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Final BWF adalah turnamen yang diikuti delapan wakil pada setiap nomor, termasuk juara dunia atau peraih medali emas Olimpiade pada tahun yang bersangkutan. Pada 2023, performa atlet dihitung dari 14 hasil terbaik dalam turnamen BWF World Tour selama 47 pekan. Perhitungan poin ini berbeda dengan peringkat dunia yang menjumlahkan poin turnamen selama 48 pekan ke belakang.
Delapan wakil itu akan memulai persaingan dengan format round robin dalam dua grup. Anggota setiap grup akan ditentukan melalui undian pada 11 Desember. Pemain yang menempati posisi dua teratas setiap grup akan tampil di semifinal.
Berdasarkan statistik pertemuan dengan setiap pasangan, tak salah jika Fikri menyebut bahwa dia dan Bagas akan bersaing dengan para ”singa”. Juara All England 2022 itu memiliki statistik pertemuan terbaik dengan ”hanya” menahan imbang Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China), Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), dan juara dunia asal Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae. Bagas/Fikri tertinggal dari empat pasangan lain, salah satunya ganda putra nomor satu dunia, Liang Wei Keng/Wang Chang (China).
Liang/Wang, yang seangkatan dengan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, unggul dalam pertemuan dengan lima pasangan. Namun, itu bukan berarti mereka menguasai persaingan ganda putra. Performa pasangan termuda di Final BWF 2023 itu mandek dalam tiga bulan terakhir, sebelum akhirnya menjuarai China Masters Super 750, 21-26 November.
Saat tampil dalam ajang Asian Games di depan publik sendiri, di Hangzhou, pada September, Liang/Wang tak dapat menahan tekanan. Mereka gagal meraih medali karena tersingkir pada babak kedua. Pada saat itu, kecepatan permainan belum diiimbangi oleh ketangguhan mental.
Baca juga : Menanti Kepastian Apriyani di Final BWF
Jangan memperlihatkan bahasa tubuh kesal atau seperti menyerah saat berada dalam tekanan.
Dengan catatan tersebut, celah bagi pemain lain untuk mengalahkan Wang/Chang tetap terbuka. Hoki/Kobayashi, misalnya, bisa menahan imbang Liang/Wang dalam statistik pertemuan, sedangkan Fajar/Rian unggul 2-1.
Selain Wang/Chang, persaingan ganda putra pada 2023 diwarnai dengan kejutan ketika Kang/Seo menjadi juara dunia. Pasangan yang menjalani debut saat turnamen Indonesia Masters 2021 di Bali ini tampil lebih baik dibandingkan pemain lain yang berstatus unggulan lebih tinggi, seperti Fajar/Rian, Liang/Wang, serta juara dunia dalam dua periode sebelumnya, yaitu Chia/Soh dan Hoki/Kobayashi.
Namun, performa Kang/Seo cenderung menurun setelah Kejuaraan Dunia di Kopenhagen, Denmark, pada Agustus. Dari tujuh turnamen setelah itu, dengan status sebagai juara dunia, mereka hanya dua kali bisa menembus semifinal.
Ganda putra terbaik Indonesia saat ini, Fajar/Rian, memperlihatkan performa baik pada awal 2023. Mereka menjuarai dua turnamen Super 1000, yaitu All England dan Malaysia Terbuka. Namun, Fajar/Rian kesulitan tampil konsisten hingga peringkat dunia pun turun dari posisi teratas pada awal tahun menjadi kelima, berdasarkan peringkat terbaru pada 6 Desember.
Baca juga : China Masters Usai, Peserta Final BWF Lengkap
Sejak pertengahan hingga akhir tahun, giliran pasangan senior Denmark yang menonjol. Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen meraih lima gelar juara sejak akhir Juni hingga Oktober. Mereka hanya empat kali kalah dari 42 pertandingan. Pasangan berusia 31 dan 34 tahun itu pun mencapai posisi terbaik dalam peringkat dunia, yaitu posisi ketiga, pada Oktober setelah berpasangan sekitar sepuluh tahun.
Kecuali Bagas/Fikri yang tak meraih gelar juara pada tahun ini, tetapi empat kali lolos ke final, peserta lain di Final BWF akan datang ke Hangzhou dengan membawa status sebagai juara turnamen di berbagai level. Sebanyak 18 pasangan yang menjadi juara dari 29 turnamen BWF World Tour (Super 300, 500, 750, dan 1000) menjadi jumlah terbanyak kedua setelah tunggal putra. Ini menjadi indikator meratanya persaingan pada nomor tersebut.
Namun, tak seperti tunggal putra yang didominasi Viktor Axelsen, An Se-young pada tunggal putri, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (ganda putri), serta Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping yang menguasai ganda campuran, tidak ada pasangan yang dominan di ganda putra. Maka, seperti kalimat ”klasik” yang sering diucapkan atlet, sang juara adalah mereka yang berada pada kondisi paling siap di lapangan.
Garang seperti ”Minion”
Menghadapi Final BWF, skuad ganda putra Indonesia berada dalam periode yang kurang baik. ”Merah Putih” sebenarnya memiliki lima pasangan, setelah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon absen, pada hampir setiap turnamen. Namun, tak seperti pada 2022, kehadiran lima pasangan itu jarang memberi hasil baik. Ganda putra Indonesia hanya mendapat empat gelar juara dari turnamen Super 300-1000 pada 2023.
Baca juga : Tugas Ganda Pengumpulan Poin Ranking
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis, Aryono Miranat, menilai, performa pemain yang tidak konsisten disebabkan rasa percaya diri yang juga tak konsisten. ”Ada kalanya mereka begitu percaya diri saat main di turnamen tertentu dan menghadapi lawan tertentu, tetapi kepercayaan diri itu hilang pada situasi berbeda,” kata Aryono.
Bagas/Fikri, misalnya, setelah mencapai final pada dua turnamen Super 750 dalam dua pekan beruntun, yaitu di Denmark dan Perancis, kalah di babak pertama pada dua turnamen berikutnya di Jepang dan China. ”Kami masih kesulitan untuk bisa cepat bangkit dalam keadaan tertekan. Pada posisi itu, kepercayaan diri bisa hilang. Ini yang masih harus kami perbaiki,” ujar Fikri.
Dalam waktu persiapan sekitar dua pekan sebelum menuju Hangzhou, pelatih memberi latihan yang lebih intens pada Fajar/Rian dan Bagas/Fikri. Diharapkan latihan yang juga untuk memperbaiki kekurangan itu bisa membuat mereka percaya diri saat bertanding.
Suntikan semangat juga terus diberikan karena kepercayaan diri adalah faktor personal dan tak kasatmata. Sebagai gambaran untuk Fajar/Rian dan kawan-kawan, Aryono mencontohkan sikap yang selalu diperlihatkan Kevin/Marcus.
Baca juga : Final Beruntun Bagas/Fikri di Eropa
Semangat juang pasangan berjulukan ”Minions” itu tak pernah luntur sejak perebutan poin pertama hingga terakhir. Mantan pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi bahkan pernah mengatakan, daya juang tinggi Kevin/Marcus membuat mereka seperti akan memakan lawan sejak memasuki lapangan.
“Daya juang itu harus dicontoh pemain lain. Jangan memperlihatkan bahasa tubuh kesal atau seperti menyerah saat berada dalam tekanan,” kata Aryono.
Karakter lain yang juga dicontohkan Aryono pada skuad ganda putra adalah ketenangan dan variasi permainan yang dimiliki Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Kebetulan, hanya Hendra/Ahsan dan Kevin/Marcus yang bisa memberi gelar juara Final BWF bagi Indonesia sejak ajang ini bernama Final BWF Super Series pada 2008.
”Tidak ada salahnya mencontoh hal-hal yang bagus dari senior. Daya juangnya dari Kevin/Marcus dan ketenangan dari Hendra/Ahsan,” ujar Aryono.