Final DBL DKI Jakarta, Jalan Pebasket Muda Menuju Panggung Dunia
Para pebasket belia yang tampil di babak final DBL 2023 Seri Jakarta merasa bangga bisa tampil di Indonesia Arena. Dari arena Piala Dunia FIBA 2023 itu, mereka lantas merajut mimpi mendunia.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Final Honda Developmental Basketball League (DBL) with Kopi Good Day 2023 DKI Jakarta Series tidak hanya menyajikan pertandingan seru, tetapi juga menjadi jalan menuju panggung dunia. Para pebasket muda pun antusias berlaga di Indonesia Arena, tempat Piala Dunia FIBA 2023.
Puncak kompetisi basket antarsekolah menengah atas kali ini mempertemukan tim putri SMA Jubilee dan SMAN 70 serta tim putra SMA Jubilee dan SMA Bukit Sion. Disaksikan ribuan penonton, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, Jumat (17/11/2023) malam, para pelajar ini memperebutkan trofi DBL Seri DKI Jakarta.
Pada pertandingan tim putra, hingga kuarter ketiga, tim SMA Bukit Sion masih memimpin atas SMA Jubilee, 39-37. Kuarter keempat atau terakhir, tim SMA Jubilee membalikkan keadaan. Mereka menang atas SMA Bukit Sion dengan skor tipis, 53-52.
Pada pertandingan tim putri, SMAN 70 mampu mempertahankan gelar juara tiga tahun berturut-turut sejak 2021. Para srikandi Seventy ini mampu menundukkan SMA Jubilee dengan skor 54-43. Bahkan, tim asal Bulungan ini memimpin dalam empat kuarter berturut-turut. Padahal, mereka sempat tertinggal di awal laga.
Lewat serangan balik dan kepiawaian merebut bola dari lawan, SMAN 70 mampu menjaga dominasinya. Tabuhan drum suporter juga menyemangati para pemain. ”Dari awal, kami punya gim plan bertahan. Tapi, mereka (lawan) mencuri poin dari lemparan tiga angka. Akhirnya, ada penyesuaian (taktik),” ucap pelatih SMAN 70, Paul Mario.
Dengan kemenangan ini, SMAN 70 telah dua kali menundukkan SMA Jubilee pada laga final. Rencana tim berjuluk ”Phoenix” itu untuk membalas dendam atas kekalahan tahun lalu pun sirna. Meski demikian, kapten tim putri SMAN 70, Keira Ammabel, mengakui, Jubilee bukanlah lawan yang mudah dikalahkan.
Keira tidak hanya bangga setelah mempertahankan trofi tiga tahun berturut-turut, tetapi juga karena berlaga pertama kali di Indonesia Arena. Dua bulan lalu, stadion itu menjadi tempat pertandingan Piala Dunia FIBA 2023. ”Rasanya, seperti main di FIBA. Saya enggak menyangka bisa tampil di sini,” ujarnya.
Kapten SMA Jubilee, Dhaneswary Anjani, juga antusias bisa bermain di Indonesia Arena meski belum mampu membawa timnya memutus gelar juara SMAN 70. Ia mengaku, sempat demam panggung. Apalagi, pertama kali main di arena. Namun, ia dan tim berupaya menjalankan pesan coach agar percaya diri, tidak takut salah, dan percaya pada rekannya.
Bagi tim putra, laga final juga menjadi pengalaman tersendiri. kapten tim putra SMA Bukit Sion, Ryan Emmanuel, misalnya, tidak menyangka bisa tampil di Indonesia Arena.
Kami kaget banget. Apa benar, sih, bisa main di Indonesia Arena? Karena kami tingkat SMA. Siapa yang enggak mau main di Indonesia Arena? Mimpi kita semua.
”Kami kaget banget. Apa benar, sih, bisa main di Indonesia Arena? Karena kami tingkat SMA. Siapa yang enggak mau main di Indonesia Arena? Mimpi kita semua,” ujar pria setinggi 180 sentimeter ini.
Tim berjuluk ”Buksi” ini pun menjadikan laga final sebagai ajang ”membalas dendam” dari kekalahannya tahun lalu oleh SMA Jubilee. Sejak pertandingan dimulai, Ryan dan timnya gencar menyerang, termasuk merebut bola lawan. Hingga kuarter kedua pukul 21.30, timnya memimpin dengan poin 26-23.
Cetak sejarah
Direktur PT DBL Indonesia Masany Audri mengatakan, final DBL kali ini telah mencatatkan sejarah karena pertama kali tampil di Indonesia Arena. Menurut dia, gedung termegah untuk pertandingan bola basket itu merupakan impian setiap pebasket di negeri ini, termasuk para pelajar. ”Ini kesempatan emas buat finalis,” ucapnya.
Apalagi, tidak mudah bagi tim untuk sampai ke laga puncak. Tahun ini, setidaknya terdapat 140 tim dari 100 sekolah yang bertarung dalam DBL Seri DKI Jakarta. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu, yakni 116 tim dari 86 sekolah. Partisipasi dalam kompetisi ini juga terus meningkat sejak digelar 2012.
Menpora Dito mengatakan, penunjukan Indonesia Arena sebagai lokasi final DBL tidak terlepas dari andil Presiden Joko Widodo. ”Saya ditantang Presiden, setelah FIBA, (Indonesia Arena) harus digunakan untuk pertandingan basket. Jadi, kita support (mendukung DBL). Saya berharap ini final DBL DKI Jakarta Series setiap tahun di sini,” ujarnya.
Bahkan, Dito menantang penyelenggara DBL agar menjadikan Indonesia Arena sebagai tempat pertandingan final untuk semua seri kompetisi yang digelar di sejumlah daerah. Musim ini, terdapat delapan seri yang tersebar di Jakarta, Kalimantan Barat, Lampung, hingga Papua.
”Biar seluruh pemain basket di seluruh Indonesia bisa merasakan venue yang megah ini,” katanya.
Sekretaris Umum Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PB Perbasi) DKI Jakarta Arief Satria Kurniagung menilai, DBL telah melahirkan sejumlah atlet di tingkat provinsi dan nasional. ”Bahkan, nanti (mereka) bisa main di perhelatan dunia. Kami berharap ini menjadi pengembangan atlet yang baik. Kami siap mendampingi,” ujarnya.