Spanyol dipaksa meladeni kerasnya permainan Mali. Meski demikian, kesabaran tim berjuluk ”La Rojita” itu mampu menjinakkan lawan mereka, ”Si Elang Muda”, yang tampil trengginas pada laga perdananya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pertarungan sengit tersaji saat Spanyol dan Mali berjumpa dalam laga lanjutan Grup B Piala Dunia U-17 2023 di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (13/11/2023). Kesabaran tim berjuluk ”La Rojita” berhasil menjinakkan lawannya, ”Si Elang Muda”. Skor akhir 1-0 mengantarkan Spanyol memuncaki Grup B.
Laga berjalan intens sejak babak pertama. Kedua tim memiliki gaya bermain menyerang. Spanyol mengandalkan ball possession atau penguasaan bola seperti yang dijanjikan. Namun, Mali tak gentar. Mereka meladeninya dengan memainkan pressing ketat. Para pemain Spanyol tak dibiarkan berlama-lama menguasai bola.
Kapten Spanyol, Pau Prim, yang bertugas sebagai pengatur tempo juga seakan tidak dibiarkan nyaman mengalirkan bola. Duet gelandang tengah Mali, yakni Sekou Kone dan Hamidou Makalou, mampu memotong inisiasi serangan Spanyol sejak dari lini tengah. Dengan demikian, permainan Spanyol sulit berkembang.
”Spanyol bermain tangguh. Semua pemain tahu bahwa pertandingan kali ini akan menjadi laga yang sulit,” kata penyerang Spanyol, Juan Hernandez, seusai laga.
Pelatih Mali Soumaila Coulibaly paham betul keunggulan fisik anak asuhannya. Aspek itu dimanfaatkannya untuk meredam permainan Spanyol yang mengandalkan teknik dan kecepatan tinggi. Lantas, benturan keras jamak terjadi. Para pemain Mali tak ragu berebut bola yang posisinya ”50:50” dan berisiko pelanggaran.
Asa memenangi laga sempat muncul bagi Mali. Pada menit ke-33, Ange Martial Tia menjebol gawang Spanyol setelah menerima umpan silang mendatar dari Ibrahim Diarra. Sayangnya, gol dianulir wasit selepas pengecekan asisten wasit video atau virtual assistant referee (VAR). Pembatalan gol disebabkan adanya pelanggaran oleh Kone sebelum terjadinya gol.
Menyerang bertubi-tubi, petaka malah datang bagi Mali pada menit ke-40. Bomber andalan mereka, Mamadou Doumbia, justru dihukum kartu merah. Ia dianggap menyikut kapten Spanyol, Pau Prim, saat sedang berebut bola. Striker yang menjadi pahlawan dengan hattrick-nya pada laga sebelumnya itu malah harus menepi lebih dini. Alhasil, Mali harus bermain hanya dengan 10 pemain.
Meski demikian, Mali terus menunjukkan perlawanan lewat serangan balik. Buktinya, mereka kembali mencetak gol pada menit ke-45+6. Sayang, gol itu kembali dianulir akibat sang pencetak gol, Ibrahim Diarra, dianggap wasit sudah lebih dahulu berdiri di posisi offside.
Di sisi lain, Spanyol tetap bermain tenang menghadapi permainan keras Mali. Umpan-umpan pendek yang diperagakan berhasil membuat mereka memegang kendali permainan. Apalagi mereka unggul jumlah pemain.
Ketenangan Prim menyambungkan aliran bola dari lini belakang ke lini depan terlihat cukup menentukan jalannya laga. Umpan pendek dikombinasikan dengan umpan diagonal ke sisi kiri maupun kanan garis pertahanan lawan.
Kesabaran Prim dan kawan-kawan membongkar pertahanan Mali berbuah gol pada menit ke-62. Gol dicetak oleh penyerang bertubuh mungil Juan Hernandez. Ia menyambar umpan silang dari sisi kanan yang dikirimkan bek sayap Hector Fort.
Memang, Mali mencatatkan 22 peluang. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan Spanyol yang hanya membukukan 12 peluang sepanjang laga. Banyaknya peluang dari Si Elang Muda menunjukkan mereka masih ganas. Namun, mereka tetap dipaksa tunduk dengan hasil akhir 1-0 untuk kemenangan La Rojita.
Dengan kemenangan itu, Spanyol berhasil mengoleksi enam poin dari dua pertandingan, sekaligus memastikan lolos ke babak selanjutnya. Mereka juga bertengger di puncak Grup B. Sementara Mali harus turun ke peringkat kedua.
Kami sangat senang bisa lanjut ke babak selanjutnya. Tetapi, sekarang kami hanya memikirkan laga selanjutnya melawan Uzbekistan. Sebab, penting untuk memastikan berada di puncak klasemen.
”Kami sangat senang bisa lanjut ke babak selanjutnya. Tetapi, sekarang kami hanya memikirkan laga selanjutnya melawan Uzbekistan. Sebab, penting untuk memastikan berada di puncak klasemen,” kata Hernandez.
Sementara itu, Coulibaly merasa anak asuhannya bermain baik sampai laga berakhir. Ia coba membuktikannya lewat betapa banyak peluang gol yang dihasilkan. Ia menyayangkan kepemimpinan wasit yang dinilainya berat sebelah. Namun, ia enggan mempermasalahkan itu terlalu lama.
”Kami hanya perlu bermain dengan gembira pada laga selanjutnya. Kami akan meraih tiga poin dari Kanada untuk bisa lolos ke babak selanjutnya,” kata Coulibaly.