Arsha Shakouri, Penjaga Harapan Iran
Arsha Shakouri tidak hanya berperan dalam mengawal gawang Iran. Ia turut menciptakan asis krusial yang menyalakan harapan timnya saat mengalahkan Brasil.
Butuh ketenangan dan kekuatan mental sekokoh batu karang dari seorang penjaga gawang untuk meladeni gempuran demi gempuran dari juara bertahan Piala Dunia U-17, Brasil. Kiper tim U-17 Iran, Arsha Shakouri, menampilkan dua aspek itu saat meredam tarian samba tim Brasil dan seketika mengubahnya menjadi tangisan.
Tanpa penampilan gemilang Shakouri, Iran tampaknya tidak akan bisa membuat kejutan dengan menjungkalkan favorit juara, Brasil, 3-2, di Stadion Internasional Jakarta, Sabtu (11/11/2023) malam. Iran membuat khalayak terenyak selain karena mampu mengalahkan juara bertahan, cara yang mereka peragakan juga amat dramatis.
Brasil sejak awal tampil dengan permainan khas bola-bola pendek dari lini pertahanan. Sesekali para pemain Brasil juga memperlihatkan keterampilan menggiring bola yang membuat penonton bersorak. Dalam situasi tersebut, Iran dipaksa mundur bertahan dalam formasi 4-4-2. Empat bek Iran berusaha menjaga kelebaran agar tidak dieksploitasi para pemain sayap Brasil. Mereka memperkecil ruang antarlini yang sewaktu-waktu bisa dieksploitasi pemain Brasil.
Meski begitu, babak pertama tetap menjadi milik Brasil sepenuhnya. Sejumlah peluang berbahaya mereka ciptakan yang berakhir dengan dua gol bersarang di gawang Shakouri. Gol pertama Brasil yang dicetak Rayan berawal dari situasi sepak pojok. Kerumunan pemain di kotak penalti Iran menyulitkan Shakouri untuk memprediksi arah bola. Rayan dengan cerdik memperdaya Shakuri setelah menempatkan bola melengkung ke pojok gawang.
Shakouri harus melihat gawangnya bobol untuk kedua kalinya. Kali ini karena kesalahan antisipasi dari bek Iran yang hendak membuang bola. Tidak ada yang menyangka Iran mampu berbalik unggul setelah tertinggal dua gol dan kehilangan kontrol atas permainan di babak pertama.
Memasuki babak kedua, para pemain Iran seperti menjadi orang yang berbeda. Mereka berbalik menekan Brasil, bahkan mampu mencetak tiga gol untuk membalikkan keadaan.
Penampilan heroik Shakouri di babak pertama memegang peranan sentral terhadap aksi kebangkitan Iran di babak kedua. Statistik laga menunjukkan kiper setinggi 1,89 meter ini melakukan 29 kali penyelamatan. Secara keseluruhan, Brasil menciptakan 10 tembakan tepat sasaran ke gawang, tetapi hanya satu yang berhasil menjadi gol.
Menciptakan asis
Data itu mempertegas fakta bahwa Shakouri bukanlah penjaga gawang sembarangan. Selain melakukan banyak aksi penyelamatan yang menjaga harapan Iran tetap hidup untuk mengejar ketertinggalan, Shakouri juga turut berperan dalam gol penyeimbang Iran yang dicetak Kasra Taheri.
Baca juga: ”Bocah Ajaib” 15 Tahun Meniti Jejak Kebesaran Sadio Mane
Saya sangat senang bisa membantu tim yang tampil luar biasa.
Setelah berhasil meredam tembakan pemain Brasil, Shakouri dengan cermat melihat Kasra berlari tanpa pengawalan yang ketat. Dengan sekuat tenaga, kiper berusia 17 tahun itu menembakkan bola ke pertahanan Brasil yang hanya dikawal dua pemain belakang. Taheri mampu memenangi duel perebutan bola dan melesakkan gol untuk membuat skor imbang 2-2.
Menurut Shakouri, gol yang dicetak Taheri bukan lahir dari skema yang tidak terencana. Ia mengungkapkan, para pemain Iran sudah melatih skema bola-bola panjang seperti itu untuk mengeksploitasi bentuk pertahanan lawan yang belum sempurna. Butuh latihan hampir setiap hari selama dua bulan bagi Iran untuk menciptakan pencapaian besar mengalahkan tim bertabur bintang seperti Brasil.
”Kami menganalisis Brasil dan latihan khusus ini membantu kami mencetak gol kedua,” ungkap Shakouri.
Shakouri mengakui tidak mudah untuk bangkit setelah tertinggal dua gol dari Brasil. Dia juga merasa bertanggung jawab atas kegagalan mencegah gol ke gawangnya di babak pertama. Namun, Pelatih Iran Hossein Abdi terus menyemangatinya dan mengingatkan bahwa pertandingan belum berakhir.
Baca juga: Ketika Bek Senegal Tidak Kenal Jagoan Lawan
Keberhasilan Iran menang atas Brasil seketika memperbesar harapan Iran untuk tampil lebih baik dan membuat kejutan di Piala Dunia U-17.
”Saya sangat senang bisa membantu tim yang tampil luar biasa. Sangat membanggakan bisa meraih penghargaan ini, di kompetisi terbesar di dunia untuk kelompok usia kita. Brasil adalah tim terbesar di dunia, tetapi setiap pemain memberikan usaha terbaik mereka dan tampil sebaik mungkin,” kata Shakouri.
Shakouri agaknya ditakdirkan untuk mengawal pertahanan Iran dari kebobolan. Ayah Shakouri, Hadi Shakouri, dulunya merupakan pemain bertahan di timnas Iran. Setelah Hadi gantung sepatu, ia ”mengutus” sang anak untuk mengawal pertahanan tim Iran U-17.
Bukan kali ini saja Shakouri menjadi inspirasi bagi kemenangan Iran. Di Piala Asia U-17 2023, Shakouri juga tampil gemilang di perempat final dengan menjadi penentu kemenangan Iran 4-2 atas Yaman pada babak adu penalti. Refleks dan jangkauan Shakouri yang lebar membuat pemain-pemain lawan sulit untuk menaklukkannya.
Baca juga: Beragam Cara Menjaga Momentum ”Garuda Muda”
Shakouri menapaki karier sepak bolanya di level klub bersama tim Esteghlal U-17, tim yunior dari Esteghlal FC yang berkompetisi di kasta teratas Liga Pro Iran. Pada 2021, Shakouri sempat dipinjamkan Esteghlal ke Saipa U-17 selama satu tahun. Awal 2023, Shakouri membuat lonjakan dalam kariernya dengan bergabung bersama tim senior Havadar SC di Liga Pro Iran.
Sejauh ini, Shakouri belum mencatatkan satu pun menit bermain dari 10 laga Havadar di Liga Pro Iran. Dia terlalu muda dan masih perlu banyak belajar dari kiper-kiper berpengalaman di Havadar seperti Alireza Haghighi (35) dan Abolfazl Tahmasebi (22).
Di Piala Dunia U-17, Shakouri bertindak lebih dari penjaga gawang, melainkan juga penjaga harapan Iran. Bila bisa mempertahankan performanya, bukan tidak mungkin Shakouri akan semakin mendapat kepercayaan dari klubnya untuk lebih sering tampil di level senior.