Indonesia kesulitan mengembalikan supremasi atas Filipina setelah bermain imbang 1-1. Luka laga pertama tak terobati. Jalan di kualifikasi Piala Dunia 2026 kini semakin berliku.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
MANILA, SELASA — Permainan lebih agresif dan berani pada babak kedua tak cukup membuat Indonesia memenangi laga melawan Filipina pada kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Selasa (21/11/2023). Indonesia memang tidak kalah dari Filipina, tetapi hasil imbang 1-1 membuat ”luka” Indonesia kian menganga. Tak hanya kehilangan supremasi atas Filipina, jalan Indonesia menuju panggung dunia juga semakin berliku.
Bermain di Stadion Rizal Memorial, Indonesia gagal meneguhkan kembali dominasi atas Filipina yang perlahan meluntur sejak 2014. Saat itu, Indonesia takluk dari Filipina dengan skor 0-4 di Piala AFF. Indonesia juga terpaksa menelan hasil imbang pada dua laga setelahnya. Skuad ”Garuda” memang sempat menang dengan skor 1-2 pada Piala AFF, 2 Januari 2023. Namun, hasil imbang 1-1 pada laga kedua Grup F kualifikasi Piala Dunia 2026 ini menunjukkan kebangkitan Filipina semakin nyata.
Meski masih ada laga kandang melawan Filipina, tetapi perjalanan Indonesia menuju panggung dunia semakin berliku dengan kekalahan tersebut. Apalagi, lawan Indonesia selanjutnya ialah salah satu tim yang kuat di Grup F, yakni Vietnam. Padahal, hanya dua tim teratas di setiap grup yang lolos ke putaran berikutnya.
Menurut data Litbang Kompas, Indonesia sebenarnya berhasil menang 8 kali, kalah 8 kali, dan imbang 11 kali dari Vietnam. Namun, dalam empat pertemuan terakhir, hasil lebih berpihak ke Vietnam yang menang dua kali dan imbang dua kali. Terakhir, Indonesia kalah 0-2 pada Piala AFF, 9 Januari 2023.
Sebelum pertandingan di Stadion Rizal Memorial, Pelatih Indonesia Shin Tae-yong mengatakan, level performa Filipina memang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, Filipina juga menganalisis permainan Indonesia dengan lebih baik. Apalagi, mereka kini memiliki sedikitnya enam pemain yang berkarier di Liga Indonesia sehingga familiar dengan gaya permainan skuad Garuda.
Indonesia tampak kesulitan beradaptasi ketika bermain di lapangan berumput sintesis di Stadion Rizal Memorial. Mereka kerap gagal memperkirakan aliran bola dan menyesuaikan cara berlari.
Namun, terlepas dari permainan Filipina yang semakin baik, Indonesia sendiri tidak tampil apik. Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan justru kembali menunjukkan problem pada lini belakang, seperti saat takluk 1-5 dari Irak pada laga pertama. Para pemain bertahan kerap melakukan kesalahan dan tidak antisipatif, kondisi yang langsung dimanfaatkan oleh Filipina untuk menjadi peluang.
Nyaris bunuh diri
Pada menit ke-12, misalnya, Rizky Ridho nyaris menciptakan gol bunuh diri ketika berusaha membuang bola hasil umpan lambung Filipina. Sapuan Rizky Ridho justru membuat bola mengarah ke gawang Indonesia.
Ernando Ari, mengisi pos penjaga gawang menggantikan Nadeo Argawinata yang kebobolan lima gol dalam laga versus Irak, harus bekerja lebih keras menggagalkan peluang-peluang Filipina yang datang bertubi-tubi. Selain terbang untuk menepis bola pada menit ke-12, Ernando juga menyelamatkan gawang Indonesia setelah Filipina memanfaatkan kesalahan kedua Rizky Ridho yang kehilangan bola pada menit ke-20.
Gol Filipina yang dicetak Patrick Reichelt pada menit ke-24 pun merupakan hukuman bagi kesalahan yang dilakukan lini bertahan Indonesia. Filipina merebut bola dari Jordi Amat yang tampak bingung lantaran tidak ada gelandang yang meminta bola. Patrick Reichelt, yang berlari dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Ernando, sukses melepaskan tendangan mendatar ke gawang Indonesia.
Pelatih Filipina Michael Weiss mengatakan, saat konferensi pers sebelum pertandingan, laga melawan Indonesia merupakan pertandingan hidup dan mati. Dikutip dari media Filipina, Inquirer, Weiss menuturkan, laga hidup mati itu tak hanya bagi Filipina, tetapi juga Indonesia.
”Mungkin, kalau kami tidak menang, atau mungkin Indonesia tidak menang, akan sangat sulit bagi kami berdua untuk melaju ke babak berikutnya,” ujar Weiss.
Hal itu membuat kedua tim berusaha untuk bermain terbuka demi meraup kemenangan. Wajar jika kemudian frekuensi menyerang dan bertahan kedua tim tidak terlalu timpang. Menurut statistik Lapangbola.com, Indonesia melepaskan 13 tembakan dengan 3 tepat sasaran. Adapun Filipina menembak 12 kali, 5 di antaranya mengarah ke gawang. Jumlah sapuan bola, intersep, maupun tembakan yang diblok, juga tidak jauh berbeda. Pada kondisi ini, transisi tim menjadi pembeda.
Masalahnya, terutama pada babak pertama, Indonesia kurang siap untuk bertahan ketika kehilangan bola saat menyerang. Mereka tidak langsung merebut bola kembali saat serangan gagal sehingga kesempatan serangan balik dari lawan langsung terbuka. Sebaliknya, Filipina melancarkan serangan balik yang efektif dan mampu memanfaatkan situasi lawan yang lengah. Indonesia juga kesulitan mengembangkan permainan karena Filipina disiplin dalam bertahan, terutama menutup jalur operan lawan.
Permainan Indonesia lebih membaik setelah Shin memasukkan Witan Sulaeman untuk menggantikan Sandy Walsh. Pergantian ini membuat Asnawi Mangkualam, yang awalnya diturunkan sebagai sayap kanan, kembali ke posisi awalnya pada pos pertahanan. Masuknya Witan membuat Indonesia mulai menemukan ruang untuk menyerang dan akhirnya menciptakan peluang.
Pada babak kedua, Indonesia juga bermain lebih berani dengan menekan pertahanan Filipina. Ricky Kambuaya, yang tidak menemukan permainan terbaiknya pada babak pertama, berhasil menunjukkan dominasi di lini tengah dengan menari-nari di antara pemain Filipina. Kambuaya melihat ruang kosong yang diisi Saddil Ramdani dan mengumpan bola kepada rekannya itu. Tanpa terkawal, Saddil melepaskan tembakan ke tiang jauh untuk membobol gawang Filipina yang dijaga kiper Neil Etheridge pada menit ke-70.
Laga melawan Filipina juga menunjukkan aspek penyelesaian akhir masih menjadi masalah utama. Penyelesaian akhir yang kurang maksimal membuat peluang-peluang emas yang tercipta pada babak kedua gagal dikonversi menjadi gol. Aksi Pratama Arhan, menjelang laga berakhir, menjadi salah satu contohnya. Arhan, yang sudah berhadapan satu lawan satu dengan kiper di dalam kotak penalti, gagal mencetak gol setelah bola tendangannya melambung di atas gawang Filipina.
Rumput sintesis
Hasil imbang melawan Filipina pun menjadi cerminan kesulitan Indonesia mengatasi beragam tantangan yang menerpa mereka. Indonesia tampak kesulitan beradaptasi ketika bermain di lapangan berumput sintesis di Stadion Rizal Memorial. Mereka kerap gagal memperkirakan aliran bola dan menyesuaikan cara berlari.
Para pemain Indonesia juga menunjukkan masalah kebugaran, yang sebelumnya disampaikan pelatih Shin, karena tidak melakukan pemulihan stamina secara optimal. Mereka langsung bertolak dari Irak sehari setelah pertandingan pertama, Jumat (17/11/2023), lalu baru tiba pada Sabtu karena menempuh perjalanan selama 18 jam.
Dengan hasil ini, Indonesia dan Filipina yang sama-sama kalah pada laga pertama kini menatap jalan yang lebih berliku dari sebelumnya. Kedua tim berbagi angka, tetapi Indonesia masih bertengger di juru kunci Grup F karena kalah selisih gol dari Filipina.