Jerman Muda Bukan Tanpa Cela
Di balik penampilan dominan tim Jerman, ada yang bisa jadi batu sandungan. Selandia Baru berupaya memanfaatkan cela itu.
BANDUNG, KOMPAS — Skuad Jerman U-17 memang tampak sempurna dan terlalu dewasa dalam laga perdana Piala Dunia 2023. Namun, bukan berarti tidak bercela. Lawan mereka selanjutnya, Selandia Baru, punya sedikit harapan untuk menciptakan kejutan, asalkan belajar dari kesalahan Meksiko.
Moral skuad Jerman sedang terbang jauh di angkasa. Bagaimana tidak, mereka hanya butuh kurang dari satu jam untuk menumbangkan tim Meksiko yang berstatus spesialis turnamen remaja. ”Si Panser” sudah unggul 3-0 beberapa menit setelah turun minum, lalu langsung menyimpan para pemain terbaik mereka.
Kepercayaan diri tinggi itu terpancar seusai laga. Bek sayap Eric Moreira (17) masuk lebih dulu ke area campuran. Menggunakan kamera depan, dia merekam video dengan wajah semringah di hadapan awak media. Moreira langsung menghampiri wartawan, seolah minta ditanya, saat para pemain Meksiko tertunduk dan menolak wawancara.
Selandia Baru akan menantang kebesaran Jerman dalam lanjutan Grup F di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Rabu (15/11/2023) malam WIB. Di atas kertas, kans Selandia Baru sangat kecil, apalagi setelah kalah dari Venezuela 0-3 pada laga pertama. Hal itu diakui Pelatih Selandia Baru Martin Bullock.
”Jika Anda lolos Piala Dunia dari jalur Eropa, tim Anda luar biasa bagus. Ini, Jerman adalah tim terbaik (dan juara) di (Piala) Eropa. Jadi, pastinya bukan sesuatu yang menguntungkan kami. Apalagi kami berstatus sebagai nonunggulan. Saya hanya bisa mendorong anak-anak untuk menikmati laga nanti,” kata Bullock.
Jerman selalu diragukan di turnamen remaja. Namun, kali ini berbeda. Mereka datang dengan banyak talenta spesial. Salah satunya gelandang serang Noah Darvich (17) yang direkrut klub raksasa Barcelona di musim panas lalu. Pelatih Jerman Christian Wuck menyebut tanpa ragu, skuad remaja ini adalah yang terbaik dalam satu dekade terakhir.
Jerman selalu diragukan di turnamen remaja. Namun, kali ini berbeda. Mereka datang dengan banyak talenta spesial.
Si Panser menggabungkan keunggulan dalam atribut fisik, keterampilan, dan pemahaman taktik. Dari seluruh laga di Stadion Si Jalak Harupat, belum ada yang bisa unggul mutlak dalam permainan dibandingkan Jerman terhadap Meksiko. Tim U-17 mereka seolah terasa lebih tua dari usianya, sudah sangat matang.
Baca juga: Waspada, Generasi Emas Jerman Telah Tiba
Meskipun begitu, Jerman masih bercela. Wuck turut menyampaikan itu. Mereka gagal mencatat nirbobol lawan Meksiko, 3-1, karena kehilangan konsentrasi saat bola mati. Meksiko menciptakan tiga situasi berbahaya dari tendangan sudut, satunya berbuah gol. ”(Gol) itu mengganggu saya. Kami tidak pada standar seharusnya,” kata Wuck.
Adapun selama setengah jam pertama, skuad Jerman terlihat canggung saat membangun serangan dari bawah karena tekanan intens Meksiko. Mereka kehilangan bola berkali-kali di pertahanan sendiri. Beruntung, kesalahan tersebut masih bisa ditutupi oleh para pemain bertahan.
Menurut Wuck, tidak ada tim unggulan di turnamen remaja. Meksiko, sebagai finalis edisi lalu, sebenarnya lebih diunggulkan. Akan tetapi, mereka justru dipermalukan oleh Jerman yang tidak pernah masuk final sejak edisi pertama di 1985. Sang pelatih mengantisipasi kejutan serupa dari Selandia Baru.
Baca juga: Grup A Memanas, Tiga Tim Berebut Keluar Lubang Jarum
”Apalagi para pemain di bawah 17 tahun sangat sulit untuk bermain dengan jeda dua hari. Kami harus selalu membawa performa terbaik ke lapangan karena setiap pertandingan dimulai dengan skor 0-0,” ujar pelatih yang sudah memimpin tim nasional kelompok usia Jerman sejak 2012 itu.
Pelajaran Meksiko
Selandia Baru mesti banyak belajar dari Meksiko. Kurang bijak bermain terlalu terbuka dengan garis pertahanan tinggi untuk menghadapi Jerman. Meksiko menderita karena itu. Dua gol awal Jerman tercipta dari situasi transisi serangan balik kilat, saat pertahanan Meksiko lengah dan berposisi terlalu tinggi.
Dua penyerang sayap Jerman dalam formasi 4-2-3-1, Paris Brunner (17) dan Charles Herrmann (17), sudah seperti ”malaikat kematian” yang siap mencabut nyawa lawan seketika. Mereka selalu berbahaya saat mendapatkan bola. Seluruh gol Jerman bermula dari sisi sayap. Meksiko tidak punya jawaban terhadap keduanya.
Berbeda dengan Meksiko yang tampil dengan formasi 4-3-3, Selandia Baru menggunakan 3-4-3. Artinya, ketika bertahan, tim asuhan Bullock bisa menggunakan lima bek sejajar. Dua sayap mereka akan membantu pertahanan. Seharusnya, jika disiplin, cara itu bisa sedikit meredam serangan sayap Jerman.
Bullock mengatakan, tidak ada beban di laga nanti. ”Saya meminta para pemain untuk menunjukkan nilai kami dan menikmati pengalaman ini. Laga nanti akan jadi kesempatan terbaik anak-anak (menimba ilmu). Mereka akan menguji diri lawan beberapa pemain terbaik remaja di dunia yang ada dalam skuad Jerman,” jelasnya.
Menarik dilihat perubahan strategi dari Selandia Baru setelah takluk dari Venezuela. Penyerang cadangan Stipe Ukich (16) pantas mendapatkan kesempatan bermain sejak menit awal. Dia menjadi titik terang saat dimasukkan pada paruh kedua, menciptakan beberapa peluang dari aksi individu.
Di laga lain Grup F, Meksiko akan menghadapi Venezuela. Sorotan di laga itu tertuju pada bintang Meksiko, Gael Alvarez (17) yang masuk dalam daftar 60 talenta muda terbaik dunia 2023 versi The Guardian. Sang gelandang serang memulai laga dari bangku cadangan dan hanya tampil kurang dari setengah jam.
Menurut Pelatih Meksiko Raul Chabrand, Alvarez adalah pemain terbaik dalam skuadnya. ”Namun, dia menderita cedera belum lama ini. Hal itu berpengaruh terhadap performanya. Dia masih mencari ritme untuk kembali ke performa terbaik. Semoga dia bisa berkontribusi lebih banyak di laga selanjutnya,” tuturnya.