Ketua KONI Sumsel 2023-2027 Yulian Gunhar akan membenahi KONI Sumsel mulai dari menyatukan semua pihak, membentuk kepengurusan yang efisien, dan menyusun program kerja berkala.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tata kelola olahraga menjadi kunci untuk membenahi pembinaan prestasi olahraga di Sumatera Selatan. Untuk itu, Yulian Gunhar yang baru terpilih sebagai Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia Sumsel 2023-2027 akan memulai program kerjanya dengan menyatukan insan olahraga Sumsel, membentuk kepengurusan yang lebih efisien, dan menyusun program kerja secara berkala.
Yulian terpilih secara aklamasi sebagai Ketua KONI Sumsel dalam Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa di Palembang, Kamis (30/11/2023). Sejatinya, ada dua kontestan pemilihan ketua baru KONI Sumsel, yakni Yulian yang berstatus Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Sumsel dan M Asrul Indrawan selaku Ketua Wushu Indonesia Sumsel. Namun, menjelang pemilihan, Asrul sepakat menunjuk langsung Yulian sebagai Ketua KONI Sumsel.
Usai terpilih, Yulian kepada awak media mengatakan, dirinya akan merangkul semua pihak untuk membangun KONI Sumsel ataupun olahraga Sumsel. Untuk itu, dia memutuskan Asrul menjadi Sekretaris Umum KONI Sumsel sebagai wujud menyatukan dua kubu yang sempat berkontestasi, yaitu kubu yang mengusung Yulian dan yang mengusung Asrul.
Selain itu, Yulian akan merampingkan kepengurusan yang terdiri dari 60-70 orang. Tujuannya, agar pengurus bisa bekerja dengan lebih efisien. Baru kemudian dirinya akan mengajak semua cabang olahraga membahas program jangka pendek, menengah, dan panjang.
”Membangun prestasi olahraga itu tidak bisa simsalabim (instan). Itu karena ada proses dalam pembinaan dan butuh pembiayaan besar. Kalau itu terlaksana dengan baik, barulah prestasi bisa kita rebut. Maka dari itu, sebelum kepengurusan dan program kerja itu terbentuk, saya belum mau bicara soal target Sumsel di PON Aceh-Sumatera Utara 2024,” ujar Yulian.
Asrul mengungkapkan, dia menunjuk langsung Yulian sebagai Ketua KONI Sumsel karena percaya Yulian memiliki kapasitas untuk membawa KONI Sumsel menjadi lebih baik. Demi kebaikan bersama, ia pun bersedia bergabung dalam kepengurusan Yulian. ”Saya sepakat bergabung demi keutuhan karena membangun olahraga harus bersama-sama. Makanya, saya sepakat bergabung untuk memajukan olahraga Sumsel,” katanya.
Dalam memangku jabatannya, Yulian dituntut menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah yang menjadi titik permasalahan KONI Sumsel selama ini. Setidaknya, Yulian meneruskan tongkat estafet dari kepengurusan yang bermasalah dari kinerja, akuntabilitas, hingga kredibilitas.
Puncaknya, tiga petinggi KONI Sumsel sebelum ini terjerat kasus dugaan korupsi dana hibah dari Pemerintah Provinsi Sumsel melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2021. Akibat kasus dengan nilai kerugian negara Rp 5,2 miliar itu, Ketua KONI Sumsel 2020-2024 Hendri Zainuddin ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Sumsel pada 4 September 2023.
Sebelumnya, Sekretaris Umum KONI Sumsel Suparman Roman dan Ketua Harian KONI Sumsel 2020-2022 Ahmad Tahir ditetapkan sebagai tersangka pada 24 Agustus 2023. Saat perkara itu terjadi, Suparman menjadi pejabat pelaksana teknis kegiatan.
Pelaksana Tugas Ketua KONI Sumsel sekaligus Wakil Ketua II KONI Pusat Andrie TU Soetarno menuturkan, salah satu permasalahan krusial KONI Sumsel adalah struktur organisasi yang terlalu gemuk. Pada 2020, jumlah pengurus mereka mencapai 200-an orang sebelum berkurang menjadi 150-an orang.
Dalam memangku jabatannya, Yulian dituntut menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah yang menjadi titik permasalahan KONI Sumsel selama ini. Setidaknya, Yulian meneruskan tongkat estafet dari kepengurusan yang bermasalah dari kinerja, akuntabilitas, hingga kredibilitas.
Jumlah itu dinilai terlalu besar kalau dibandingkan pengurus KONI pusat yang berjumlah 80-an orang. ”Jumlah pengurus yang terlalu banyak akan menimbulkan banyak konflik kepentingan. Akibatnya, kinerja KONI Sumsel tidak maksimal. Idealnya, jumlah pengurus KONI provinsi itu hanya 75 orang. Kalau mau lebih banyak, disamakan saja dengan KONI pusat yang 80-an orang,” tuturnya.
Organisasi dan pembinaan
Wakil Ketua I KONI Pusat Suwarno menyampaikan, ada dua kunci dalam mengurus KONI, yakni penguatan keorganisasian dan pembinaan prestasi. Organisasi harus disusun dengan efisiensi dan diisi dengan orang-orang yang kompak agar bisa bekerja dengan efektif serta memberi hasil optimal.
”Apa yang tidak ada di Sumsel, saya rasa yang bisa mengalahkan Sumsel hanya Jakarta. Itu karena Sumsel punya banyak orang pintar dan fasilitas mumpuni warisan SEA Games 2011 dan Asian Games 2018. Yang dibutuhkan Sumsel tinggal organisasi (KONI Sumsel) yang sehat untuk mendapatkan hasil (prestasi) yang sehat (baik),” ujarnya.
Bukan hanya itu, kata Suwarno, KONI Sumsel harus menentukan cabang olahraga prioritas atau unggulan. Tujuannya, agar mereka bisa mengejar prestasi yang lebih optimal.
”Ayo kita mendata semua atlet yang ada di semua cabang olahraga. Kadang, ada pengurus cabang yang tidak ada atlet. Semua cabang pasti ingin mendapatkan dukungan KONI ataupun pemerintah. Namun, kalau tidak ada atlet atau prestasi, kita jangan menoleransi mereka,” katanya.
Suwarno juga berpesan agar KONI Sumsel bisa menjalin relasi dengan semua pihak baik pemerintah maupun swasta. Itu untuk memastikan kelancaran sumber anggaran untuk membantu operasional KONI Sumsel dan pembinaan atlet di setiap cabang.
”Anggaran adalah komponen utama dalam pembinaan. Dari penelitian kami di sejumlah PON, ternyata prestasi suatu daerah berbanding lurus dengan besaran anggaran pembinaan yang mereka miliki,” tuturnya.