Tim Jerman lolos ke 16 besar setelah melewati dua tim dengan gaya berbeda. Hal itu memperlihatkan, kualitas skuad mereka berada di level berbeda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
BANDUNG, RABU — Skuad Selandia Baru U-17 nyaris mengejutkan Jerman dengan skema bertahan total atau parkir bus. Namun, tim Jerman ternyata terlalu kuat dan berkualitas. ”Panser Muda” menghancurkan apa pun di hadapannya, termasuk benteng Selandia Baru yang tidak mampu menghadang mereka.
Jerman menaklukkan Selandia Baru, 3-1, di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, pada Rabu (15/11/2023) WIB. Dari hasil, kemenangan terlihat sangat mudah untuk Jerman. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda. Selandia baru sangat merepotkan, terutama sebelum turun minum.
Selandia Baru sudah mencurahkan segalanya untuk tidak kemasukan. Mereka bertahan dengan blok rendah dan lima bek sejajar. Tim asuhan Pelatih Martin Bullock itu tidak ragu menekel keras lawan. Gelandang Jerman, Assan Ouedraogo (17), sampai harus ditarik keluar sebelum turun minum akibat salah satu tekel tersebut.
Namun, gempuran ”Panser Muda” terlalu masif. Oase Jerman tercipta pada pengujung paruh pertama saat injury time memasuki menit ke-7. Penyerang sayap Paris Brunner (17), beberapa menit setelah tembakannya membentur mistar gawang, benar-benar membuka keunggulan lewat sundulan dalam situasi kemelut di depan gawang.
Gelandang sekaligus kapten Selandia Baru, Marley Leuluai (17), mengatakan, hasil bisa saja memihak kepada mereka seandainya babak pertama berakhir tanpa gol. ”Namun, memang tidak bisa dibohongi, mereka adalah juara Eropa. Kualitas mereka terlihat seiring laga berjalan. Terlepas dari itu, kami bangga dengan penampilan ini,” katanya.
Gol tersebut datang setelah Jerman mencatat 15 percobaan tembakan dan 68 persen penguasaan bola di paruh pertama. Inspirasi gol datang dari bek sayap kiri Maximilian Hennig (17) yang memberikan umpan silang terukur ke Brunner. Adapun Hennig, salah satu pemain paling agresif sepanjang laga pertama dengan berkali-kali penetrasi.
Setelah unggul, semua lebih mudah untuk Jerman di paruh kedua. Tim asuhan Pelatih Christian Wuck lebih santai saat mengepung pertahanan lawan yang dipimpin bek Dylan Gardiner (17). Hasilnya, dua gol tambahan datang lewat penyerang Max Moerstedt (17) dan pemain pengganti Bilal Yalcinkaya (17). Jerman unggul 3-0.
”Pastinya lebih sulit untuk melawan tim yang bermain dengan blok rendah. Kami mencoba untuk membongkar pertahanan mereka sampai gol itu tiba. Setelah itu lebih mudah untuk memaksimalkan senjata kami. Saya sangat senang karena sudah mencetak dua gol dari dua laga dan kami menang,” kata Moerstedt.
Kami mencoba untuk membongkar pertahanan mereka, sampai gol itu tiba.
Dengan begitu, Jerman sudah menaklukkan dua laga dengan tipe lawan yang berbeda. Di pertandingan pertama versus Meksiko, tim lawan bermain dengan garis pertahanan tinggi. Hal itu dimanfaatkan oleh ”Panser Muda” dengan dua gol awal yang berasal dari transisi serangan balik kilat. Mereka terbukti bisa unggul melawan berbagai skema.
Selandia Baru mencetak gol hiburan pada injury time paruh kedua lewat titik penalti. Penyerang pengganti asal tim muda Stoke City, Adam Watson (17), mengeksekusi penalti dengan sempurna. Adapun gol tersebut merupakan yang pertama untuk mereka di turnamen kali ini.
Jerman pun menjadi tim pertama dari Grup F yang lolos ke ke 16 besar. Mereka mengoleksi 6 poin, memasukkan 6 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Brunner dan rekan-rekan perlahan diakui sebagai tim favorit di turnamen ini. Adapun Jerman belum pernah merasakan gelar juara di Piala Dunia remaja.
”Tentunya pencapaian yang positif bisa lolos ke 16 besar dengan dua gim. Saya senang, tetapi di sisi lain masih belum puas dengan penampilan kami. Para pemain membuat terlalu banyak kesalahan. Kami tampak sedikit grogi. Hal ini harus diperbaiki pada laga terakhir grup,” kata Wuck.
Di laga lain Grup D, Venezuela dengan 10 pemain mampu menahan imbang Meksiko, 2-2. Duel tersebut menyajikan dua insiden yang baru pertama kali terjadi di Stadion Si Jalak Harupat sejauh ini, yaitu kartu merah dan hadiah penalti. Dua hal itu merugikan dan juga menguntungkan Venezuela.
Pelatih Venezuela Ricardo Valino menyatakan sangat bangga dengan anak asuhnya. ”Saat masih 11 pemain, kami tampil superior terhadap tim lawan. Namun, setelah itu (kartu merah), kami tidak bisa menekan lawan dengan blok tinggi lagi. Kami harus bertahan lebih dalam. Saat ini fokus kami hanya laga terakhir versus Jerman,” ujarnya.
Venezuela harus tampil dengan 10 pemain sejak menit ke-40 setelah tekel keras gelandang Giovanny Sequera kepada penyerang sayap Meksiko, Brandon Lomeli. Wasit langasung memberikan kartu merah tanpa peringatan terlebih dulu. Ketika itu, mereka sedang unggul 1-0 berkat gol penyerang Alejandro Chicero dari skema tendangan sudut.
Meksiko memanfaatkan keunggulan pemain setelah turun minum. Mereka berbalik unggul dengan sepasang gol dari penyerang Stephano Carrillo dan gelandang Luis Ortiz. Namun, berkat penampilan spartan sekaligus oportunis, Venezuela mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-84 yang dieksekusi sempurna gelandang Nicola Profeta.
Meksiko, tim finalis edisi lalu, tidak berkembang sepanjang laga. Saat sudah unggul jumlah pemain pun, penampilan Gael Avarez dan rekan-rekan masih monoton. Mereka terus mengandalkan umpan silang meskipun sering tidak menemui sasaran. Selain itu, terlalu banyak kesalahan dasar, seperti umpan, kontrol, hingga penempatan posisi.
Hasil itu membuat Meksiko tidak punya pilihan selain menang dalam laga terakhir grup versus Selandia Baru. Mereka saat ini berada di peringkat ketiga dengan 1 poin, hanya di atas Selandia Baru yang belum mengoleksi poin dari dua laga. ”Kami akan memberi segalanya pada laga itu,” kata Pelatih Meksiko Raul Chabrand.