Laga melawan LASK menguak hal yang gagal disadari Juergen Klopp selama ini. Hasrat terpendam Mohamed Salah perlu diberi ruang.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Juergen Klopp boleh saja dipandang sebagai salah satu manajer terhebat di dunia. Pelatih berpaspor Jerman itu adalah filsuf sepak bola, sekaliber Pep Guardiola di Manchester City. Dia mampu meramu banyak taktik sesuai kebutuhan timnya. Daya obervasinya juga mumpuni. Namun, ada satu hal yang akan selalu luput dilihat oleh Klopp.
Kesadaran akan sesuatu yang tak dilihat Klopp itu sedikit terkuak saat laga melawan wakil Austria, LASK, di Stadion Anfield, Jumat (1/12/2023) dini hari WIB. Dalam laga itu, Liverpool menang telak 4-0 atas tamunya. Kemenangan itu sudah sepantasnya dan sekiranya bukanlah hal yang begitu besar bagi Liverpool. Hal menarik yang patut diperhatikan di laga tersebut bukan terletak pada skor telak yang diraih Liverpool, melainkan secuil perubahan dari pemain bintang mereka, Mohamed Salah.
Untuk pertama kalinya di Anfield, Salah mengemban jabatan sebagai kapten tim. Salah mendapat kesempatan itu setelah Virgil van Dijk dan Trent Alexander-Arnold tidak menjadi pemain pilihan Klopp sejak awal pertandingan. Musim ini, Van Dijk adalah kapten Liverpool dan Trent menjabat wakilnya.
Menghadapi LASK, Klopp membuat sembilan perubahan dalam susunan pemain mula dari laga sebelumnya kontra Manchester City. Pertempuran sengit kontra City membuat pemain-pemain utama Liverpool membutuhkan waktu istirahat lebih banyak. Di sisi lain, kelolosan Liverpool ke babak 16 besar Liga Europa sudah di ambang pintu sehingga Klopp cukup percaya diri bisa mengalahkan LASK walau hanya menurunkan pemain-pemain pelapis.
Di saat pemain-pemain lainnya mendapatkan menit istirahat, Klopp justru memainkan Salah sejak awal dan yang lebih mengejutkannya lagi, memberinya jabatan kapten. Seakan terdorong oleh amanah barunya itu, Salah tampil cukup baik dengan mencetak satu gol dan menyumbangkan satu asis untuk gol Cody Gakpo.
Pemain timnas Mesir itu juga sering merepotkan pertahanan LASK dengan sentuhan-sentuhan di dalam kotak penalti, dengan 10 kali sentuhan. Jumlah tersebut di bawah Gakpo yang mencatatkan 12 sentuhan. Namun, Gakpo bermain penuh, sementara Salah ditarik pada menit ke-56 untuk memberinya waktu istirahat.
Keputusan menjadikan Salah sebagai kapten tergolong di luar dugaan. Dengan cara ini, Klopp seperti hendak menjawab keluhan sekaligus hasrat yang lama dipendam Salah. Sudah bukan rahasia bila Salah sejak lama ingin menjadi pemimpin bagi rekan-rekannya di atas lapangan. Saat tidak dipilih Klopp dalam susunan kapten dan wakil kapten pada 2020, Salah pernah menyuarakan kekecewaannya. Saat itu, Klopp memercayakan ban kapten kepada Jordan Henderson dan James Milner berlaku sebagai wakil kapten.
”Sejujurnya saya sangat kecewa. Saya berharap menjadi kapten. Namun, itu keputusan manajer, jadi saya menerimanya,” ungkap Salah kepada Diario AS kala itu.
Sebagai pemain bintang, wajar bila Salah mempunyai ego yang meletup-letup. Dia tentu membutuhkan label lebih dari sekadar sebagai penyerang tajam Liverpool. Ada hal yang belum pernah dia dapatkan, yaitu pengakuan sebagai pemimpin tim di atas lapangan. Salah mendapatkan pengakuan itu di timnas Mesir dengan menjadi kapten tim. Di Liverpool, meski jadi pemain andalan Klopp, posisi Salah tidak sestrategis Van Dijk.
Peran kapten
Meski jarang terlihat, peran kapten di sebuah tim sepak bola tidak bisa dianggap remeh. Kapten adalah pemimpin tim, baik di luar maupun di lapangan. Jelang sepak mula, kapten jadi perwakilan tim untuk pengundian koin dan arah serangan tim. Kualitas kapten salah satunya bisa dilihat dari cara ia membangkitkan semangat rekan-rekannya saat tim sedang tertinggal.
Banyak pemain hebat di Eropa yang mendapat kehormatan sebagai kapten. Liverpool pernah punya kapten yang sangat ikonik dalam sosok Steven Gerrard. Dia memegang peran penting dalam kebangkitan legendaris Liverpool pada malam final Liga Champions Eropa 2005 di Istanbul, Turki.
Kisah heroik Liverpool itu membuat jasa Gerrard selamanya terukir dalam benak para pendukung Liverpool. Pemain hebat lainnya, Lionel Messi, juga diakui dengan kualitas kepemimpinannya selain tekniknya yang luar biasa. Jabatan kapten semakin melegitimasi Messi sebagai pemain terhebat sepanjang masa.
Berbagai alasan itu sedikit banyak bisa menjelaskan mengapa Salah begitu mendambakan jabatan sebagai kapten tim. Selain ingin diakui lewat kemampuan olah bolanya, Salah juga ingin punya pengaruh bagi tim di dalam ataupun di luar lapangan dengan atribut tersebut.
Namun, sayangnya, Klopp ternyata memiliki pandangan lain terhadap jabatan kapten. Bagi Klopp, jabatan kapten tiada ubahnya seperti beban bagi seorang pemain. Selain harus bermental baja, kapten juga mengurusi segala hal detail, termasuk di luar urusan sepak bola. Dengan kata lain, fokus seorang kapten tidak lagi berpusat pada performa dirinya di lapangan, tetapi sudah menjalar ke berbagai dimensi klub.
Klopp berpikir demikian karena dia pernah menjadi kapten dalam waktu yang cukup lama saat masih aktif sebagai pemain di Liga Jerman. Menurut Klopp, kapten bukanlah sesuatu yang penting bagi pemain. Maka, dia tidak pernah terlalu meriset dalam tentang seseorang yang cocok menjadi kapten tim. Hal inilah yang membuat Klopp jadi memiliki titik buta sehingga tidak mampu melihat kebutuhan psikis Salah.
”Saya menjadi kapten untuk waktu yang lama dalam karier saya, dan pekerjaan itu sangat berat karena tidak banyak keuntungan yang Anda dapatkan selain hanya banyak pekerjaan dengan semua hal di sekitarnya,” kata Klopp.
Apa yang Klopp anggap tidak begitu penting nyatanya sangat berharga bagi Salah. Meski tidak bermain penuh, laga melawan LASK tentu akan Salah kenang selamanya karena menjadikannya pernah memimpin tim kebanggaan warga Liverpool di Anfield.
Seorang manajer tentu tidak bekerja dengan robot, tetapi manusia. Pengakuan, seperti memberikan ban kapten kepada Salah, bisa jadi bukan hal merepotkan sebagaimana ada dalam alam pikiran Klopp. Sebaliknya, hal merepotkan itu bak kebanggaan lebih kepada Salah. Klopp selama ini ternyata luput melihat hal penting yang sangat diidam-idamkan oleh pemain bintangnya tersebut. Laga melawan LASK pun menjadi penebusan utang sekejap Klopp terhadapnya.